Chapter 19 - Keanehan

Makasih byk yang udah ngasih vote sampai bisa mencapai 5k vote ^^

.

Peringatan!

Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!

.

"HWEEEE!!! PLIS MONO!!! AKU GA SENGAJA!!! TOLONG JANGAN TINGGALIN AKU!!! SISTEMNYA NGAJAK GELUD TADI, MAKANYA AKU KELEPASAN!!!"

"I-Iya, [Name]. Aku maafin kok. Tolong bangun sekarang."

"T-tapi-- AKU GA BISA MAAFIN DIRIKU SENDIRI!!!"

Seperti biasa dalam tidur kalau udah kena mimpi buruk, kaki [Name] mental dan nendang-nendang kesana-kemari.

"POKOKNYA AKU GA BISA MAAFIN TANGAN LAKNATKU YANG SEENAK JIDAT MALAH LICIN! MOMENNYA GA PAS BANGET SIH!!!"

Pokoknya dalam tidurnya [Name] tuh ga bisa diem dengan mulut yang masih ngoceh nggak karuan.

Dasar. Katanya mau bikin calon masa depan nggak ilfill, tapi tindakanmu sekarang malah makin bikin Mono ngeliatin kamu dengan tatapan aneh.

Sambil melukin Mono, mata [Name] masih aja nggak kunjung kebuka. Bahkan lelehan air matanya aja masih bercucuran kemana-mana.

Mono yang dipeluk cuma bisa ngelusin kepala [Name] dengan lembut biar maksudnya tuh anak bisa tenang sedikit.

"Udah [Name], udah. Aku tau kamu nggak sengaja ngelakuin itu. Aku juga udah maafin kamu, kok. Jadi tolong, bangun sekarang sebelum aku cium bibirmu itu."

Mata [Name] langsung terbuka lebar denger si Mono kecil ngomong begitu ke dia. Dia masih nggak percaya kalo Mono kecil bisa ngomong begitu.

'Sebenernya, dia ini polos apa pura-pura polos sih?!' batin [Name] frustasi ngeliat wajah Mono yang udah keliatan tersenyum berkat gaya matanya dari kedua lubang di kardusnya.

Sebelum [Name] makin terfokus dengan hal tadi, ada satu hal lagi yang membuat [Name] tercengang setengah mati.

Satu pertanyaan, Mono masih kenal [Name] sampai harus ngancem mau cium bibir orang yang banyak dosa dan min akhlak macem [Name]?

"Bagus sekali! Sasuga diriku di masa lalu!! Aku masih nggak nyesel kalau dulunya diriku begitu!"

"Nih om-om malah ngebacotnya bikin aing makin pusing."

Sambil memijat pelan pelipisnya, [Name] masih nggak nyangka kalau om-om jomblo tua ini dulunya adalah makhluk imut yang turun dari surgawi sejenis Mono yang sekarang. Tapi Mono yang sekarang kayaknya udah mulai terkontaminasi penyakit min akhlaknya [Name]. Bisa ngomong cium-cium gitu dengan mudahnya darimana coba?

"Oke, [Name]. Tarik napas, lalu buang. Kamu harus bisa menghemat energi dari mereka. Yuk, lanjut nyelametin Sixnya."

"Ayo, [Name]! Kalau gitu, ayo gandengan!"

Mata yang awalnya terpejam dengan sempurna mulai melebar seiring sesudah telinga [Name] mendengar seruan yang nggak biasa dari mulut Mono. Tangan Mono juga udah siaga banget ngulurin dengan semangat, berharap [Name] bakalan ngebales uluran dia.

Padahal tadi itu dia lagi ngomong sendiri. [Name] takut aja kalau mendadak Mono nganggep dia orang aneh karena nantinya nggak dia jawab.

Setelah menghela napas pasrah, menyambut uluran tangan, dan menelusuri setiap ruang si Plankton kw-- maksudnya si pemburu, tibalah saatnya Mono dan [Name] ngancurin pintu dan nyelametin Six dari ruangan.

Sama seperti adegan yang ada dalam game, kali ini Six yang diselamatkan lari sendiri tanpa narik tangan [Name] dulu kayak looping pertama berkat genggaman tangan Mono yang gak mau lepas.

Waktu terus berjalan dan adegannya masih sama persis seperti awal [Name] muncul ke dunia ini.

Pokoknya waktu kejar-kejaran sama Plankton pemburu pun masih sama persis, walau kali ini pun Mono dan Six harus lebih sigap nolongin karena kali ini matinya [Name] lebih banyak dari sebelumnya.

Tapi, ada satu hal yang berbeda kali ini. Disaat dimana Mono, Six, dan [Name] ngunci pintu, Mono dan Six lama banget ngambil shotgun-nya yang membuat [Name] harus turun tangan dengan ngilangin tuh mahkluk dengan sekali sentuhan.

Dia inget sama rambut yang sepenuhnya udah beruban, alhasil dia langsung pakai aja kekuatannya yang kali ini bisa terkontrol sepenuhnya nggak kayak awal-awal.

Macam [Name] dan author yang megang barang di dunia nyata dan barang itu langsung lenyap tak berbekas dengan sekali sentuhan. Maklum, efek pelupa.

Hingga sampai dimana mereka harus nyebrang sungai amazon, Six mulai aktif noel-noel [Name] kayak ada yang mau diomongin.

"Kamu, lupa sama aku?" Six nanya dengan tangan yang masih aktif noel dan wajah datar.

Kali ini pun, entah bagaimana [Name] ngerasa aneh aja sama pertanyaan Six.

"Bentar, gimana?"

"..., maaf, lupakan aja."

'..., kok aku merasa berdosa banget ngabaikan dia? Perasaan ini kayak aku yang berusaha ga peka sama orang yang lagi pdkt.'

Maaf nih, sedikit penjelasan. [Name] kan anaknya populer tuh di dunia nyata, secara otomatis dia pasti tau 'perasaan' yang dia maksud dan dia omongin dalem hati sekarang.

Jomblonya masih berkelas ada pengalamannya lah, daripada kaum jomblo yang nggak peka macam author.

Di sepanjang perjalanan menyusuri sekolah, adegannya benar-benar sama persis kayak sebelumnya. Six yang diculik pun sama juga. Sedikit perbedaannya, [Name] ikut terculik tapi sempat megang lemari kayak biasanya. Setelah terbebas, Mono jadi bisa nolongin [Name] dan langsung narik dia ngejauh dari anak keramik.

Seperti yang kalian inginkan nih, disini bakalan dipanggil 'Cucukonda' biar greget.

Disini pun adegannya masih sama persis dengan adegan berpelukan yang makin diperbanyak. Authornya mau bikin kalian pingsan, makanya diperbanyak.

[Name] jatuhnya paling banyak kali ini.

Biarpun tubuh [Name] udah bisa gerak bebas nggak kayak sebelumnya, layar sistem kadang suka aja bermunculan di depan [Name] dengan tulisan 'sistem rusak dan dalam masa perbaikan' sebelum akhirnya dia jatuh atau kena jebakan betmen. Istilahnya, sistemnya lagi nge-bug gitu.

Untuk itu Mono selalu sigap narik, dorong, bahkan yang paling banyak adalah meluk [Name] biar tuh anak selamat dari maut. Cucukonda pun kali ini makin agresif nyari [Name] daripada Mono.

'KOK JADI GINI SIH?! UJIAN APA LAGI INI?! SALAHKU APA COBA?!'

"Wah, aku yakin kayaknya kamu bakal berhasil kali ini."

'HAH?! BERHASIL DARIMANANYA KALAU UDAH BANYAK BUG GINI?!'

"Makanya tenang dulu sebelum ku jelasin."

Terdengar suara helaan napas dari orang nun jauh disana sebelum dia ngelanjutin kata-katanya.

Saat ini, [Name] ada di pelukan Mono sambil sembunyi dengan anteng sebelum ngelanjutin perjalanan. [Name] yang minta buat istirahat, jadi mereka masih aman.

"Dengan banyaknya layar sistem yang bermunculan di hadapanmu, aku yakin kali ini kamu bisa ngubah alur ini."

'Masa sih-- eh, btw, kamu tau layarnya muncul di depanku darimana? Mono chibi aja kayaknya ga sadar kalau layarnya muncul.'

"Ya iyalah nggak sadar kalau cuma kamu dan Veronica aja yang diijinin sistem bisa liat tuh layar."

'H-Hah?!' Mata [Name] membulat sempurna mendengar Mono bujank lapuk berujar.

"Kata Veronica, dia juga udah nyadar sejak kamu menuju ending di looping kedua. Nggak heran kalau di looping kedua, kamu yang harusnya bisa selametin diriku yang chibi malah jatuhin dia gitu aja."

'J-Jadi maksudmu, di looping kedua itu bukan efek dari hujan?'

"Kemungkinan besarnya bukan. Dan karena kemunculan layarnya makin menjadi, Veronica nyaranin kamu buat lebih hati-hati lagi dalam bertindak. Semenjak kamu nerima banyak layar sistem, tubuh Veronica juga makin nge-glitch."

'Tapi dia baik-baik aja kan?'

"Dia lagi minum teh dengan anggun sih."

'..., percuma aku khawatir.'

[Name] menghela napas berat. Kali ini, beban yang dia pikul berasa makin berat aja.

Dibalik itu, Mono juga sadar disaat [Name] minta waktu buat istirahat. Tindakan [Name] sudah makin berbeda kali ini. Misalnya aja tindakan dia kali ini nggak bikin dia mati mendadak menjemput maut.

Setelah lewat dari sekolah dan nyelametin Six yang membuat mereka harus menuju ke rumah sakit cinta, Mono masih aja liatin [Name] dari balik kardus. Tatapannya menyiratkan kalau dia bener-bener khawatir sekarang.

.

To be continue ....

1210 word

Resaseki12

Selasa, 11 Mei 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top