Chapter 7 - Nasib
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
Masih dengan adanya mereka bertiga di dalam kapal, si monster masih mencari melewati beberapa rintangan yang ada di depan agar bisa menyusul [Name] dkk.
Si author sudah lupa mereka sedang apa, jadi kita kembali saja ke tempat dimana Veronica sedang menatap layar laptop dengan wajah tidak bersahabat.
Iya, wajah tidak bersahabat. Dia ingat penyebab [Name] sampai harus keluar dimensi hanya karena layar laptop yang mati nyala sendiri.
"Laptop biadab. Ngapain laptopnya ada di atas kasur kembaran-- maksudku, kasurku?"
Begitulah apa yang dia umpatkan saat ini sambil menatap layar laptop yang mati dengan tatapan membunuh. Dia sedikit dendam sama laptop itu.
"Haruskah ku rusak?" Tanyanya bermonolog sendiri.
"Tapi nanti nasib kembaran gimana dong?"
Ia semakin sebal dan menggaruk belakang kepalanya yang ga gatel amat. Tak berselang waktu lama, ia seperti tersadar akan suatu hal lalu menoleh kesana kemari di kamar [Name].
"Gaada orang kan ya? Sisi ga denger kan?" Tanyanya pada diri sendiri. Dirasa cukup aman, kewaspadaannya seketika mengendur dan mulai menutup laptop dengan kasar.
"Mau ku rusak aja nih laptop kalo nggak inget kamu yang jadi perantara jiwa [Name] masuk ke dimensi itu."
Veronica lelah, ia ingin rebahan sambil minum teh dengan anggun. Tapi tentunya hal itu tidak bisa dilakukan sekaligus. Maka dari itu ia memilih duduk di sofa sambil menyilangkan kaki dan menonton film favorit di layar televisi. Tak lupa juga di meja sudah ada lima puluh botol besar teh pucuk yang sudah dibeli sama kakak tercinta untuk kobam dengan anggun.
Memang beda kembaran satu ini, ia bahkan bisa menghabiskan satu botol besar dalam sekali teguk.
Selanjutnya kita beralih dimana [Name] berada.
Terlihat Seven sedang berada di bawah bersama dengan [Name] yang sudah dia gendong di punggungnya. Iya, Seven agak trauma mengingat tuh anak kepala kotak malah bikin [Name] celaka. Jadi dia yang inisiatif mau gendong [Name].
[Name] mah daritadi pengen teriak sambil loncat kegirangan. Belum pernah dia dapet fanservice dari Seven, kalo Mono mah dah banyak jadi skip.
"Turun sini kamu," perintah Seven dengan nada ga bersahabat, masih kesal kalo kelakuan Mono diingat.
Mono cuma berdecih kesal sebelum akhirnya ikut turun ke tempat tanpa air kolamnya. Dia sadar diri kalo kelakuannya yang tadi bikin [Name] celaka, tapi dia kesel denger nada perintah dari cowo yang gatau darimana malah ngerebut [Name] dari dia.
Setelah semuanya turun ke kolam tanpa air, Seven jalan lebih dulu dan mengarahkan senter ke depan. Matanya langsung membola melihat banyaknya lintah yang terjebak di lubang.
Makin pusing aja Seven dibuatnya. Lubang itu satu-satunya jalan mereka dan malah kesumbat sama banyaknya lintah? Kok bisa lintah kejebak disitu?
"Kenapa ga di lempar pake sesuatu aja?"
Seven dan Mono secara bersamaan menoleh ke arah belakang punggung Seven. Rupanya benar [Name] yang menyarankan hal itu.
"Kalo dilempar benda, siapa tau mereka bisa keluar," lanjut [Name] menjelaskan, padahal mah dia udah tau alurnya gimana.
Efek samping nonton streamer yutub favoritnya yang mainin nih game juga jadi [Name] bisa dapat buff 'ngecheat'.
'Lagian siapa suruh aku malah ada di dalam game kesayangan?' [Name] memutar bola matanya malas.
Mendengar penuturan [Name] barusan dengan sigap kedua cowo itu menoleh seperti mencari-cari benda sekiranya bisa digunakan untuk melempar lintah.
"Cepetan dilempar, kasian lintahnya bikin pipanya kebelet disumbat gitu," celetuk [Name] yang makin bikin kedua cowo tadi semakin mencari.
Nggak, bukan keduanya, Seven mah keliatan banget ga tertariknya walau ia juga setuju dengerin saran [Name]. Cuma Mono doang disini yang paling keliatan semangat pas nyari barang buat dilempar ke tumpukan lintah.
'Semoga aja dengan begini [Name] mau kembali ke pelukanku,' begitulah batin Mono yang dilanda semangat menggebu-gebu ingin menggendong [Name] lagi.
Setelah lama mencari, akhirnya Mono lebih dulu mendapat sepatu di pojok ruang. Memang, usaha tidak mengkhianati hasil. Kali ini Mono pasti bisa menarik perhatian [Name], pikirnya yang sudah senyam-senyum kayak orgil.
Mengambil sepatu itu, Mono melemparnya sekuat tenaga dan membuat beberapa lintah yang tersumbat meloloskan diri.
Tentunya Mono langsung sigap melompat dan berlari ke arah pipa yang sebelumnya tersumbat dan tentu saja meninggalkan Seven dan [Name] yang masih berjuang berlarian kesana kemari meloloskan diri dari kejaran lintah.
Biadab, batin [Name] saat melihat Mono yang sudah menghilang tanda dia benar-benar meninggalkan mereka berdua. Ya bagaimana mau cepat menyusul jika Seven menggendong [Name] dan bermain kejar-kejaran secara bersamaan? Fokus Seven terbagi.
"Seven, gimana kalau--"
"Sudahlah, diam aja. Idemu nggak mempan buatku."
Akhirnya [Name] kembali terdiam dan semakin mengeratkan pelukannya di leher Seven, takut jatuh. Sedikit kesal sih, tapi kayaknya Seven sudah tau apa saran yang akan [Name] berikan padanya sampai Seven menolak.
Beberapa menit berlalu, Seven dan [Name] akhirnya bisa terlepas dari kejaran para lintah, menelusuri pipa, lalu mengambang di air.
Tadinya sih si Seven ingin berenang dan memanjat tangga agar bisa naik dan memecahkan teka-teki lainnya, namun belum berenang beberapa senti genangan airnya malah semakin naik yang membuat mereka panik. Bukan mereka, cuma [Name] aja yang panik karena nggak bisa berenang. Buktinya dia semakin mengeratkan pelukannya di leher Seven biar tetap bisa mengambang.
Naik dan terus naik, airnya seketika berhenti setelah mereka bisa sampai ke permukaan. Terlihat Mono yang tersenyum sesampainya mereka melihat ke sekeliling dengan tuas menyala. [Name] yang sudah mendapat spoiler jelas paham apa yang terjadi saat ini.
Benar, Mono lah pelaku utama yang membuat airnya menjadi naik sampai ke tempat Mono berada.
"Kamu mau bikin kita mati?" Celetuk [Name] tiba-tiba tanpa perasaan. Seven yang mendengar itu jelas kaget karena nggak paham, berbeda dengan Mono yang masih menampilkan senyum (licik)nya.
"Nggak lah, aku cuma mau nguji seseorang aja sih," Mono menjawab sambil melirik Seven.
Masih dengan perasaan jengkel karena [Name] hampir tenggelam lagi akibat guncangan hebat dari air pasang, [Name] hanya bisa memutar bola matanya malas lalu naik ke permukaan.
"Sama aja kamu mau bikin aku mati. Kamu lupa aku nggak bisa berenang?"
"Tapi buktinya kan nggak mati."
Makin kesal aja [Name] dibuatnya. Mau ga mau [Name] diam kali ini disaat Seven berusaha ingin naik ke permukaan.
Belum juga sampai, tiba-tiba aja Mono langsung berdiri dan menghampiri tuas tadi yang bikin air pasang itu kembali menjadi surut. Seven jelas ikut turun juga sesuai dari tinggi air karena dia belum berhasil mencapai tepi dan naik ke permukaan menyusul mereka.
"Loh, eh..." Seven mau protes pada awalnya, tapi niatnya ia urungkan karena dirinya dibawa semakin ke bawah.
"Kamu ngapain lagi sih?!" Tanya [Name] yang sedikit panik liat Seven menyusut lagi mengikuti tinggi air yang sedang dikontrol Mono.
"Nggak, aku nggak ngapa-ngapain."
'Jelas-jelas kamu lagi pegang tuasnya Samsudin! Kamu kira bisa bohongin aku?!'
Perempatan imajiner semakin terlihat di dahi. [Name] geleng-geleng kepala menanggapi sifat yang kelewat bocah dari si bocah walau dia memang masih bocah.
"Balikin airnya kayak tadi!"
"Nggak, buat apa juga?"
"Ya buat Seven bisa naik ke sini lah!!!"
"Ogah, mending dia dimakan hiu aja sekalian."
Begitulah kira-kira percakapan mereka berdua saat bertengkar. Seven yang sudah berada di paling dasar hanya geleng-geleng kepala.
Dia dengar semua percakapan mereka, dan dia juga sedikit mengasihani nasib sialnya saat ini.
"Pertengkaran rumah tangga... gini amat jadi orang ketiga." Seven berceletuk sambil menyandarkan dagunya pada telapak tangan, entah kenapa sikunya bisa bersandar pada permukaan air saat ini.
.
To be continue ....
Seven : Padahal aku ga minta jadi orang ketiga di hubungan mereka...
1225 word
Resaseki12
Sabtu, 24 Februari 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top