Chapter 5 - Kangen
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
"Akhirnya, kau datang juga, [Name]."
Veronica denger orang yang nyamperin dia ngomong gitu ke dia. Jujur aja, sebenernya Vero ga kenal nih orang siapa. Tapi ya sok kenal ajalah daripada urusan berabe kek di chapter sebelumnya.
"Oh, iya dong aku dateng kesini. Emangnya kamu ada perlu apa sama aku?" Vero berusaha ramah walau dalam hati udah mengumpat 'nih anak siapa sih?' gitu.
Maklum, dia pengen dikenal ramah walau pake tubuh kembaran. Ya iya sih, sebenernya yang Vero lakukan sekarang ini terbilang percuma karena yang dikenal ramah pasti nama "[Name]" dan bukan nama dia.
"Itu ... aku penggemar beratmu. Boleh minta tanda tangan nggak? Sekalian kita foto untuk mengabadikan moment ini."
'Owalah fans fanatik doang toh.' Vero memutar bola matanya malas tapi masih bisa nampilin senyum manisnya [Name].
"Boleh banget dong. Siapa yang bilang ga bole--"
"Ahahaha!!!"
Bola mata Vero yang tadinya ga peduli mau lirik tuh orang malah balik lagi jadi lirikin dia sambil mengernyit heran karena denger suara nenek lampir lagi ketawa.
Bukan sih, orang yang ada di depannya sekarang ini sudah dipastikan berjenis kelamin pria bukan ngetrap. Iyalah, dia aja gantengnya ga ketulungan dan suaranya pun serak-serak berat. Dari sisi mananya orang ini bisa dibilang ngetrap?
Dia bukan nenek lampir melainkan kakek lampir.
"Ah, maaf. Aku ga maksud buat kamu takut karena ketawaku yang menggelegar." Cowok itu mengibaskan tangannya beberapa kali selagi Vero masih mengernyit.
"Masa kamu lupa sama 'abang' mu sendiri, dek?"
"...."
'Owalah dia abang si kembaran rupanya. Ga ada akhlak banget aku di prank.' Vero melirik sisi lain sambil mencibir.
Dengan senyuman yang bisa menumbangkan sejuta kaum hawa, cowok yang mengklaim dirinya sebagai kakak [Name] pun merentangkan kedua tangan tepat dihadapan Vero berwujud [Name] yang masih mengumpat dalam hati.
(Sumpah aku maled gambar 😭 *tergampar)
"Adek ga kangen sama abang gitu?" Tanya si pria yang masih merentangkan tangannya.
Aduh gantengnya mahakarya tuhan. Jadi pengen kena pelet kakaknya [Name].
Selagi si pria masih rentangin tangannya, Vero malah memutar bola mata kesekian kalinya dan masih mengumpat 'bajingan banget aku kena prank sama modelan abang macem ini' dalam hatinya.
Terlepas dari acara mengumpat, Vero melirik kedua tangan si abang dengan kerutan di dahinya.
"Tuh tangan mau apa? Abang mau minta duit?"
"Ya masa orang kaya macem abang tega minta duit sama adek sendiri yang ga kerja? Tenang dek, abang tuh banyak duit di Bank. Mau duit mah tinggal gesek."
'Kok agak menyebalkan di kata-katanya yang ini?' pelipis Vero mulai menampakkan perempatan imajiner.
"Abang tuh ga minta itu kok, tenang aja. Ada hal lain yang abang pengenin."
Dengan masih merentangkan kedua tangan dan senyuman yang sanggup membuat beberapa kaum hawa yang berjalan melewati mereka mimisan, kejang-kejang, pingsan, hingga sampai menjadi aing maung, beberapa daun yang terlepas dari tangkainya juga seperti berusaha membuat penampakan sesosok mahakarya ciptaan tuhan ini terlihat lebih indah di depan Vero. Tapi sayangnya Vero maupun jiwa [Name] tak mempan diberi jurus seperti itu.
Udah kebal mereka kalo dikasi makan begini mulu tiap hari.
'Sekarang aku paham, nih orang sifatnya mirip banget sama Thin Man.' Vero meraih teh pucuk yang ada di dalam tas jinjingnya dan mulai membuka tutup botol untuk dia minum seteguk.
"Kamu masih doyan sama teh itu, dek?"
Baru seteguk Vero minum, si abang malah bertanya yang membuat Vero keselek.
Kalo kata orang, orang keselek atau bersin tandanya ada yang ngomongin. Pernyataannya emang bener sih. Bahkan si Vero bisa percaya omong kosong itu begitu aja karena dia sudah ngerasain di depan matanya sendiri.
"D-dek! Adek gapapa?! Kalo minum pelan-pelan dong, keselek kan jadinya!"
'Ya elu ngajak gue ngomong yang salah disini, bukan gue!' Vero mengumpat diselingi dengan batuk.
'Udah gue ga tau nama lu, lu malah sok tau pula. Untung lu abangnya kembaran. Kalo bukan, mungkin diri ini udah main senggol bacok.'
Batuk Vero yang tadinya makin parah kini sudah mulai membaik berkat jurus tepukan punggung milik si Abang yang bernama Trisno, tapi kita panggil aja Rino mengikuti kebanyakan orang manggil dia.
"Abang tuh cuma minta pelukan aja loh, kok adek malah minum teh pucuk?"
"Abang kan tau sendiri kalo minuman ini favoritku banget."
"Iya sih, tapi kalo pabriknya bangkrut trus adek ga bisa beli lagi gimana?"
"Ya kan tinggal Abang beli aja sepabriknya biar Abang produksi sendiri."
"..., bener juga ya."
'Teruntuk jiwa [Name] yang lagi pdkt di luar sana. Sekarang aku paham kenapa kamu kebal nanggepin Thin Man. Ku pikir kamu orang yang ga normal.'
Karena sudah disinggung oleh mbak Vero tentang 'jiwa [Name]', mari kita beralih dimana sang pemeran utama dalam book ini berada.
Terlihat di salah satu ruangan yang penuh dengan air, [Name] terbatuk dan ngos-ngosan dari 20 menit yang lalu.
Mono yang liat itu langsung sigap nepuk-nepuk pundak [Name], sementara Seven lagi dilanda kebingungan. Kok bisa disaat dia yang gendong [Name] dari punggungnya, [Name] selalu aja jatoh padahal katanya sudah pegangan erat sama Seven?
Iyalah, gw kan yang lepasin pakai kekuatan, batin Mono yang masih kepanasan entah kepanasan apa.
"Kamu gapapa?" Tanya Mono sambil menepuk punggung [Name] agar tak kemasukan air lagi. Dengan keadaan yang masih lemah, [Name] mengangguk pelan bahwa ia baik-baik aja.
"Gapapa, kayaknya tanganku licin aja deh barusan."
'Bukan licin, tapi emang sengaja ku jatuhin. Maafin aku, tapi aku maunya gendong kamu.' Mono melirik arah lain.
Pelet [Name] memang beda sampai bisa menarik perhatian lintah, bahkan air pun tertarik. Bukan cuma itu, Mono yang dari dulu jadi anak baik aja bisa berubah jadi jahat berkat kena peletnya [Name]. Belum lagi Seven yang kena nih.
"Ini aku emang disuruh berenang sendiri atau gimana? Aku kan ga bisa berenang."
"Mungkin karena dianya aja yang ga kuat gendong kamu. Sini, biar aku aja." Mono bersimpuh menunjukan punggungnya agar [Name] bisa naik.
Seven yang denger Mono ngomong gitu cuma bisa mengerutkan alisnya.
'Perasaan aku kuat sewaktu gendong [Name] di genangan air sebelumnya. Kok pindah kesini aku jadi nggak kuat?' Seven berpikir keras.
Pada akhirnya mereka berdua pun berenang lewati lembah-- bukan, maksudnya sampai ke seberang nun jauh disana. Selagi berenang dan ada di air, beberapa kali Mono salting sendiri dan hampir menenggelamkan mereka berdua untuk kedua kalinya.
Anak kecil kalau sudah buchin serem juga ya?
.
To be continue ....
1049 word
Resaseki12
Senin, 21 Februari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top