Chapter 11 - Tamat Gak Ya?
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori! Disini nggak ada bahas teori! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
"[Name]! Kamu dimana?!"
"Ini semua salahmu."
"Kok jadi aku?"
"Karena kamu nggak bisa jagain [Name]. Padahal aku udah percaya sama kamu disaat kalian selalu pegangan tangan."
"Kamu nggak liat bangunan tadi roboh?"
Kalian bisa baca pertikaian mereka berdua kan?
Iya, tau. Pertikaian ini sama sekali ga wajar dan ga akan pernah ada yang nyangka kalo ini beneran terjadi.
Pertikaian adu bacot dari Mono dan Six --yang notabenenya banyak banget yang ngeship mereka-- pasti kalian pikir nggak akan pernah terjadi.
Dengan kuasa author, apasih yang nggak mungkin?
Udah udah. Perasaan pertanyaan itu mulu yang keluar. Dilupain aja gapapa.
Sambil sesekali nyari [Name] dari puing-puing bangunan, mereka masih aja ngebacot soal siapa yang salah disini.
"Oke, sesuai katamu, aku yang salah karena aku ga bisa jagain [Name]. Sekarang kita berpencar cari [Name] biar [Name] bisa cepat ketemu." Ini Mono yang ngomong sambil hela napas berat.
Teriak-teriak manggil [Name] sesekali, [Name] cuma diem, pasrah, dan ga nyaut waktu denger mereka manggil nama dia.
Dia takut kalo buka mulut, puing-puing bangunannya malah masuk ke mulut dan mengakibatkan dia mati konyol.
Melihat mereka yang masih sibuk nyariin [Name], kita lihat dulu gimana keadaan sistem yang mau jemput [Name] katanya.
Dilihat-lihat, kayaknya dia lagi sibuk juga. Sibuk minum teh sambil nonton maksudnya.
Dia nonton pakai apa? Pakai salah satu tv jadul yang tergeletak di dunia LN. Karena keliatannya masih layak pakai, dia ambil aja tuh tv.
Sibuk apa ini man?!
Dahlah, lupain aja tuh makhluk. Kita beralih aja lagi dimana Six dan Mono berada.
Mereka masih sama-sama nyariin, sama-sama celingak-celinguk, dan sama-sama ngebacot walau awalnya Mono udah ngalah.
Baru kali ini mereka jadi nggak berpikir jernih buat nolongin [Name] aja. Meresahkan emang. [Name] yang masih ada di dalam puing-puing udah mulai bengek tuh. Dia berharap semoga aja dia masih bisa selamat ditolong kedua orang yang selama ini [Name] percayai.
Kecuali Six deh kayaknya. [Name] nggak berharap banyak kalo Six beneran mau nolongin dia. Padahal sekarang ini malah Six yang lebih semangat mau nolong [Name].
Tapi dengan kuasa author, [Name] ditemuinnya sama Mono, bukan sama Six.
Gapapa, sesekali biar kalian baper berkepanjangan. Di adegan ini juga mulai jarang banget dikasih fanservice nya Mono.
Setelah Mono tau dimana [Name] berada, Mono langsung bergegas narikin batu-batu yang menghantam tubuh [Name]. Six juga bantuin kok.
Selesai dengan urusan batu, Mono langsung narik [Name] keluar dari sana.
"Berhenti dulu. Dia masih terjepit," ujar Six lalu narik batu besar yang bikin [Name] gepeng menjauh sekuat tenaga.
Sampai sinilah, [Name] berhasil lolos dari himpitan batu-batu yang naksir [Name].
Duh, kayaknya nih cerita makin ngawur aja. Mulai dari awalnya Mono doang yang suka dan nyaman di dekat [Name], Six juga udah suka banget sama si [Name], dan sekarang batu pun naksir sama [Name].
Memang beda. Sekalian aja semua monsternya diembat [Name]. Secantik apa sih [Name] ini?
Sesampainya di suatu ruangan yang ada tv nya, keliatan banget kalau kali ini kepala Mono sakit lagi yang ketiga kalinya.
Ketiga? Terus yang pertama dan keduanya? Tenang, bagi yang tau spoilernya pasti udah tau kalau Mono ini ketemu tv-nya 3 kali.
Kenapa di cerita ini nggak sekalian aja diceritakan? Itu termasuk adegan yang sepele, jadi dilupain aja.
Tapi, satu hal yang perlu diingat bahwa [Name] juga selalu mengalami sakit kepala yang sesungguhnya dikala Mono merasa pening.
Udah 3 kali Mono kena penyakit migrain, udah ke-3 kali pula [Name] merasakan rasa sakit di kepala. Berasa kayak tersambar juga di kepala [Name].
Mau nggak mau, Six dan [Name] selalu nolongin Mono keluar dari tv. Kali ini pun juga sama. Bedanya, kali ini Mono berhasil membuka pintu besar yang ada di ujung.
Tau kan ini adegan yang mana?
Sesudah Mono berhasil ngeluarin Thin Man, Six dengan sigap lari duluan ninggalin Mono.
Kita sebut aja Thin Man ini makhluk teleport. Kalo kita sebut Slender Man, nanti kita harus capek-capek di italic dulu sebelum ngetik.
Ngomong-ngomong, Six nggak lupa sama [Name] kok. Makanya dia langsung sigap genggam tangan [Name] dan keluar dari ruangan untuk sembunyi.
Dilupain Mononya aja, jangan [Name]nya. Begitu mungkin pikir Six.
Mulai ada keanehan lagi nih waktu makhluk teleport keluar dari tv. Suara yang selalu menginterupsi [Name] muncul kembali dengan suara yang lebih nyaring.
"Halo, [Name]."
'Buset! Kamu skalinya muncul malah pake oktaf tinggi ya?!'
"Hahaha, biasa aja."
'Apanya yang biasa bangsul?!'
"Sesuai dengan janjiku. Kamu bakal ku jemput untuk rundingin sesuatu. Terima kasih buatku mana?"
"..."
Bener 'kan mulai ada keanehan?
Kalau benar apa yang dia bilang 'menjemputmu' itu adalah hal ini, berarti yang selama ini ngasih bisikan setan ke [Name] itu ....
Itu memang pikiran [Name] aja sih. Yakin seratus persen kalau seseorang yang baca nih cerita juga akan berpikiran hal yang sama dengan [Name].
Tapi, kita berpikir positif dulu disini. Bisa aja semua hal yang terjadi disini cuma kebetulan. Bisa jadi seseorang yang bisikin [Name] adalah seseorang yang lebih hebat dari makhluk teleport.
"[Name], kita pindah ke tempat Mono."
Kali ini, [Name] nurut aja ke Six dan langsung lari sewaktu Six narik dia. Sialnya, Six malah kesandung sehingga [Name] yang ditarik juga ikut jatuh.
Six sudah ngasih isyarat ke Mono kalau dia harus sigap narik tangan [Name] sewaktu dia dorong [Name] ke arah Mono. Mono yang paham isyarat itu langsung ngangguk paham sambil megangin kepalanya.
"Tunggu, ada yang gak beres nih." [Name] bergumam disaat dirinya ga sengaja liat Six lagi ngirim kode-kodean ke Mono.
Makhluk teleport udah mau ngambil [Name]. Keliatan banget tuh tangan ngarahnya bukan ke Six kali ini, tapi ke [Name].
[Name] yakinnya si makhluk itu salah ngambil mangsa karena mantel mereka samaan. Yaudah, [Name] pasrah aja tuh dirinya mau diambil. Katanya yang ngomong di kepala [Name] juga orang itu mau jemput [Name]. Ga ada salahnya dia mokad disini.
Tapi kalau diliat reaksi Mono dan Six, mereka berdua mana mungkin rela kalau [Name] beneran mau diculik. Pikiran Six aja mau gantiin posisi [Name] selagi dia jauhin [Name] dari tuh makhluk.
"Eh, kok ...." [Name] celingukan tak paham dengan apa yang sudah mereka lakukan.
Six udah dibawa kabur sama makhluk teleport. Setelah makhluk itu ngilang, [Name] langsung teriak sejadi-jadinya. Mencak-mencak kalau perlu.
"KENAPA JADI GINI? KOK AKU SELAMAT?"
Makin menjadilah sudah [Name] berteriak sambil mencak-mencak tak terima setelah dia berhasil keluar dari bawah kasur.
"HARUSNYA YANG SELAMAT TUH SI SIX AJA! KAMU JUGA HARUSNYA IKUT SELAMAT SAMA SIX DAN KALIAN IDUP BAHAGIA SELAMANYA! KOK MALAH JADI-- AKH, AKU PRUSTASI! INI MAH GA SESUAI JUDUL CERITA BANGET KALAU AKU NOLONGIN KALIAN!"
Sambil jambakin rambut yang terkepang [Name] luapkan semua hal yang dia pendam. Istilahnya ngebacot gitu. Mono yang baru keluar dari kolong aja masih nyari udara segar dulu biar kepalanya bisa lebih stabil lagi nggak pusing kayak tadi.
"UBAH RENCANA! Kalo gitu, aku harus nyelametin Six dari menara. Mono juga sih. Tapi gimana caranya? Masa harus ku hilangin dulu menaranya? Ntar Six ikutan ngilang gimana? Resiko yang ku ambil dari kekuatanku sendiri aja aku ga tau. Kalo udah begini, harusnya ga bisa diubah lagi kan?"
Sambil gigitin kuku ibu jari, [Name] masih misuh memikirkan sesuatu dengan mencorat-coret lantai menggunakan spidol yang ga sengaja dia temukan.
"Kamu ngapain?" Tanya Mono yang udah sadar sepenuhnya dan penasaran apa yang dilakukan [Name] sekarang.
"Gapapa, aku mikirin sesuatu aja."
Masih dengan mencorat-coret, fokus [Name] masih belum teralihkan dengan tulisan di lantai.
Wah, kalau [Name] masih ada disini, ga jadi end dong berarti?
.
To be continue ....
Nih dobel up nya man. Jangan tagih dulu. Aku mau fokus ngerjain project 🌚
1272 word
Resaseki12
Selasa, 23 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top