Chapter 13 - PoV Mono
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
Sebelum kita lanjut menceritakan dimana si [Name] berada dan sedang ngapain waktu diculik, untuk lebih jelasnya kita beralih sudut pandang dulu deh biar jelas.
Awalnya kan si [Name] yang menjadi tokoh utama kita selalu diceritakan dan menjadi sudut pandang dia mulu. Dengan kehendak author, aku tau kalian bosan. Jadi sesekali akan ku ceritakan berdasarkan dari sudut pandang Mono.
Bukan, ini bukan cerita berkelanjutan dari battle-nya seorang bocah cilik kardus dengan lelaki jangkung atau kangkung bertopi karena nggak terima [Name] diambil. Alur cerita ini diambil dari sebelum Mono ketemu [Name] di hutan.
Iya, kali ini bakal diceritain gimana dari sudut pandang Mono sebelum [Name] muncul di dunia LN dan bikin dunia Mono seakan lebih bersinar dan cerah dari hari sebelumnya.
Asik~ baper nggak tuh?
"Bangun kamu, wahai anak muda kepala kardus."
Disaat Mono tertidur cukup nyenyak, Mono nggak sengaja dengar suara seseorang yang mau bangunin dia dari tidur panjangnya.
Mono dengar jelas banget kalau orang itu menyebutnya 'kepala kardus', padahal sekarang ini kepala dia lagi nggak ditutup pakai kardus seperti biasa.
Terekspos jelas banget ketampanannya macam cahaya ilahi hp emak kayak yang ada di chapter 5 sampai bisa bikin [Name] mimisan dan pingsan.
"Kenapa dibangunin sih?" Tanya Mono merasa nggak puas kalau tidur panjangnya harus terganggu.
"Eh, nih anak malah makin ngelunjak."
Suara siapa sih ini? Ganggu aja aku mau tidur, mungkin begitu yang ada di dalam pikiran Mono diliat berdasarkan dari raut wajahnya yang cukup kesal.
Serius, kali ini Mono sangat penasaran sama suara orang yang bisikin dia daritadi. Suaranya juga nggak terdengar jelas kalau dia itu lakik atau wanita. Kresek-kresek gitu kayak dari tv jadul.
"Bangun kamu sebelum aku sentil ginjalnya Six."
"Six siapa lagi sih ini?!"
Kesel sih kalau tidur orang harus terganggu begini. Ya mau gimana lagi? Mono juga nggak bisa ngelak sama suara orang itu. Sampai beberapa kali kepalanya dia gelengin karena pusing.
Kalau nyawa masih mau selamat, mau nggak mau dia harus menyahut orang yang membangunkannya, begitu pikir Mono dengan pemikiran polosnya.
"Jam berapa ini?"
"Nggak tau jam berapa. Pokoknya malem aja."
"Oh."
Tiba-tiba aja Mono bangkit dari tidurnya dan mengucek salah satu mata beberapa kali setelah ber-'oh' ria.
Setelah nyawanya mulai kembali seutuhnya, dia baru sadar kalau dia melayang di sebuah ruangan kosong tanpa gravitasi.
Nggak ada barang juga yang melayang dan bisa digunakan Mono untuk berpijak di ruangan itu. Pokoknya hitam semua.
"Kenapa ini-- k-kenapa aku melayang? Aku udah jadi hantu?! Gentayangan kah?!" Tanya Mono panik.
"Tenangkan dirimu bro. Dengan kuasaku, kamu belum mati kok."
Kuasa? Tuhan? Dia beneran Tuhan? Yang lagi bicara sama Mono ini Tuhan?
Seriusan?
Mono udah mati nih?
Eh, tapi katanya Mono masih belum mati.
Terus, yang mana dong yang bener?!
Panik? Udah jelas Mono panik banget kali ini!
Mono takut aja kalau dia udah dijemput maut padahal hidup aja masih susah di kota Pale City. Anaknya polos gitu.
"Makanya, kamu dengerin dulu ceritaku yang anteng sebelum kamu protes ke aku lagi."
Oke, Mono bakal dengerin.
Tapi disini nggak ada nyediain kursi atau sofa gitu? Biar keliatan enak bincang-bincangnya nanti. Atau suguhin teh anget atau susu untuk Mono biar makin santai bincang-bincangnya. Pelit amat jadi orang. Eh, salah, maksudnya Tuhan.
"Aku mau transfer kamu kembali ke dunia asalmu."
"Terus?"
"Ya makanya sabar dong! Aku masih belum selesai ngomong!"
Mulut Mono langsung tertutup rapat ketika dia tiba-tiba dengar suara kekesal dari si Tuhan ini.
Nggak nyantai banget nih Tuhan ngomongnya. Keliatan banget tuh si Mono mulai menunjukkan gejala kejang-kejang dan menggigil karena lagi takut sekarang.
"Sebelum kamu kembali ke dunia asal, aku mau ngasih hadiah ke kamu."
Hadiah?
Keliatan banget dari ekspresi Mono kalo dia suka banget dikasi hadiah.
Emangnya, hadiah bentuk apa? Warnanya apa? Bisa digunakan untuk apa aja?
Mono jadi nggak sabar gimana bentuk hadiah yang mau orang itu kasih ke dia.
"Sebelumnya, kamu udah pernah ketemu sama dia sekali waktu kalian dikurung di sekolah."
Alis Mono berkerut mendengar penjelasan orang itu.
Mono? Kenal sama orang itu?
Ah, nggak mungkin.
Dari yang aku ingat sewaktu dikurung, banyak banget anak laki-laki seumuranku di dalam sana. Aku nggak tau siapa yang dia maksud.
Ngomong-ngomong, orang yang Mono kenal yang mana dulu ini? Hadiahnya juga apaan? Masa digantung gini?
"Jangan pasang muka bodoh begitu. Sabar, aku lagi mau jelasin nih."
Dipikir-pikir, makin lama sifat nih orang kok makin menyebalkan? Apa cuma perasaan Mono aja waktu denger ocehan tuh orang?
"Sewaktu kamu dan yang lain dikurung, ada salah satu anak perempuan satu-satunya berambut coklat yang ada disana kan?"
"..., kok kamu tau?"
"Aku tau segalanya, kau tau?"
Oke fix, nih orang beneran nyebelin.
Lihat aja tampang sombong dan menyebalkannya sewaktu dia lagi membanggakan diri karena dia keliatan kayak Tuhan gara-gara tau segalanya.
Oh, iya. Awalnya disaat Mono terbangun, Mono nggak bisa liat apa-apa. Ruang gelap aja yang ada.
Tapi lama kelamaan sewaktu Mono berusaha memusatkan penglihatannya di depan, Mono bisa liat dengan jelas satu televisi yang menampilkan gambar seorang pria dengan baju hitam. Dia juga pakai topi hitam.
Satu pertanyaan yang ada di benak Mono. Kira-kira, siapa dia?
"Ngomong-ngomong soal perempuan itu, sebenarnya perempuan itu sudah lama mati."
Mono terkejut mendengarnya. Secara refleks, matanya membulat dengan sendirinya.
Aku nggak salah dengar kan? Itu kata Mono sih.
Perasaan baru sebentar mereka berbincang dan saling mengenal satu sama lain sewaktu dikurung, tapi kenapa dia ....
Mono nggak bisa berkata-kata kali ini.
Walau emang secara keseluruhan dia masih belum tau nama gadis itu, Mono dan dia udah lama banget berteman yang mengakibatkan rasa penasaran Mono dengan nama tuh cewek semakin membesar. Si cewek juga nggak pernah mau bilang nama dia yang sebenarnya disaat mereka sudah lama berteman. Cuma Mono aja yang mau ngasih tau nama dia ke si cewek.
"Udah gausah nangis. Cengeng banget jadi cowok."
"...."
Nih orang kentara banget keliatan menyebalkannya. Padahal Mono belum meneteskan air mata satupun.
Bukan belum, lebih tepatnya nggak ada satupun tetesan air mata yang mengalir saat ini.
Dia cuma kaget doang malah dikata nangis? Anda cari gara-gara dengan fans-nya?
"Dengan kehendakku, orang yang harusnya mati sekarang bisa balik lagi jadi hidup. Seneng nggak? Makasihnya mana?"
"Makasih ya." Mono cuma geleng-geleng kepala lagi untuk kesekian kalinya. Pasrah banget jawabnya.
"Sebagai balas budimu, kamu harus lindungin dia dari bahaya. Kamu tau? Tuh anak sebenernya sudah ditolak dari dunia ini."
Mono bergumam dan mengangguk paham sambil memasukkan tangannya di saku untuk mencari dimanakah kardus yang sering dia pakai.
"Misimu cuma satu disini. Lindungin dia sampai akhir."
"Aku tau itu. Aku juga mau tau nama dia yang sebenarnya kalau aku udah sama dia berdua."
"Ciee berdua nih ye~ pengen pacaran nih?"
"..., pacaran itu apa?"
Seseorang yang berada di ujung sana langsung menepuk kepalanya. Dia masih tak percaya dengan apa yang dia dengar. Bisa-bisanya diri dia di masa lalu masih belum tau apa itu pacaran.
"L-lupakan. Pokoknya kamu harus nyusul dia sekarang."
Mono mengangguk paham setelah memakai kardus dengan sempurna.
Terlihat sekali dari ekspresi Mono kalau dia pengen lebih mengenal seseorang berambut coklat lebih dalam. Sesenang itu juga jika mengingat dirinya mau ketemu hadiahnya yaitu si rambut coklat tadi.
Dia pengen menanyakan lebih banyak pertanyaan untuknya nantinya. Satu pertanyaan yang lebih utama menurut Mono yang harus dia tanyakan pada sang gadis adalah namanya.
Setelah mereka berbincang sebentar kalau Mono udah siap di transfer, orang dari ujung sana langsung aja ngetransfer si Mono tanpa basa-basi.
Berhasillah si Mono ketransfer ke tengah hutan yang memang lumayan jauh banget dari menara.
Mengamati sekitar sejenak, Mono bisa ngeliat seseorang lagi yang mirip banget sama orang yang mau dia cari keluar dari tv juga. Sama kayak Mono.
"KOK TUBUHKU JADI MINI KAYAK ANAK KECIL?!" Begitulah apa yang Mono dengar dari seseorang yang baru aja keluar dari tv dengan jatuh terduduk sebagai posisinya sekarang.
Berjalan mendekat perlahan, Mono berniat mau menolong anak tersebut yang tak lain adalah [Name] sendiri.
Dari yang ku liat-liat, kayaknya nih cerita mulai serius aja ya?
"Kamu gapapa?" Tanya Mono dengan suara pelan dan lembutnya. Pokoknya lembut banget kalo didengar.
"Aduh sakit!" Sambil memegangi kepala [Name] menjerit kesakitan.
Mono yang liat itu udah jelas panik. Baru aja ketemu tapi si [Name] udah menjerit sakit gitu. Dia pikir diri dia yang buat si [Name] sakit.
"E-eh? Kamu sakit apa? Dimana yang sakit?"
"Aku gapapa kok-- MONO?!"
Keduanya sama-sama terkejut dan terduduk lagi setelah tadinya berdiri cukup lama.
"Kayaknya benar dia orang yang aku cari," gumam Mono yang untungnya tuh anak yang diomongin telinganya lagi tuli mendadak.
"Bisa berdiri?" Tawar Mono pada akhirnya mengulurkan tangan yang membuat [Name] jejeritan tertahan.
.
To be continue ....
Maap aku baru up sekarang.
Bagi yang udah gabung ke gc, pasti tau apa yang mau ku bicarain disini.
Awalnya niatku tuh pengen up sekalian 2 chapter. Tapi karna kehapus 1 chapter yaitu chapter 14, makanya aku batal up n nanti aja mau ngetik lagi.
Ku korbankan waktuku di malam hari untuk ngetik sampe 2 chapter malah keapus 1 chapter-- kan bajingan /heh
Udah ya... Sekian dan makasih udah baca.
1527 word
Resaseki12
Rabu, 31 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top