Chapter 15 - Restart Ke-1
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
"HUAAAA!!!"
Seperti yang ada di chapter awal, [Name] teriak sejadi-jadinya sewaktu dia mulai ditransfer ke masa [Name] pertama kali ketemu Mono di hutan.
"Aduh sakit!" Keluh [Name] merasa tubuhnya kembali dihantam ke tanah. Ini mah persis banget kayak di chapter awal.
Selagi [Name] menepuk-nepuk baju yang dia kenakan, dia nggak sengaja dengar seseorang bertanya khawatir padanya.
"Kamu gapapa?" Tanya orang itu khawatir.
Udah dipastikan banget ini mah, kalau tuh orang beneran kepala kardus atau yang biasa kita panggil Mono.
Menoleh patah-patah, [Name] kenal banget sama tuh suara. Ini pasti suara Mono, pikir [Name].
Setelah udah diliat dari atas sampai bawah dan sudah dipastikan dari kepala kardusnya, [Name] udah yakin banget sama pemikiran dia kalau tuh orang beneran Mono.
Langsung aja [Name] meluk tubuh Mono sampai si Mono limbung dan jatuh terduduk ke tanah dengan wajah panik.
'AKHIRNYA, AKU BISA BARENG LAGI SAMA KAMU NAK!! NIKMAT AUTHOR MANA LAGI YANG KU DUSTAKAN-- MAKASIH BANYAK KALIAN BERDUA WALAU KALIAN AKHLAKLESS!'
"A-ano ... kamu gapapa?" Mono bertanya sekali lagi, memastikan bahwa [Name] beneran baik-baik aja.
Melepas pelukan dari Mono, berdeham sebentar, barulah [Name] mengembalikan kewarasannya kembali di hadapan doi. Jangan sampai doi ilfeel cuma karena dia melukin tubuh doi tanpa sebab.
"Dasar. Kamu girang banget gitu kayak orang gila."
"Bener tuh. Kalau lama-lama bareng kamu yang pedofil gini, gimana nasib diriku di masa lalu ntar?" Veronica dan jangkung berkomentar bergantian.
'Tutup mulut kalian! Aku lagi ga butuh pencerahan kalian!'
"Ekhem. Kamu ... gimana kamu bisa ada disini?"
"Aku nggak tau. Tiba-tiba aja aku dipindah ke hutan ini, padahal aku masih tidur."
'Tunggu, apa? Dia tidur? Sialan kalian berdua! Kenapa aku nggak bisa liat dia tidur?! Pasti si doi lucu kalo lagi tidur!' [Name] mencak-mencak lagi tak terima yang sudah diberi tatapan aneh sama Mono dari balik kardus.
Nih anak kenapa? Kebentur kah? Mungkin begitu pikir Mono sekarang.
"Ekhem."
Kedua kalinya [Name] berdeham untuk mengembalikan kewarasannya lagi di depan doi.
"Ayo kita pergi dari sini."
Ngeliat uluran tangan [Name] dengan senyum-senyum penuh arti membuat Mono tanpa pikir panjang langsung nerima uluran tangan [Name].
Walau Mono udah ngerasa kalo senyuman [Name] emang dari awal nggak beres macam senyuman orang pedofil, Mono mau aja ngulurin tangannya ke [Name].
Diri [Name] juga diri [Name] sendiri, bukan dari orang lain, pikir Mono.
Sial, polos banget kamu nak. Dikarungin para pembaca aja sini biar kamu aman.
Setelah gandengan tangan, Mono langsung berjalan mendahului [Name] biar maksudnya dia aja yang nuntun [Name] karena dia hapal sama jalanan daripada [Name].
Makin lama mereka gandengan tangan, makin senyam-senyum sendiri [Name] dibuatnya kayak pedofil.
"Siapa namamu?" Tanya Mono.
"[Name]."
"Nama yang bagus."
'GILAK! WALAU UDAH TERJADI, AKU GIRANG BANGET ASLI! DEMEGNYA MONO GA MAIN-MAIN!' [Name] makin menjerit dalam diam. Salah satu tangannya udah dia kepal kuat dan beberapa kali melayangkannya di udara.
"Plis, Mono. Tolong jangan bikin aku serangan jantung lagi kali ini."
"E-eh? Serangan jantung gimana?"
"Pokoknya gitu deh. Aku gabisa diginiin." [Name] memegangi dadanya yang serasa sesak.
Mono yang liat itu jelas banget keliatan paniknya. Dia bingung harus ngelakuin apa biar tuh dada yang dipegangin [Name] nggak sakit lagi.
Berjalan terus berjalan, akhirnya mereka sampai juga di rumah mata satu.
Iya, disinu manggilnya 'mata satu' aja karna emang tuh orang makai kain nutupin wajah yang cuma ada satu lobang aja untuk ngeliat dunia luar. Atau, ada yang mau menambahkan?
"Cepat kamu selamatkan si Six sebelum kita melanjutkan perjalanan." [Name] langsung dorongin Mono nurunin tangga biar cepet aja mereka bisa ke lokasi selanjutnya.
Mono cuma iya-iya aja dan langsung liatin pintu yang lobang-lobang sejenak sebelum akhirnya Mono bertindak nyolong kapaknya sebentar di ruang sebelah.
Ingat, nyolong di rumah orang masih diperbolehkan selagi nggak ketahuan orangnya.
Selagi [Name] sibuk dorongin dia, Mono nggak ngerasa aneh kalau [Name] juga tau sama Six yang terkurung.
Berhasil ngancurin pintu, langsung aja mereka berdua masuk tanpa pegangan tangan.
Six yang dari bawah kolong dan ngeliat uluran tangan Mono bukannya nyambut tangan Mono malah dia lebih milih genggam tangan [Name] aja dan bawa [Name] lari menjauh dari Mono.
'Loh? Apa-apaan ini?!' jerit [Name] ketika sikap Six nggak sesuai dengan chapter awal.
"T-Tunggu!!"
Keliatan juga dari belakang mereka, Mono ikutan menjerit berusaha menghentikan mereka berdua yang mau ngejauh dari dia.
Main rebutan ya kali ini?
Udah biarin aja, diabaikan dulu sejenak.
Six yang masih menggenggam tangan [Name] masih jejeritan gaje dari dalam hatinya. Dia masih nggak percaya kalau Six lebih memilih genggam tangan [Name] daripada tangan Mono.
Sesampainya di tangga yang mengharuskan mereka saling tarik menarik, Six mulai nerima keberadaan Mono dan nyuruh Mono lebih dulu narik pegangan dari tangga biar si Six enak bantu nariknya.
[Name]? Tentu aja sekarang ini dia lagi duduk nyantuy.
[Name] udah disuruh sama Mono dan Six kalau dia ga boleh ikutan kayak mereka. Alhasil, dia duduk aja di lantai sambil nontonin kedua orang yang lagi sibuk nurunin tangga.
Tangga udah diturunkan, suara yang menandakan kedatangannya mata satu udah mulai terdengar.
Mereka berdua udah mulai naik ke tangga dan mau nyari kunci disana. [Name] tentu aja masih nyantuy karena emang nggak dibolehin naik sama mereka berdua.
"Bosen~" begitulah komentar [Name] yang lagi diambang rasa bosan.
Beberapa menit berlalu, akhirnya kedua anak yang ditunggu [Name] keluar juga dengan mengantongi sebuah kunci dari gembok pintu dan membukanya.
Disela-sela Mono mau buka gembok, Six yang lagi berduaan sama [Name] langsung aja meluncurkan pertanyaan yang menurut [Name] aneh.
"Kamu kenal aku nggak?" Six menunjuk diri sendiri.
"..., Hah?"
"Bukan apa-apa."
'Apa maksudnya ini hey?! Aku salah jawab?!'
[Name] tanpa sadar menjambak rambut yang terlihat berwarna coklat dengan perpaduan sedikit warna putih.
Dipikirin aja sendiri, jangan ngajak orang lain.
Berhasil melewati beberapa rintangan hingga sampailah mereka di sebuah ruang operasi, [Name] dan kawan-kawan berhasil mengendap-endap dengan sehat sentosa.
Heran, padahal mereka udah ngendap-endap tapi masih aja ketahuan sama tuh makhluk. Waktu nembak, jitu banget pula.
Disepanjang mereka main kucing tikus bareng mata satu, [Name] larinya lebih kenceng kali ini sampai bisa ninggalin mereka berdua di belakang.
Wah, sifat asli [Name] udah mulai keliatan nih bun. Biasanya anteng ayem.
"Maap, aku harus ninggalin kalian gitu aja." [Name] mengatup kedua tangan ketika menyadari dirinya nggak setia kawan banget sama mereka berdua.
Sekarang ini, mereka lagi sembunyi di tanah yang keliatan agak berlubang. Tempat yang paling cocok banget buat mereka sembunyi.
"Gapapa kok, [Name]. Kalau kamu mau duluan, boleh aja kok." Mono tersenyum dari balik kardus dan mengelus kepala [Name] pelan.
"Asal kamu selamat, aku nggak masalah." Kali ini Six yang berujar sambil menunjukkan senyum tipisnya.
Mendengar jawaban dari mereka berdua, [Name] melirik keduanya secara bergantian.
'Ada yang nggak beres nih,' batin [Name] mengerutkan alis.
.
To be continue ....
Tripel up nih man gegara vote udah nyampe 2k n followers udah nyampe 200 dalam bulan ini /udh res
1160 word
Resaseki12
Rabu, 31 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top