1. Pertama Kali, Aneh. Namun, Aku Suka
Jujutsu Kaisen by Gege Akutami
Story by zhaErza
.
.
.
Meninggalkan klan busuk itu.
Kurasa itu pilihan terbaik di kehidupan yang buruk untuk orang sepertiku.
Memangnya apa yang bisa dipertahankan? Di sana aku dilihat sebagai sampah yang siap disingkirkan. Mereka hanya menganggap pemilik cursed energy-lah yang layak dipandang dan diagungkan sebagai Jujutsu Sorceress. Aku tertawa, bahuku berguncang ketika aku menutup mulut dengan tangan dan berusaha agar tidak membuat tawaku semakin liar, orang-orang menyingkir dan tak ingin berdekatan denganku di pinggir jalanan yang ramai ini, mungkin takut karena menganggapku gila. Namun, bagaimana ini tidak menggelikan? Orang-orang sial itu sangat berlagak, padahal hanyalah kumpulan pecundang yang ketakutan kepadaku.
Aku ingin membunuh Zenin.
Tanganku gatal ingin menghabisi mereka. Menarik napas panjang, aku menghentikan getaran membara di dadaku, tawaku perlahan mulai reda. Namun, untuk pertama kalinya, susasa hatiku dalam kondisi yang sangat baik. Dan aku membatalkan niatku untuk memusnahkan para bedebah itu. Yah, anggap saja mereka beruntung karena aku tengah memiliki hati nurani sekarang.
Mataku tertuju kepada seorang gadis yang tengah melambaikan tangan, senyum gilaku lenyap dan tergantikan dengan rasa hangat di dada. Ah, perasaan apa ini? Aku suka. Dia melangkah mendekat, bibirnya yang kecil itu berwarna merah muda dan riang menyapaku. Kenapa ada manusia seperti dirinya? Tak muak atau takut kepadaku? Apa yang dia lihat dari diriku, ya?
"Hai! Kau menunggu lama, ya, Toji?"
Aku memandangnya, menggelengkan kepala dan bibirku berkedut karena mengikuti senyum ceria gadis di hadapanku ini.
"Aku juga baru tiba," ucapku berbohong. Padahal aku berdiri di pinggir jalan selama hampir dua jam, menemani tiang lampu yang bersinar saat malam di tengah lalu-lalang orang-orang.
Kenapa aku bisa dalam suasa hati seperti ini? Apa aku sangat bersemangat karena akan bertemu dengannya? Aku benar-benar tidak sabaran untuk melihat dia yang tersenyum dan menatap dengan mata indah dan hangat kepadaku. Ah, apa yang aku pikirkan? Ini sungguh di luar dugaan. Memangnya aku pernah berpikir begini sebelumnya, kukira hanya ada kemuakan dan dendam di dalam diriku?
"Tapi sepertinya kulit wajahmu agak kering, kau tidak pakai pelembab, ya? Cuacanya kan dingin?" tanya gadis itu, menatapku dengan khawatir, dia mengelurkan sesuatu dari tas kecil yang dia sandang. "Ini pelembabku, pakailah di wajah dan bibirmu."
Aku masih menatap gadis di hadapanku, aku bingung sekali. Kenapa dia perhatian dan peduli? Memangnya kenapa kalau kulitku kering? Apa itu mengganggunya? Aku sering terluka sangat parah, tapi tak ada yang bertanya dan mau mengobatiku? Kenapa dia begini, ya?
"Anu, kenapa kau hanya diam? Lihat pipimu sangat kering, bibirmu juga mengelupas. Takutnya akan berdarah kalau dibiarkan, Toji." Alisnya berkerut, dia terlihat semakin khawatir kepadaku. "Ah, atau kau mau aku pakaikan? Benar sih, kau tidak bisa melihat kulit wajahmu sendiri dengan mata kepalamu." Dia tertawa kecil, bibirku mengikutinya dan tersenyum.
"Kalau begitu, pakaikan saja," kataku.
Dia mengangguk, aku sedikit membungkuk karena dia kecil, jari-jarinya yang hangat mulai menyentuh kulit wajahku yang dingin. Sepertinya dia kaget karena sadar akan hal itu.
"Wajahmu dingin sekali, kau sudah lama berada di luar ruangan di cuaca dingin seperti ini, ya, Toji?"
Aku diam saja, tidak menjawab pertanyaannya dan terus menatap wajah gadis itu yang berubah menjadi khawatir lagi. Aku merasa kehangatan menjalar di dadaku, perasaan aneh yang selalu kurasakan ketika bersama dirinya.
"Setelah ini sebaiknya kita ke kafe terdekat dan minum kopi panas bersama, ya? Setelah kau menjadi lebih hangat, baru kita jalan-jalan dan melihat karnavalnya." Dia tersenyum lembut dan cerah, wajahnya terlihat lebih bersinar. Apa karena cahaya lampu jalan?
Aku mengangguk. Jari tangannya berada di bibirku, dia mengolesi pelembab dengan perlahan, kemudian tersenyum lebih ceria lagi ketika selesai melakukan kegiatan itu kepadaku. Kepalaku masih tertunduk, aku tak bisa mengalihkan mataku dari dia, senyumanku semakin lebar ketika melihatnya tertawa kecil karena aku tak kunjung menegakkan kepala.
"Kau kenapa?" tanyanya, aku hanya menggeleng dan masih tersenyum seperti dia. "Ah, kalau begitu ayo kita mencari kafe dan minum kopi, Toji!" Serunya, kemudian gadis itu berlari kecil.
Aku menegakkan tubuh dan masih memandang dia sampai kepalaku berputar. Gadis itu terlihat bingung, terdiam dan berhenti, kemudian melangkah mendekatiku lagi dan menarik tanganku agar ikut melangkah bersamanya.
Dia menggenggam tanganku, terasa lembut dan hangat. Aku tak tahu kenapa menjadi seperti ini, tetapi tanganku seperti beradaptasi dengan baik. Aku pun ikut menggenggam tangannya dengan erat.
Di balik cahaya lampu di sepanjang jalan yang kami lewati, kenapa dia terlihat lebih terang dan indah? Kenapa, ya? Aku tak tahu, tetapi untuk pertama kalinya aku benar-benar menikmati kehidupanku.
.
.
.
.
.
BAB 1
Tamat
.
.
.
30 Days Writing Challange dari NPC2301
Hari pertama tema: Pengalaman pertama
Di sini Toji untuk pertama kalinya merasa rasa asing tetapi hangat.
Mau mewek bentar, nulis begini doang padahal gak sampe 700 kata, Erza dah mewek banget. Gak kuat tuh aslinya sama implist angst gini apalagi faktanya sebelum ketemu Megumi-Mama tuh, Toji gak stabil banget gegara perlakuan Klan Zenin ke dia.
😭😭😭😭
Jadi di sini Erza gambarin Toji yang masih ngerasa muak, hampa dan kosong, terus ketemu Megumi-mama dan jadi lebih manusiawi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top