Chapter 14 - Tamat(?)
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
Setelah selesai dengan urusan Mono, kali ini kita balik lagi ke sudut pandang [Name]. Maksudnya kita balik lagi ke cerita dimana [Name] lagi diculik sekarang ini.
Kalo nanti pembahasannya masih dilanjut dari Mono yang mau nolongin [Name], ntar malah kesannya ngulang dari pertama. Saya nggak mau buang-buang beberapa kata yang mau saya ketik untuk membahas dari awal lagi berdasarkan dari sudut pandang Mono.
Ga jadi tamat nanti nih cerita. Kalian senang, saya yang senep-- pingsan maksudnya.
Oke, kita lihat dimana [Name] berada dan sedang ngapain. Rupanya si [Name] ini juga lagi ada di ruangan item dan dianya melayang di udara kayak Mono sebelumnya.
Diliat lebih teliti lagi, rupanya dia duduk santai bersila gitu sambil main catur dengan salah seorang gadis disana.
Nih anak sumpah santai banget. Nggak ada merasa terancam waktu terculik.
Kalau diliat sekilas, seorang gadis yang sedang nemenin [Name] main catur tadi mirip banget sama Six. Cuma kalo kalian lebih teliti mengamati rambutnya yang panjang, udah pasti kalian nggak akan berpikir kalau sekarang ini [Name] main sama Six.
Iya, dia lagi main sama cewek yang sama-sama makai jas hujan kuning dan rambutnya sama-sama terkepang berwarna coklat.
Kembaran kah? Bukan.
[Name] mah sejak lahir mana punya kembaran. Kalau kembaran dari sifat setan mungkin ada.
"KOK AKU KALAH LAGI?!" Jerit [Name] nggak terima sambil jambakin rambut coklatnya yang terkepang karena frustasi dirinya sudah kalah yang ke-5 kalinya.
Lama banget mainnya sampe 5 kali. Yang masih battle di dunia sana baik-baik aja kan?
"Kamu tuh kalahnya karena nggak berpikir strategis. Maunya menang mulu tapi nggak ada progres. Sama aja kayak kamu yang mau nolongin Mono malah gagal."
Merasa tertusuklah jantung [Name] mendengar si cewek ngomong gitu sambil menyeruput teh pucuk.
Nggak, saya nggak lagi endors mendadak disini. Harusnya ku sensor aja kali ya?
Oh iya, kalian pasti bertanya-tanya kenapa [Name] bisa ada di ruangan gelap kayak Mono sebelumnya sambil main catur sama seorang wanita cilik kembaran dia. Jawabannya adalah karena [Name] diculik.
Iya, diculik.
Tapi kenapa bisa ada si kembarannya disini?
Sebentar, sebelum itu kita panggil aja kembarannya ini Veronica biar ada namanya. Kasian dia ga ada nama. Masa kita panggil mantel kuning sesuai julukan dari singkatan RG-nya?
Tega banget emang si developer-nya.
Si [Name] ini kan terculik dalam keadaan setengah sadar. Setelah sadar sepenuhnya, si [Name] ini nanya ke Veronica kenapa dia bisa ada disana.
Si Veronica yang ditanya bukannya ngejawab malah nyuguhin dia teh *pip* sambil ngeluarin catur yang berdebu untuk mereka mainkan selagi waktu berhenti.
Yang nanya gimana battle-nya, udah dikasih tau tuh. Jadi aman kan mereka mematung?
Btw, merk-nya kali ini disensor biar ga pada protes.
"Oh iya, aku lupa."
[Name] berujar sambil menyeruput teh yang lumayan mau dingin sebelum akhirnya mengubah ekspresi senang menjadi kesal.
"Jawab pertanyaanku sekarang! Kenapa aku bisa ada disini?!"
"Kamu harus ngalahin aku main catur dulu sebelum aku jawab." Sambil menyeruput teh dengan elegan Veronica mengatakannya.
"Ga bisa lah!!! Kamu ga mikirin mereka yang lagi gelud disana?! Mereka ngelawan satu sama lain dari masa waktu yang berbeda gitu gimana aku mau tenang?!"
Kesallah [Name] sudah. Perempatan imajiner milik [Name] sudah mulai bermunculan dimana-mana.
[Name] tuh kesalnya karena si doi lagi gelud disana sampai titik darah penghabisan nyelametin diri dia. Lebay amat perasaan. Sedangkan disini malah [Name] disuruh santai dengan Veronica yang makin santuy duduk di sofa.
"Ga ada waktu lagi ini oy!!! Kamu nggak liat tuh orang lagi mau kalah?!" [Name] menunjuk si jangkung dari balik layar tv di samping mereka duduk.
Veronica yang liat itu keliatan santuy banget ga ada beban dosa. Emang ga ada akhlak.
Setelah meletakkan secangkir teh di meja yang melayang, Veronica nunjukin wajah tersenyum dia yang keliatan menyeramkan di mata [Name]. Pasti ada apa-apanya nih, pikir [Name] mulai su'uzon.
"Kamu mau nyelametin dia?" [Name] mengangguk mantap disaat jari telunjuk Veronica menunjuk Mono dan jangkung yang lagi gelud.
"Asal kamu tau aja. Walau aku kenal mereka, tapi aku nggak pernah ketemu satu kali pun sama masa lalunya dia. Baru sekarang aja aku kenal mereka dari wujud Thin Man."
Alis [Name] makin berkerut. Apa hubungannya kamu ngasih tau hal itu ke aku? Begitu pikir [Name] dari raut wajahnya.
"Sebenarnya, aku dan Thin Man udah ke-49 kalinya ngetransfer orang dari duniamu ke dunia ini. Sebagai bayaran karena aku mau nemenin dia selamanya di ruangan ini, dia mau-mau aja waktu ku suruh ngetransfer orang berambut hitam dan tau banyak tentang dunia ini sejenis kamu ke dimensi ini buat ngubah takdir."
[Name] makin bengong waktu mendengar celotehan panjang lebar dari Veronica.
Udah ke-49 kalinya mereka ngetransfer orang seenaknya. Berarti diri [Name] adalah orang ke-50 yang sudah mereka transfer?
Sebanyak itu mereka melakukan pindah dimensi pada orang dari dimensinya [Name]?
[Name] tak habis pikir gimana nasib orang-orang yang udah mereka transfer ke dunia ini.
"Kamu nggak perlu pusing begitu. Semua orang yang dia transfer kesini sudah melakukan misi dan rencana mereka dengan baik. Kalau aja kamu orang pertama yang kami transfer, mungkin aja kamu masih belum ketemu sama masa lalunya Mono sampai bisa bermesraan pegangan tangan kayak sekarang."
"..., maksudmu--"
"Kami ngetransfer semua orang dari dimensimu berdasarkan dari waktu aku tenggelam sama Pretender. Perjalanan mereka hingga bisa sampai ngebuat kamu ketemu Mono jauh juga kurasa."
Waw ... [Name] merinding sejadi-jadinya kali ini.
Disisi lain emang ada rasa bersyukurnya karena dia udah dikasi anugerah bisa ketemu dan menghabiskan banyak waktu bersama Mono. Namun disisi lain [Name] juga ngerasa bersalah sama orang-orang yang udah berjuang sampai akhir untuk kebahagiaan [Name] doang.
"Terus, mereka semua kemana?"
"Tentu aja meninggal." Veronica menyeruput tehnya lagi dengan anggun.
"Kamu tau? Belum ada seorangpun yang berhasil ngeluarin kekuatan mereka kayak kamu. Semua orang yang ditransfer kesini pada ketolak sama dunia ini. Alhasil, mereka semua meninggal dan nemenin kita disini."
Makin bergidik [Name] dibuatnya. Kata-kata 'temenin' udah pasti wujud mereka gentayangan sekarang. Kasian sih.
Dia jadi inget dengan kejadian yang ada dalam game, sewaktu si [Name] selalu aja jatuh dan mau mokad. Untungnya si Mono sigap banget yang membuat [Name] batal mokad.
"Sekarang, kamu harus ngebuat tuh makhluk selamat sebelum dia mati ditangan masa lalunya sendiri." Veronica nunjuk televisi yang menampilkan Mono dan jangkung bergelud. Bedanya, si jangkung keliatan udah diambang batas. Tinggal mokadnya aja lagi.
"Tapi gimana caranya?"
Kali ini Veronica nunjuk lagi sesuatu yang ada di ruangan pojok yang penuh daging.
Oh, ya. Sebenarnya [Name] dan Mono ditransfernya ke ruangan yang penuh daging gitu bukan di ruangan gelap gulita. Tapi karena si jangkung nggak mau ruangan itu keliatan, jadilah dia samarin dengan warna item. Cuma [Name] aja yang sadar disini walau awalnya dia juga nggak sadar.
Mata [Name] membulat dengan apa yang dia lihat. Ada seorang bocah keramik yang udah diikat pakai tali di pojok ruang.
"Gara-gara kamu yang seenaknya mindahin dia kesini, kami jadi kewalahan jinakin tuh anak waktu nobar nontonin kalian."
Mendengar ada kata 'nobar', ingin rasanya [Name] memaki dan mencincang mereka berdua. Enak banget kalian nobar disaat [Name] dan Mono lagi kesusahan. Tambah Six juga.
"Coba kamu tukar posisi dia sama Thin Man."
Menarik dan menghembuskan napas, [Name] mulai konsentrasi mau makai kekuatan dia seperti sebelumnya. Walau [Name] bisa ngilangin orang, [Name] masih belum yakin kalau dia berhasil mindahin posisi orang itu.
Tak diduga oleh siapapun termasuk [Name], rupanya [Name] memindahkan jangkung tepat waktu.
"Makasih ya~ udah kuduga kamu baik banget~" jangkung mulai melukin [Name] sambil ngedusel kayak anak kucing.
"L-lepasin aku, dasar pedo!!!"
"Thin Man, hentikan sekarang."
Satu kalimat perintah dari Veronica sukses membuat jangkung ngelepasin [Name] dari pelukan. [Name] langsung aja sembunyi di belakang Veronica sebelum jangkung berulah.
"Ekhem ... jadi, gimana rundingannya?"
"Dia minta 3 kali timeloop dengan caranya sendiri kalau dia gagal nyelametin Mono kayak sekarang." Veronica menjawab cepat ketika jangkung bertanya.
Memang benar apa yang dikatakan Veronica. Sebelum mereka mulai bermain catur, [Name] sempat bilang gitu ke Veronica dan langsung disetujui sama Veronica dan jangkung.
Sumpah, disini tuh Veronica berasa kayak bos atau pawangnya si jangkung.
[Name] juga minta tawaran begitu bukannya tanpa alasan.
Sebelum dia nawarin penawaran itu, [Name] sempet liat cuplikan dari Veronica kalau Mono jatuh dari genggaman Six dari masa depan nanti. Ya jejeritan lah si [Name] liatnya.
Dia aja masih belum bisa muvon dari ending, dan sekarang malah dia disuguhin ending secara ga langsung.
Kata Veronica, [Name] juga nggak bisa balik kesana karena dunia ini emang udah nyuruh jangkung nangkap siapa aja yang ada sama Mono. Beneran nggak bisa diubah.
Sistemnya ngajak ribut emang. Jadi si [Name] harus usaha sendiri ngindarin tangkapan jangkung.
"Kamu mau ku transfer ke waktu yang sebelumnya sekarang?"
"Bentar dulu, aku mau nanya sesuatu." [Name] menghentikan tindakan jangkung sebelum dia di restart ulang.
"Suara yang gentayangin aku itu siapa?" Veronica langsung nunjuk jangkung. Udah dia duga juga sih.
"Tapi suaranya make suaraku. Aku nggak tega kalau harus nyuruh kamu bunuh Six," lanjut Veronica. [Name] cuma ngangguk paham.
"Satu lagi. Kenapa rambutku bisa berwarna coklat disini?"
"Karena warna rambutmu bisa diibaratkan dari energi kekuatanmu. Kamu pindah kesini dengan bantuan dia, tapi sebagai tumbal warna rambutmu bakal memudar." Veronica menjawab santai.
"Yah ... UBANAN DONG?!" Keliatan makin paniklah [Name] sambil narikin rambutnya. Dia nggak mau dianggap tua sama Mono nantinya.
"Daripada kamu makin gaje, mending kamu ditransfer sekarang daripada penyakit ga warasmu menular ke kita."
Udahlah, makin kesal aja [Name] di ruangan berdaging itu sama kedua orang yang nggak ada akhlak. Mono dari masa depan kayaknya udah akhlakless sejak berteman dengan Veronica.
Begitulah cerita disaat [Name] belum ditranfer sebelum akhirnya dia kembali lagi dimana dia keluar dari tv di tengah hutan dan bertemu dengan Mono kedua kalinya.
.
To be continue ....
Nih man, chapter kali ini lumayan panjang 🌚 aku masih kesal mau ngetik astaga.
Btw, sesuai dengan judul yang ada tanda tanyanya, cerita ini nggak jadi end~ yeeey~ *ngilang sebelum digorok
1651 word
Resaseki12
Rabu, 31 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top