Chapter 18 - Restart Ke-2 (2)

Hayuk 5k vote hayuk /ngarep lu

.

Peringatan!

Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!

.

"Kamu tau aku siapa?"

"..., [Name]?"

"Maksudku bukan itu-- pertanyaannya ku ubah, kamu kenal aku?"

"Kenal."

"Sejak kapan?"

"Sekarang ini."

[Name] mengerutkan alis dan memijat pelan pelipisnya. Sesaat dia denger jawaban Mono yang kelewat polos, entah gimana kepala [Name] langsung dibuat pusing tujuh keliling.

'Aku lupa kalau dia polos.' batin [Name] yang awalnya ingin mengumpat calon masa depannya.

"Emang ada apa, [Name]?" Tanya Mono dengan wajah polos dari balik kardus.

Biar kesalahpahaman ini nggak semakin panjang, [Name] mengibaskan beberapa kali tangannya bermaksud untuk mengatakan bahwa dirinya nggak akan bertanya lagi.

"Nggak, lupakan aja," kata [Name] beberapa kali ngibasin tangannya.

Tuh kan, bener apa yang dimaksud. [Name] udah lelah mau nanya sesuatu yang nggak bisa dicapai sama otak orang polos macam Mono. Apalagi si Mono ini 'gebetannya' dia walau belum dia tembak. Makanya dia pasrah.

Maksudnya tembak disini tuh kayak semacam pernyataan cinta. Yang pernah main otome game pasti tau sih.

Bukan tembak 'Dor!' yang dimaksud loh ya!

Mokad ntar si Mono kalo digituin. Cerita ini juga pastinya bakalan 'end' cepet. Belum lagi author dari cerita ini juga bakalan diamuk massa sama pembaca ini yang memuja kelucuan Mono.

Menghela napas berat, akhirnya [Name] sudah bisa nerima keadaan sekarang yang nggak memungkinkan menurut dia.

Iya, nggak memungkinkan untuk jantung karena dari tadi tangan Mono nggak mau lepas sewaktu berjalan menyusuri ruang sebelah yang dimana ada guru killer.

Oke, kita sebut aja 'Or*chimaru'-- bukan, maksudnya 'leher panjang' lagi kali ini. Atau mau diubah aja? Misal jadi 'anakonda'? Mungkin aja kalian mau ngubah nama panggilan dia sebelum memasuki time loop ke-3 atau terakhirnya [Name].

Wong lehernya aja panjang banget kayak ular gitu sambil melet-melet pakai moncong dia buat nangkep anak keramik, gimana nggak dipanggil anakonda?

Berhasil melewati ruangannya Anakonda sambil mengantongi kunci gembok, dengan cepat Mono narik tangan [Name] dan lari sekencangnya sampai bisa bikin [Name] melayang.

'Kok makin lama kelakuan Mono makin diluar batas wajar?! Istigfar [Name]! Untung husbu lu Mon!' batin [Name] makin genggam erat dimana letak jantungnya berada disaat mereka sudah naik lift.

Berjalan kesana kemari, menyusuri setiap lika-liku dan seluk-beluk ruangan sekolah, sampailah akhirnya mereka ke tempat dimana [Name] seharusnya diikat di ruang wc sekolah.

Kan harusnya tuh tempat jadi tempat penyekapannya Six. Kalau masih nggak tau, adegan dimana Six digantung terbalik sama para bocil kematian lah ya.

Berhubung [Name] sama Mono lupa mau nyelametin Six-nya yang masih di rumah pemburu, [Name] jadi punya kesimpulan sendiri kalau dia yang harusnya digantung disini.

Yakin 100% deh, semua pembaca yang tau ini pasti punya kesimpulan yang sama dengan [Name].

Kita lanjutkan aja dimana Mono udah mentungin semua para bocil sampai tak berdaya dan berpindah ke sebelah ruang sampai harus kejar-kejaran dengan Anakonda, berhasillah mereka menuju ke tempat selanjutnya dengan [Name] yang udah dipakaikan jas hujan kuning sama Mono.

Aww, sweet banget sih ini.

Pokoknya adegan ini terjadi sewaktu kalian sampai di tempat yang ada jas hujan Six-nya. Awalnya Mono nggak sengaja liat tuh jas, tapi dia dengan sigap langsung ngambil tuh jas dan makaikan jas itu ke [Name] setelah sadar sepenuhnya kalau [Name] lagi menggigil.

Tenang aja, kebaperan dan ke-UwU-an kalian bersama Mono nggak akan ku buat sampai disitu aja. Jadi, persiapkan jantung kalian sebelum cerita ini menuju tamat.

Text di atas tadi bacanya sambil ketawa jahat biar menjiwai peran author yang mau nyiksa karakter.

Lupakan hal itu dan beralih dimana [Name] dan Mono yang udah sampai di tempat tujuan. 'Rumah sakit cinta' namanya. Rumah sakit ini kayaknya khusus untuk mengobati para kaum buchin, seperti [Name] dan Mono yang sampai sekarang masih belum lepasin pegangan tangan mereka masing-masing.

Mulai dari sini, [Name] mulai merasakan keanehan yang luar biasa dari dirinya. Yaitu dirinya nggak jatuh secara tiba-tiba kayak sebelumnya yang masih ada Six.

Di sepanjang perjalanan menelusuri rumah sakit, diri [Name] ngerasa berat aja. Mau bertindak sembarangan kayak sebelumnya juga susah.

"Kok aneh?" [Name] bergumam sendiri yang sialnya si Mono malah dengar.

"Aneh gimana?"

"Ng-nggak, aku cuma ngerasa ada suatu hal yang aneh aja. Diriku nggak kayak sebelumnya."

"Mungkin efek stress?"

"..., bisa jadi tuh."

Setelah berdiskusi panjang lebar dengan wajah memerah yang selalu berusaha dia sembunyikan, diri [Name] mulai ngerasa aneh lagi kali ini. Dirinya yang masih berdiri mematung disaat Mono udah nyalain ... apaan sih tuh namanya, lupa lagi.

Pokoknya Mono nyalain senjata yang bisa bikin si rayap jadi cacing kepanasan. Semacam oven lah. Dan anehnya, diri [Name] yang awalnya masih berdiri malah terduduk untuk menghangatkan diri.

'HE?! CHOTTO-- KOK GINI?!'

"Kamu ngapain, [Name]?" Tanya Mono dengan wajah polosnya sambil narikin tangan [Name] untuk menjauh.

"Ga tau! Tiba-tiba aja aku kayak disuruh begini!"

"Itu karena kamu melawan sistem yang ada."

"..., Hah?! Maksudnya?"

Suara Mono gede nggak kedengeran kali ini.

Apa-apaan dia muncul gitu aja cuma untuk ngasih tau satu kalimat yang nggak bisa diproses otak lemotnya [Name]? Mono kecil jadi ngelirik atas bawah mulu ke [Name] gara-gara satu kalimat Mono besar doang yang cuma bisa didengar sama [Name].

Waktu berlanjut dimana [Name] dan Mono udah nyampe di gedung hotel bintang 5 yang mau roboh.

Setelah mereka sampai di tempat dimana Six bakalan kena culik untuk kedua kalinya, [Name] semakin berusaha keras menduga kalau kali ini Mono besar bakal ngambil dia menggantikan posisi Six yang hilang.

"Halo Sayang~"

[Name] melirik dimana Mono besar udah ngulurin tangan buat ngambil [Name] secara paksa.

Tak terduga lagi nih, rupanya otak lemot [Name] lebih berfungsi kalau dalam keadaan begini.

"Hoalah!!! Aku baru ngerti maksudmu dengan 'karena aku melawan sistem yang ada' dari kata-katamu! Rupanya gitu maksudnya!"

"..., Kamu nggak lupa saya cilik masih ada disini kan, Say?"

"Oh iya." [Name] melirik dimana Mono kecil masih merintih di bawah kasur.

"Duh, aku pengen minta restart ulang, tapi kamunya pasti nggak bakal mau ngelakuin hal merepotkan begitu."

"Udah jelas dong! Veronica yang ada di balik layar juga nggak setuju saya ngelakuin itu sebelum kamu nyampe ending. Buang-buang tenaga aja untuk ukuran manusia biasa sepertimu."

"Kok kamu makin nyebelin ya?"

Nih dua anak malah berdebat. Kapan selesainya?

Eh, salah, yang satunya om-om bujang tua.

Masa bodoh dengan hal itu. Skip aja kali ya?

Yaudah yuk skip.

Lanjut di suatu ruangan dimana Mono kecil udah battle sama Mono besar yang dimenangkan oleh Mono cilik, kali ini tujuan Mono bukan untuk nyelametin Six, tapi nyelametin [Name].

Seperti apa yang sesuai dengan pemikiran [Name] sebelumnya, [Name] benar-benar diubah jadi raksasa kayak Six. [Name] emang bener-bener gantiin posisi Six yang kosong.

Saat battle dan ngerusakin barang pun, [Name] ngamuk sejadi-jadinya.

Barang yang harusnya dihancurkan Mono kali ini juga bukan berbentuk bulat seperti music box nya Six, tapi sesuatu yang berbentuk kotak yang menampilkan cahaya terang di layar.

Iya, barang yang harusnya dihancurkan Mono bukan music box, melainkan gadget atau yang biasa kita sebut smartphone milik [Name] di dunia asli.

Aneh emang, tapi begitulah kenyataannya.

Semua orang yang nggak tinggal di dunia Little Nightmares pasti hampir 99% bakalan marah besar sampai mengamuk kalau smartphone milik mereka dihancurkan begitu aja. Terkadang, author juga begitu.

Selesai dengan urusan menghancurkan dan membuat [Name] kembali lagi ke bentuk semula, mereka berdua harus lari dari menara Eiffel yang mau roboh ditelan para mata.

Tentu aja kali ini [Name] nggak telat, malah laju banget sampai maju ke depan dan bisa bikin Six kalah cepat dari dia. Kamu minum jamu kuat sebelum lari ya mbak?

Adegan ini emang paling nyesek, tapi sebisa mungkin [Name] nggak akan ngelepasin tangan Mono dari tebing.

Entah kesialan apa yang menggerogotinya hingga tangan [Name] harus licin disaat momen yang nggak pas begini. Mono jatuh dari jurang menara mata berkat tangan licin [Name].

Suatu layar di hadapannya juga banyak bermunculan dengan kata-kata 'kerusakan pada sistem' saat [Name] berusaha mati-matian sampai teriak sekalipun biar Mononya bisa naik.

"NO!!! AKU UDAH TUA!!! AKU BELUM BECUCU UDAH BANYAK UBAN!!! MONO, AKU GA SENGAJA! TOLONG JANGAN MATI NINGGALIN AKU!!!" Jerit [Name] histeris dalam tidur di time loop terakhirnya.

Mono yang liat [Name] jejeritan gaje di tengah hutan sambil tertidur cuma bisa ngerutin kedua alisnya bingung.

Mungkin aja kali ini dia mikir [Name] ngelakuin suatu hal yang belum pernah dia liat sebelumnya. Dia aja udah senyum tipis gitu waktu liatin kamu. Iya, kamu.

.

To be continue ....

1397 word

Resaseki12

Selasa, 04 Mei 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top