Chapter 10 - Mau Tamat
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori! Disini nggak ada bahas teori! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
Berakhir sudah masa [Name] yang harus selalu mokad di tengah jalan. Cerita ini udah menuju dimana si rayap udah dibakar di dalam oven ... atau apa sih itu namanya?
Selagi menghangatkan diri, Six menepuk sebelah lantainya beberapa kali. Mengisyaratkan [Name] untuk duduk berdampingan bersamanya.
[Name] tentu aja masih nethink sama Six. Walau keliatannya baik sambil senyum gitu isyaratnya, [Name] masih berpikir kalau tujuan si Six ngelakuin itu karena dia lapar.
Sambil sembunyi di belakang Mono, [Name] ngintip sedikit dari balik pundak Mono.
Keliatan banget girangnya si Mono dari balik kardus waktu [Name] lebih memilih sembunyi di belakang dia.
Kita skip aja lagi ke bagian yang paling terpentingnya, yaitu mereka sudah keluar dari rumah sakit dan beralih ke hotel tak layak pakai.
Gimana mau layak pakai kalau hotelnya aja udah beberapa bagian yang bolong-bolong kayak rumah sakit barusan?
Layak pakainya sama the Viewers atau sebut ajalah kelelawar aja. Makhluknya biasa banget sama keadaan mau hancur gitu. Tinggal disepoy angin, mokad dah tuh orang.
GUDUBRAK!
"APA ITU POCONG?!"
Nggak, yang tadi itu bukan [Name] yang jatuh, mokad, end, dan balik lagi ke check point karena dibantuin Mono. Wong tadi yang teriak aja si [Name]. Mono dan Six mana mungkin tau wujud pocong.
Yang jatuh tadi itu si kelelawar. Serius, [Name] kaget banget waktu nonton adegan yang ini di salah satu channel yutub orang. Taulah yang sering [Name] tonton channelnya siapa.
Karena disini dia ngalaminnya secara langsung, [Name] juga kaget tuh sampai jantungnya hampir aja loncat. Beberapa kali dia udah kena serangan jantung gara-gara ada beberapa kelelawar jatuh dari gedung, dan sekarang dia harus kena serangan jantung lagi.
Sangking kagetnya pun [Name] sampai harus meluk Mono dari depan.
Kan si [Name] ini tadinya jalan duluan, Mono di belakang [Name], dan Six yang ada di belakang Mono. Karena [Name] duluan buka pintu, otomatis dia kaget dan refleks meluk Mono.
Coba kalau Six yang di belakang dia, mungkin aja [Name] refleks meluk Six.
Giranglah sudah Mono untuk kesekian kalinya ngeliat [Name] lebih dulu bertindak meluk dia. Mungkin aja pikirnya dia udah ada kemajuan. Untung ga ada FBI disana.
"Udah cup cup, ada aku disini."
"Aku juga kok."
Mono melirik sekilas dimana Six berada saat dirinya tengah menenangkan [Name] dengan mengelus beberapa kali kepala [Name]. Tak diduga, ternyata Six sesensitif itu kalau dirinya merasa tak dianggap.
Ya iyalah. Kebanyakan manusia biasa di dimensi [Name] paling juga begitu.
Setelah tenang kembali, akhirnya Mono memutuskan dia aja yang jalan duluan biar [Name] ga serangan jantung lagi.
Melompati beberapa atap, Mono menyalakan senter dan ngarahin senter dia ke lorong setelah mereka sudah sampai ke rumah kelelawar lainnya.
Disepanjang jalan, kali ini bukan si Mono nih yang duluan minta gandengan, tapi [Name] sendiri karena dia takut kalau mereka refleks lari, [Name] malah ketinggalan dan dikasi suara ultrasonik(?) macem kelelawar. Bener nggak sih?
Btw, si the Viewers tadi dinamain kelelawar bukannya tanpa sebab. Tapi karena para penontonnya kalo udah diganggu, pasti mereka bakal ngeluarin jurus andalannya yaitu ngasi suara yang bikin kita tuli.
Bener kan?
Karena hal itu kita sebut aja mereka kelelawar deh biar saya nggak harus kasi italic waktu ngetik nama mereka.
Menyusuri lift yang terkunci, Mono udah berpesan ke [Name] kalo dia diam aja di lift itu bareng Six. Makin nethinklah sudah si [Name] ini mengingat dirinya harus satu lift bareng orang yang ga mau banget ada di samping dia.
Sebenernya kalau diliat dari sudut pandang Six, Six mah seneng banget dirinya bisa berduaan sama [Name]. Ibarat dia baru ketemu temen lama yang akrab banget sama dia dulu.
Tapi dari sudut pandang [Name], ekspresinya aja udah ga bisa dideskripsikan lagi waktu dia ngelirik Six yang ada disampingnya. Gimana mau makai ekspresi seneng kalau pikiran dia tentang Six aja masih nethink?
Awal-awal banget sebelum [Name] kenal yang namanya Little Nightmares, [Name] sempat suka dan buchin ke Six karena karakter utama Six tuh berani banget ngambil resiko dan nggak feminim banget walau dia cewek.
Sewaktu di adegan si Six makan Seven tuh sebenernya sempat ada pertikaian di pikiran [Name], hingga dia tau ending Little Nightmares yang kedua tuh seperti apa, rasa suka [Name] ke Six mulai terkikis dan mengurang perlahan-lahan hingga mengakibatkan dia sedikit kesal dengan Six kalau ingat ending.
Tapi kalau udah ketemu Six secara langsung begini, gimana [Name] nggak takut di 'NGAP' kayak Seven?
"Mau pegangan tangan?" Tanya Six dengan senyuman membuat [Name] merinding disko ketika mau nyambut uluran tangan Six.
"Makanya, udah kubilang berkali-kali kalau kamu tuh harus bunuh dia aja. Lama-lama kesal juga aku sama kamu."
'Kalau kamu ga niat bantu, mending diem aja deh. Gausah tiba-tiba bikin migrain. Aku udah capek dikasi migrain di dimensiku sendiri karena tugas, dan sekarang kau pula dengan seenak jidat ngasih migrain.'
"Iya iya, aku diem."
Beberapa saat rasa sakit kepala [Name] hilang dan mulai menelusuri jalan lainnya sambil berpegangan tangan dengan Mono kali ini, [Name] secara mendadak dibuat pusing lagi di tengah perjalanan.
"Asal kamu tau aja nih. Berhubung kamu mau nyampe ending, aku mau jemput kamu dulu untuk rundingin sesuatu."
"Hah? Jemput? Kalau dijemput, itu artinya aku bisa liat kamu? Wah, tumben banget kamu baik. Eh, setidaknya kasitau namamu dulu kek."
[Name] masih bingung tujuh keliling dengan apa yang orang itu katakan di dalam kepalanya. Kayaknya suara orang yang ada di kepalanya udah mulai hilang sepenuhnya. Mono yang liat [Name] daritadi terus-terusan berbicara sendiri juga mulai khawatir.
Sesekali, Mono selalu melirik diam-diam dimana [Name] berada sambil ngeratin genggaman tangannya kayak nggak mau dilepas.
Asik~ masnya mau latihan pegangan tangan kalau beneran nikah sama [Name] di pelaminan ya?
Six jadi mempelai wanitanya aja, si Seven jadi mempelai prianya.
Berjalan terus berjalan. Disepanjang perjalanan yang mengharuskan mereka lompat-lompatan di atas genteng kayak ninja Hat*ri, Mono memutuskan untuk gendong [Name] aja di pundak dia.
Setiap kali [Name] jalan, pasti bawaannya meleset mulu hampir jatoh kalau Six nggak sigap pegang tangan dan narik [Name].
Sesampainya mereka di sebuah gedung, keliatan banget kalau gedungnya mau roboh gepengin jadi tempe bagi siapapun yang masuk ke ruangan itu.
Niatnya mau jalan pelan-pelan, malah makin menjadi bangunannya goyang-goyang pengen joget. Alhasil, mereka harus lari sampai ke ujung ruang dan dorong pintu biar mereka nggak mokad.
'Gapapa deh, aku jadi tempe kali ini. Mudahan aja masih bisa hidup,' batin [Name] pasrah.
[Name] masih aja digenggam sama Mono waktu mereka lari dan pergi ke ruang sebelah. Walau begitu, usaha mereka tetap sia-sia. Mereka tetap aja masih kena hantam sama bangunannya.
Di adegan ini kan Mono sama Six masih hidup tuh, nggak tau kalau [Name]. Yang pastinya [Name] masih hidup.
Dengan kehendak author, nggak mungkin tokoh utama dalam cerita ini mokad cepet cuma karena bangunan roboh.
Dia cuma ditumpuk bangunan dan batu berat doang kok, nggak sampai meninggoy. Nggak kayak Six yang ditumpuknya cuma dari sofa.
.
To be continue ....
Duh, aku doki doki gegara nih cerita...
Bisa-bisanya--
Padahal nih cerita termasuk baru, tapi vote dan komennya per chapter aja udah ratusan. Makanya aku jadi semangat mau up nih cerita walau ada project *kray
(Epek gapernah dapet vote dan komen sampe segitu)
Dengan kuasa para reader, makasih banyak yang udah mempermudah jarinya neken bintang di pojok kiri bawah. Tanpa kalian, aku bukan apa-apa. Hanya seonggok debu, yakin deh.
1228 word
Resaseki12
Selasa, 23 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top