II. 5 | About Him We Haven't Known Yetㅡ2013, July
Malam itu badai masih berlanjut dan Archil terus menghubungi Jay mengenai dirinya dan Domna yang tidak bisa keluar dari rumah wanita itu karena neneknya yang begitu posesif. Tapi Archil justru mendapatkan suara Vardo di sambungan telepon Jay sehingga ia menjelaskan dengan seringaian nakal membuat Domna bertanya-tanya. Kesepakatan yang diambilㅡArchil dan Domna akan ke sana besok ketika jam makan siang.
Badai berhenti tepat pada esok harinya. Setelah membersihkan dirinya di lantai dua, Vardo menemukan Domna dan Archil telah di sana bersama Jay. Ada mie cina yang telah dibuka dan menyisakan satu untuknya. "Zarein." Jay memanggilnya dan dua orang temannya melihat ke arah dirinya.
"Untuk mengambil waktu mandi, kau lumayan lama," komentar Domna yang mengalihkan pandangan kepada lukisan Jay di sebelah jendela. "Kau bisa melukisku seperti itu, Jay?"
"Mungkin membutuhkan waktu yang lama."
Archil menggeser kursi lain untuk Vardo duduki dan membiarkan wanita itu duduk di sebelahnya selagi Domna dan Jay berbicara. "Bagaimana?"
Vardo menoleh dengan pertanyaan Archil tanpa melihat dirinya. "Apa?"
"Kau yang mengangkat ponsel Jay tadi malam sudah membuat segalanya jelas, Zarein." Archil terkekeh sebentar. "Aku tahu aroma sabun kalian sama. Domna hanya tidak tahu dengan itu. Apa kalian bercinta di depan lukisan itu? Kuharap tidak. Sebab lukisannya terlihat ... suci. Kuakui kau di lukisan itu malah mirip biarawati. Aku tidak bisa membayangkan ia melihat sesuatu yang erotis."
Vardo mendengus sinis. "Tidak. Tentu tidak di depan lukisan itu."
Archil mengangguk. Mengambilkan mie cina yang belum dibuka kepada Vardo. "Kusarankan dilain waktu jangan lakukan di tempat ini lagi."
"Apa arwah nenek Stoddie melihatnya dan ia sangat marah?" Vardo bertanya dengan nada mengejek. Tapi respon Archil yang terkekeh lagi justru membuat ia terdengar tidak serius dengan kalimat berikutnya.
"Kau tahu 'kan, kalau aku jauh dari keluargaku di Argentina, di Limaㅡkota ini, aku hanya memiliki kalian. Sejak Jay datang, rumah ini juga menjadi tempat tinggalku dan dirinya selagi jadwal kita kosong. Tapi aku lebih banyak menghabiskan waktu di sini daripada Jay dan Stoddie sendiri. Jadi, seringkali aku merasa sedang diawasi. Sulit rasanya menjelaskan itu. Jika kukatakan konteksnya dalam hal gaib rasanya juga kurang tepat."
"Hm ...." Vardo mengunyah makanannya dengan mata yang memperhatikan Domna dan Jay mendekati lukisan itu. "Maksudmu, kemungkinan Stoddie memasang kamera tersembunyi di sini, begitu?"
"Mungkin. Tapi aku tidak ingin berpikir buruk padanya. Maksudku kita ini tim. Tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Kalau satu-satunya yang ia takutkan adalah kitaㅡatau aku, akan mengambil uangnya maka itu mustahil. Kamarnya di lantai dua selalu ia kunci dengan gembok dan rantai kolot itu. Dan aku tidak berpikir satu kali pun untuk mencurinya."
Archil melanjutkan, kali ini melihat ke arah Vardo dengan serius. "Yang aku takutkan adalah, kalau ia memasang kamera tersembunyi hanya untuk melihat kita di kamar mandi ... terutama kau dan DomnaㅡTuhan, aku tidak ingin membayangkan hal buruk seperti itu kepadanya. Tapi kalau itu terjadi, aku akan menghajarnya."
Vardo spontan terbahak membuat Domna dan Jay melihat ke arahnya tiba-tiba. "Kau sudah terlalu jauh menerka Stoddie begitu, Archil." Ia menepuk bahu pria itu beberapa kali. "Dengar, aku akan menanyakan hal itu ketika ia datang. Tidak akan ada namamu di dalamnya nanti."
Archil menggeleng. "Sebaiknya jangan. Aku hanya ingin mengutarakan perasaan gusarku saja."
"Aku tidak membawa namamu di dalamnya sebab ketika aku mandi, aku juga merasa diawasi. Seolah ada kamera pengawas di sana. Awalnya aku mengira mungkin karena kali pertama menginap di sini perasaan seperti itu wajar. Tapi mendengar ceritamu yang bahkan telah lama ada di sini kurasa kita harus bertanya padanya." Vardo melihatnya dengan sumpit yang ia gigit. "Aku enggan membahas ini, tapi ketika aku bercinta dengan Jay di lantai dua, aku juga merasakan ada yang melihat kami. Dan itu benar-benar tidak nyaman."
"Apa Jay tidak menyadarinya?"
"Kurasa hanya kau dan aku yang memiliki kepekaaan cukup tinggi."
Archil diam untuk memikirkan kata-kata berikutnya. Tapi sebelum ia berbicara lagi, ponsel Jay berbunyi. Stoddard meneleponnya dan Jay menyalakan pengeras suara agar semua orang mendengar sapaan ketua tim mereka.
"Aku akan menanyakan itu nanti. Tidak sekarang." Vardo merendahkan nada suaranya. "Tidak ketika kau dan aku belum memiliki bukti."
"Bagaimana kau mencari buktinya? Menggeledah rumah ini?"
"Tidak, Archil. Aku tidak menggeledah di tempat ini."
"Beritahu aku."
Tapi Vardo tidak menjawabnya. Melainkan hanya melihatnya dan tersenyum. Membuat Archil semakin bertanya-tanya apakah Vardo akan menghancurkan kunci kamar Stoddard dan menggeledah kamar pria itu ketika pada akhirnya tidak menemukan bukti.
Faktanya, hal yang tidak Archil ketahui adalah, Vardo telah menemukan satu kamera kecil di kamar mandi. Ia membiarkan benda itu tetap ada di sana seolah ia tidak menyadarinya. Tapi ia memastikan kalau teman-temannya tidak akan menggunakan kamar mandi itu lagi.
Fakta lainnya yang tidak Archil tahu, bukan Domna maupun Vardo yang Stoddard pantau. Melainkan Jay.
Ya, Vardo telah mengetahui kalau Stoddard menyukai Jay. Ia telah menemukan kamera kecil di tempat yang sering Jay lewati termasuk dapur dan kamar pria itu di lantai dua. Vardo sangat yakin kalau Stoddard melihatnya bercinta tadi malam meskipun lampu kamar telah dimatikan.
Sebelum Jay datang kemarin, ia telah memastikan hanya ada tiga kamera kecil di rumah ini. Dan semuanya selalu ada di tempat Jay berada. Hal lainnya, Vardo menemukan ruangan lain di atas loteng. Ia menarik tali yang tertempel di langit-langit atap, lalu tangga kayu muncul dari atas sana membawanya menaiki loteng menunjukkan lebih banyak foto Jay di dalamnya. Potret yang diambil diam-diam. Ada beberapa bagian tubuh Jay yang telanjang di kamar mandiㅡatau berkeringat ketika menyiapkan pertunjukkan.
Vardo mual membayangkan obsesi Stoddard dan ia hampir saja memuntahkan seluruh isi perutnya ketika menemukan sisi dinding kayu ditempeli beberapa foto Jay. Lengket, berlendir, dan berbau menyengat. Ia tahu betul Stoddard menggunakan foto-foto itu untuk memuaskan dirinya sendiri. Menjijikan, pikirnya.
Ia sengaja bercinta dengan Jay kemarin untuk memancing Stoddard segera kembali dari liburannya sehingga ia bisa meminta pria itu untuk membuka kamarnya. Setidaknya itu di kepala Vardo saat ini.
Ia tidak akan membuat keributan di antara tim mereka. Jadi ia akan melakukannya secara diam-diam dan memastikan hanya ia yang tahu tingkah menjijikan ketua mereka.
"Aku sedang mempersiapkan barang-barangku untuk pulang. Setelah kupikir, aku tidak bisa meninggalkan kalian terlalu lama," kata Stoddard di seberang sana melalui ponsel Jay. Dan Archil tidak yakin dengan pandangannya sendiri saat melihat Vardo menyeringai lalu terkekeh sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top