Chapter 2 - Perkenalan Dong~
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
"
Aduh ...."
"A-Ah, maaf maaf." Dengan gerakan cepat [Name] berdiri dari duduknya yang menindih anak tersebut.
"Ano ... bisa berdiri, Mono?"
"B-Bisa bisa." [Name] mulai membantu Mono berdiri dengan menjulurkan tangannya yang disambut Mono.
Ciee ada yang ngarep kalo yang dijatuhin sekarang ini Seven nih ciee .... Padahal orangnya lagi makai kardus di kepala, jelas sekali kalau itu Mono bukan Seven.
Eh iya, kalian kan nggak bisa liat.
Melihat kardus Mono yang dikit lagi mau kebuka membuat tangan [Name] refleks membantu Mono menyembunyikan wajahnya. Damage ketampanan Mono bahaya untuk keselamatan jantung sih.
"Um, kalian ngapain?"
Akhirnya, setelah sekian lama ia memperhatikan adegan UWU di depan matanya membuat dia harus angkat bicara.
Keduanya sama-sama menoleh melihat siapakah gerangan yang bertanya barusan.
Betapa terkejutnya [Name] disaat dirinya nggak sengaja liat seseorang yang emang harusnya dia temui saat ini.
Iya, kali ini beneran Seven kok bukan barang KW kek Mono barusan. Serius kali ini beneran Seven. Kedua tangan [Name] aja refleks menutup mulut sangking kagetnya ngeliat Seven. Dikirain tuh doi udah hilang entah kemana, sekalinya dia balik lagi toh.
Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan, [Name]. Mari kita tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan sang author ini dengan mendekati sang doi.
"E-Eh, d-dia kenapa?!"
"Eh? [Name] kena-- HAH?! KAMU KENAPA [NAME]?! KAMU SAKIT?! SAKIT BANGET KAH ABIS JATUH TADI?!"
"Ng-nggak, bukan gitu! Aku cuma panik doang! Efek panik ini!"
'Kenapa disaat begini harus mimisan yang keluar?! Mereka jadi panik kan?!'
Itu karena author yang udah berkehendak kawan~
"Jujur aja kalau kamu sakit, [Name]! Biar ku gendong aja sini!"
"B-bener tuh apa yang dikatakan kepala kardus. Kamu ikut dia aja."
"Siapa yang kau bilang 'kepala kardus' hah?!"
'Ternyata, ini toh rasanya dikhawatirin husbu sendiri.'
Disaat kedua husbunya pengen bergelud, disaat itu pulalah [Name] malah menangis terharu. Mbak [Name] ini udah berbeda dari sejak lahir emang. Harusnya dilerai dulu baru terharu.
"Oh iya, ngomong-ngomong kalian siapa?" Kali ini Seven memulai inisiatif bertanya dengan keduanya yang masih panik dengan mimisan [Name].
"Kalau gitu, kita kenalan dulu aja gimana?" [Name] yang udah tenang karena udah disumpelin kain bersih yang kebetulan ada di kantong Mono pun bertanya.
"Boleh tuh boleh." Mono menyetujui.
"Yaudah, dimulai dari aku dulu. Namaku Seven."
'Udah tau nak, tenang, bunda udah tau kok.'
Iya kan kamu mbak bukan Mono.
"Oke, anak yang sukanya memakai kepala kardus ini bernama Mono. Dan sebagai partner seperjuangan melalui masa depan yang suram begini, nama dia [Name]." Tanpa disuruh pun Mono malah memperkenalkan diri sekaligus dengan diri [Name].
"Wah, keren ya. Kalian ada ciri khas, make topeng gitu."
"Hoho! Tentu aja dong!"
'Kok lu yang bangga sih?' [Name] menatap horor dimana Mono udah berkacak pinggang menyombongkan diri.
"Tapi rambutmu ... putih? Aku jarang banget ketemu anak yang asli punya rambut putih." Kali ini Seven beralih dengan [Name]. Kayaknya dia tertarik sama warna rambut yang nggak biasa kayak [Name].
Ada untungnya juga diubanin. Mendadak [Name] bersyukur udah diubanin sama authornya.
"Begitulah. Ada penyebabnya kenapa aku bisa punya rambut putih begini."
'Efek dari perkawinan silang antara Pretender sama Veronica nih kayaknya makanya bisa putih.'
Menduga sesuatu hal yang mustahil tapi bisa juga beneran terjadi. Emang sasuga teori konspirasi milik mbak [Name] ini.
Lihat aja, bahkan mbak Vero aja udah bersin-bersin nggak jelas di ujung sana daritadi. Always bersinnya sambil ngeteh.
Nggak sakit apa ya?
"Eh? Kamu kenapa [Name]? Sakit? Kok bersin mulu?"
"Ga tau, kembaranku di ujung sana paling lagi ngomongin aku."
"..., Hah?"
Sisi yang notabenenya teman [Name] udah pasti bingung sohibnya (walau sebenarnya dia adalah Veronica dalam mode penyamaran) ngomong apaan. Jangan-jangan sohibnya salah makan waktu sarapan.
Vero waktu sarapan makannya sayur mayur cuy, nggak kayak [Name] yang biasanya aja sukanya makan mi instan di pagi hari walau dia tau itu nggak sehat.
"Nggak, lupakan. Ayo kita lanjutkan nugas."
"O-oke."
Sisi melirik dimana Vero dalam wujud [Name] berada tepat di depannya sambil minum teh dan memegang buku di salah satu tangannya dengan serius.
Sisi berani bersumpah kalo [Name] yang ada di depannya ini udah kebentur dan membuat dia nggak normal. [Name] yang biasanya tuh malahan lebih suka rebahan sambil megang hp dan laptop kemana-mana, bukan buku dan teh pucuk kayak sekarang.
Saat ini, mereka lagi ada di suatu perpustakaan kota. Bersih banget perpusnya, makanya Vero betah dan ngajak Sisi kesini buat nugas.
Mereka juga lagi nungguin dua orang lagi yang katanya mau ngerjain tugas bareng.
Biasa, lingkar pertemanan mereka tuh nggak jauh dari dua cowok dan satu cewek sahabat [Name] yang lagi jenguk mereka di rumah sakit. Mana mereka juga satu jurusan, udah pasti lingkar pertemanan mereka nggak mudah dipisahkan.
"Heyyo, kawan seperjuanganku~! Apa kabar~!"
Akhirnya, orang yang disebut muncul juga. Panjang umur.
Kedua lelaki yang ditunggu Sisi dan Vero mulai menghampiri mereka berdua. Yang mirip Mono duduk di sebelah Vero sedangkan yang mirip Seven sambil memakan lolipop duduk di samping Sisi.
"Aku dapet aksesoris bagus untukmu! Mayan bisa mempercantik rambutmu!" Anak yang mirip Mono menjulurkan tangannya untuk memberikan jepit rambut hadiah dari keberhasilannya memenangkan game center.
'Gblk. Kalo mau ngasih ini doang?' Vero menatap sinis jepit rambut yang emang keliatan bagus banget itu, tapi setelah dia ambil juga.
Menyenangkan hati orang juga bentuk dari pahala bukan?
Tenang, Vero masih punya akhlak kok.
"Makasih, Mulyono."
"Eh? Masama?"
Anak yang mirip Mono dengan nama Mulyono disingkat Yono itu mulai merasa aneh dengan tingkah laku [Name] yang nggak kayak biasanya.
Biasanya [Name] tuh sukanya nolak dulu, dihina dulu, dihujad dulu, sampe dikatain 'hasil dari judi nih pasti' dulu lah. Sudah jelas Yono merasa aneh karena kali ini [Name] setuju aja nerima barang pemberian dari dia.
Mana [Name] yang sekarang manggilnya lengkap "Mulyono" gitu nggak kayak yang dulu manggilnya "Yono" sampai seantero kampus pun pada tau kalau mau manggil Mulyono tuh panggilannya "Yono" bukan lengkap "Mulyono" karena [Name] yang dulu.
"Ano ... kamu sakit, [Name]?" Satya salah satu teman [Name] mirip Seven yang sedang mengemut lolipop pun memutuskan untuk bertanya.
Dia tau kali ini emang ada yang nggak beres dari diri [Name] yang sekarang, pokoknya semenjak [Name] keluar dari rumah sakit sifatnya udah beda.
"Nggak, aku hanya pusing memikirkan gimana caranya aku bisa naikin nilai yang dibuat kembaranku disini."
"..., Hah?"
"Lupakan, ayo lanjut nugas." Sambil menyeruput teh pucuk Vero mulai membalikkan beberapa lembar buku yang dia pegang.
Mulut Yono udah terbuka lebar, tangan Sisi dan Satya juga nggak sengaja menjatuhkan bolpoin dan lolipop sangkung terkejutnya dengan jawaban [Name].
Fix, ada yang aneh dari [Name] yang sekarang, mungkin begitu apa yang dipikirkan teman-temannya saat ini.
[Name] yang dulu mana pernah mikirin mau naikin nilai IPK. Yang penting lulus, itulah tujuan utamanya.
Waktu dimulainya kelas online aja [Name] mana pernah merhatiin.
"[Name]! Kamu kerasukan apa [Name]?!" Yono yang lebih dulu panik sambil guncangin tubuh [Name] biar sadar.
Kalo kerasukan terus disadarin dengan cara begitu ya nggak mungkin bisa sadar lah mas, gimana sih?
"Kepalamy kebentur atau gimana sih? Sisi, kamu nggak ngapa-ngapain dia kan?" Tanya Satya santai tapi masih bisa menunjukkan ekspresi kaget.
Gitulah pokoknya. Masalahnya Satya ini minim ekspresi sih.
"Mana ku tau! Dari awal dia pulang ke kost aja udah aneh kok!" Sisi protes nggak terima dirinya dituduh jadi dalang dari semua kejadian ini.
Vero yang ngeliat semua temannya [Name] heboh cuma bisa lirik sana-sini nggak ngerti apa yang harus dia perbuat.
'Ternyata, penderitaanmu masih berlanjut dari ketiga makhluk ini. Kasian banget kembaranku.'
Mari kita balik lagi posisi dimana [Name] bersama Mono dan Seven lagi ngelakuin sesuatu nun jauh disana.
[Name] juga lagi bersin saat ini. Biasa, ada yang ngomongin.
"[Name], kamu sakit?!" Mono lebih dulu panik liat [Name] bersin setelah bawa dia naik dari air.
"A-Aku nggak papa kok. Tenang aja."
"Sekarang bukan saatnya mikirin itu! Harusnya kalian sadar kalau hidup kita ini lagi dipertaruhkan!!!"
Yang tadi itu suara Seven dengan paniknya teriak ngeliat si nenek yang berenang di bawah laut udah mau naik-naik ke atas nangkepin mereka bertiga.
Hayoloh, pertaruhan hidup dan mati kan jadinya. Gimana tuh ceritanya?
Tunggu pesan-pesan berikut ini.
Oke, mari kabur.
.
To be continue ....
1358 word
Resaseki12
Senin, 26 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top