5. Hutan

Berada di pedalaman hutan berpohon lebat, aku melihat cahaya matahari sulit merayap ke tanah karena dihalangi dahan dan dedaunan rimbun. Aku memegangi tangannya, dia agak berkeringat, mungkin karena lelah dan merasa takut hanya berdua denganku di hutan seperti ini.

Kulihat dia mengambil napas, kami berhenti sejenak dan aku menyuruhnya duduk di salah satu batu yang dihujani cahaya, jadi tempat itu tak ditumbuhi lumut yang suka kelembapan.

"Kau baik-baik saja?"

Dia mengangguk dan tersenyum semangat.

"Ya, tentu."

Aku menatapnya dan mendengkus lucu, kami hanya terdiam sejenak, kulihat dia menatap sekitar dan mulai terbiasa. Dia memejamkan mata, sepertinya mendengar suara angin yang menggoyangkan dahan-dahan sehingga gemeresik terdengar. Di tempat yang lebih gelap, kerikan serangga nyaring memasuki telinga kami.

"Di sini sangat tenang, ya?" tanya gadis itu dengan senyum simpul. Dia terlihat lebih bersemangat walau agak kelelahan.

"Benar, tapi jangan coba-coba pergi sendirian, berbahaya."

Dia tertawa kecil dan menggelengkan kepala, entah kenapa aku selalu terhipnotis dengan senyumannya.

"Aku juga tidak akan berani, Toji."

Aku hanya mengangguk kecil, menatap sekitar, tak mau tertangkap basah karena memperhatikannya.

"Apa tempatnya masih jauh?"

"Tidak, sebentar lagi. Mungkin tiga puluh menit dengan berjalan kaki." Aku menerangkan.

Dia berdiri dan terlihat lebih semangat lagi, merenggangkan tubuhnya dan mengajakku untuk melanjutkan perjalanan kami.

"Aku tak sabar. Ayo, Toji."

Mengulurkan tanganku, dia lantas menggenggam telapakku dan kami kembali melangkah bersama.

Tiga puluh menit kemudian, kami tiba di sebuah padang bunga, aku menatapnya dan seperti yang kupikirkan gadis yang masih menggenggam tanganku itu terlihat takjub. Bibirku berkedut dan aku ikut tersenyum.

"Kau suka?"

Dia lantas menganggukkan kepala, dia melangkah maju kemudian menatapku dan tertawa gembira.

"Indah sekali," ucap gadis itu.

Dia berjongkok dan memetik beberapa bunga liar, kemudian menghirup wanginya. Dia mendekatiku, bertanya apakah aku ingin mencium wangi bunga itu, aku mengangguk saja dan dia mendekatkan bunga ke hidungku.

Untuk beberapa saat, kami menghabiskan waktu di padang bunga sembari duduk dan melihat kupu-kupu. Dia membuat sebuah mahkota bunga dan memakainya, kemudian membuat yang lebih besar untuk dipakaikan kepadaku.

"Dari mana kau tahu tempat menawan ini, Toji?"

"Ah, aku pernah melewatinya. Jadi kupikir kau akan suka."

"Tak kusangka, di dalam hutan yang rimbun dan bahkan cahaya matahari sulit menyinari, ada tempat seluar-biasa ini."

Dia menatapku, tersenyum kembali.

"Aku harus berusaha terlebih dahulu untuk memijakkan kaki ke tempat ini. Kalau bukan karenamu, aku tak akan memiliki pengalaman seindah ini, Toji. Terima kasih."

Mendekus lucu, aku menatap wajahnya, dan entah kenapa aku merasa terganggu ada setangkai bunga kecil yang terlihat menggantung di dahinya, sepertinya tak terbait dengan rapi di mahkota bunga yang dia pakai. Tanganku bergerak, dan merapikannya.

Mungkin karena aku melakukannya dengan tiba-tiba, dia agak terkejut, wajahnya menjadi sangat merah.

"Tak perlu berterimakasih, aku memikirkanmu saat menemukan tempat ini."

Kupikir hutan rinbun yang jauh dari jangkawan matahari adalah potret diriku, dan padang bunga yang indah ini adalah kamu.

.
.
.
.

BAB V
TAMAT

.
.
.
.
.

HALO! Balik lagi sama Erza.
30DWC dari NPC hari kelimat.
Tema: Random web wkwkwk.

Nah, Erza hoki dapet web itu dan kayak kasih prompt gitu lah ya untuk cerpen hari ini wkwkwk.

Ok lah, segitu aja cuap2nya.

Salam sayang,
zhaErza

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top