Chapter 4: And

"Life blooms like a flower
Far away or by the road
Waiting for the one
To find the way back home

Time flows across the world
There is always a longer way to go
Till I reach your arms
A Madder there for you"

Di atap suatu rumah, duduklah seorang laki-laki sembari bersenandung pelan di kesunyian malam ini. (....jangan nyanyi bacanya:D)

"Aku harus bisa....bulan depan. Tidak ada waktu lain selain saat itu..."

"....."

"....Haha. Ini aneh"

Dia tersenyum kecil.

"Bukankah Tenn-nii membenciku? Bukankah dia kembali baik padaku karena merasa kasihan?"

. . .

Rencana Takamasa kini mulai dibincangkan kembali oleh Sousuke kepada Anesagi dan Raku. Meski rasa khawatir memenuhi kepala mereka, namun rencana itu harus tetap dijalankan.

"Apa kita akan serius melakukan ini? Aku tahu kita sudah berjanji kepada Kujo Takamasa yang sudah memberi kita waktu 1 bulan, tapi kondisi Tenn masih sama!" Protes Anesagi.

".....aku tahu. Tapi kita tidak bisa membantah ucapan Kujo, aku takut dia akan melakukan sesuatu kepada Tenn kedepannya...." Ucap Sousuke sambil memijit dahinya.

"....."

Raku hanya menyimak semua perbincangan itu, dan berpikir bagaimana caranya agar semua masalah ini selesai.

"Kondisi Tenn....bagaimana?" Tanya Sousuke.

Anesagi menggeleng, "Masih sering melamun, porsi makannya semakin sedikit, dan jarang berbicara"

Sousuke menghela napasnya dengan berat.

"Jika terus begini, bisa-bisa Trigger akan bubar. Hahh....ternyata kematian Nanase bisa membuat Tenn seperti ini...." Gumam Sousuke sambil menatap jendela ruang meeting.

"Jika saja Kujo tua itu tidak membawa Tenn saat itu....kurasa semua ini tidak akan terjadi...." Gumam Anesagi.

Raku menatap sedih kedua orang di ruang meeting itu.

"Menyalahkan siapapun itu tidak akan bisa menghindari takdir yang telah ditentukan, kematian seseorang telah diatur selama kita hidup di dunia ini. Aku yakin Tenn-san hanya sedikit merasa bersalah terhadap Riku-san atas perlakuannya dulu, dan aku juga yakin dengan semangat yang kita berikan padanya bisa membuatnya kembali bersemangat dan kembali seperti dulu lagi" Raku tersenyum kepada kedua orang yang tengah menatapinya.

Mereka semua terdiam mendengar perkataan darinya.

"Kau benar, Raku. Namun, apapun yang kita lakukan padanya kondisinya tidak berkembang....."

"Apalagi akhir bulan depan adalah D-Day untuk Trigger, waktu yang kita miliki hanya sedikit"

Sang asisten manager Trigger itu tersenyum lebar, "masalah Tenn-san serahkan saja padaku!"

Tak lama kemudian, meeting pun selesai dan Raku keluar dari ruangan tersebut.

"Nee Sachou, auranya sangat mirip dengan seseorang ya?"

"Ya benar, sangat mirip dengan Nanase bukan?"

. . .

Raku keluar dari Agensi Yaotome dan masuk ke dalam mobil kantornya, saat tengah memasang sabuk pengaman ia melihat Tenn yang tengah duduk sendirian di taman depan Agensi.

Lantas ia mengemudikan mobilnya menuju ke arah Tenn berada, dan memberhentikan mobilnya tepat di depan Tenn.

Dengan perlahan , Tenn menatap ke depan.

"Raku?" Heran Tenn.

"Naiklah Tenn-san, bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar?" Ujar Raku sambil tersenyum.

Tenn termenung dan tersenyum kecil, lalu dia menaiki mobil tersebut.

"Kemana kita akan pergi?" Tanya Tenn dari jok tengah.

"..... kemanapun mobil ini membawa kita" jawab Raku yang menatap Tenn dari kaca tengah(?)

Center Trigger itu tersenyum, "begitukah...?"

Keadaan pun kembali hening dan hanya terdengar suara AC mobil, Tenn sibuk bermain dengan HP miliknya dengan telinga yang dipasangi headphone.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalanan yang ramai, melewati pemandangan pinggiran kota yang terlihat indah nan estetika.

Tenn masih belum menyadari kemana Raku akan membawanya, yang pasti mereka kini jauh dari perkotaan.

. . .

Setelah beberapa jam, mereka pun sampai di sebuah tempat...

"Tenn-san, kita sampai" ucap Raku sambil menengok ke belakang.

Tenn mendongakkan kepalanya dan melepas headphone yang ia pakai.

"Kita berada di.....pantai?"

Raku tersenyum dan mengangguk, "Iya, kita berada di pantai"

Center Trigger itu keluar dari mobil dan melihat sekelilingnya, pantai itu memiliki rasa yang familiar dan entah mengapa ia merasa jika pantai ini sangat penting untuknya.

Ia berjalan menuju pesisir pantai, deburan ombak yang bergelombang dan bau lautan yang khas membuatnya tertarik.

"Sudah lama tidak pergi ke pantai ini..." Gumamnya sambil tersenyum lembut.

Raku menatapnya dari belakang dengan senyum di wajahnya.

'Apa kau ingat tempat ini, Tenn-nii? Tempat ini memiliki banyak kenangan untuk kita, bukan?'

Ekspresi Raku berubah menjadi sendu.

'Tenn-nii, aku ingin tahu apa yang kau pikirkan tentangku. Bukankah dulu Tenn-nii begitu membenciku?'

'Apa setelah Kujo membawamu saat itu, kau menjadi lupa dengan kami? Yang merupakan keluarga kandungmu?'

Tangannya terkepal dengan erat.

'Jika saja saat itu Ayah dan Ibu membiarkanmu pergi, mungkin mereka dan Nee-chan tidak...'

Laki-laki berambut merah itu menggelengkan kepalanya.

'.....Sudahlah, masa lalu tidak perlu diungkit kembali. Itu hanya akan membuatku lupa tujuan awalku menjadi seperti sekarang'

Raku pun berjalan mendekati Tenn yang hanya berdiri sejak mereka sampai di pantai itu, kemudian dia menepuk pundak Tenn.

"Tenn-san tahu? Orang bilang jika kita berteriak sekencang-kencangnya maka beban kita pun akan lenyap!"

"Begitukah?"

"Uhum! Cobalah!"

Tenn terlihat ragu untuk melakukannya, jika dia berteriak di tempat umum....bagaimana dengan harga diri yang sudah ia jaga selama ini?

Tenn menghela napas dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya perlahan, tatapan matanya tertuju ke depan dan bersiap untuk berteriak.

"AKU ADALAH KAKAK YANG BODOH DAN TIDAK BAIK!! AKU MEMBIARKAN ADIKKU MENDERITA SELAMA INI HINGGA DIA MENGHEMBUSKAN NAPAS TERAKHIRNYA!!"

Raku hanya diam, dan hanya mendengarkan. Lagipula itulah yang Tenn butuhkan untuk saat ini, pada kondisi ini.

"KARENA DIRIKU, RIKU HARUS MENGALAMI KEJADIAN BURUK! KARENA DIRIKU, DIA MENINGGAL!! SEMUANYA SALAHKU! AKU MEMBUNUH KEDUA ORANGTUAKU, KAKAKKU, DAN ADIKKU SENDIRI!! SEMUANYA ADALAH SALAHKU!!"

Air mata mengalir dengan deras di wajah Tenn, rasa bersalah yang dalam terlihat pada kedua matanya.

"....Aku sangat menyayangi Riku.....tidak seharusnya aku berperilaku buruk padanya...."

"....kenapa? Kenapa kami-sama harus membawa Riku pergi?! Kenapa Nee-chan membawa Riku dengannya?!! Aku ingin adikku kembali.....aku tidak bisa hidup tanpanya...."

Tenn tidak bisa menahan tangisnya yang selama ini selalu ia tahan, bahkan Raku pun ikut meneteskan air matanya. Melihat Tenn yang menyalahkan dirinya, Raku pun berdiri di depan Tenn dan menepuk kedua pundaknya.

"Tenn-san! Semua itu bukanlah salah mu! Tenn-san adalah seorang kakak yang baik untuk Riku-san, kau hanya melakukan tugasmu sebagai seorang Kakak yang baik. Aku yakin, mereka selalu mengawasi Tenn-san dari atas sana dan berharap Tenn-san memiliki hidup yang baik"

"....."

"Aku memang tidak tahu dengan jelas apa yang terjadi, namun ingatlah ini Tenn-san. Apapun yang terjadi, hiduplah dengan baik. Kami semua akan terus berada di sisi mu, mendampingimu agar kau tidak merasa sendiri di dunia ini"

".....Raku..."

"Tidak apa jika Tenn-san belum ingin mengutarakan isi hatimu, aku akan selalu mendengarkan keluh kesahmu. Jadi jangan sungkan untuk melakukannya, ya?"

Tenn pun tersenyum dan mengangguk kecil.

"Arigatou..."

. . .

Mereka pun kini dalam perjalanan pulang, langit pun kian menggelap dan menampakkan warna senja yang indah.

Raku menatap Tenn yang tertidur di kursi belakang.

"Akhirnya aku berhasil mendapat kepercayaanmu, tinggal 1 hal lagi...."

Mereka sampai di Dorm Trigger setelah perjalanan panjang itu, dan membawa Tenn yang masih tertidur itu masuk ke dalam rumah.

"Nanazuki! Kalian darimana saj—"

"Shushh, Gaku-san tolong pelankan suaramu! Tenn-san sedang tidur!" Bisik Raku pada orang yang ada di depannya.

"Ah....maaf, kalau begitu bawa saja ke kamarnya langsung. Apa kau ingin aku yang membawanya, dia sangat berat bukan?"

"Hahaha tidak perlu, aku bisa membawanya"

"Baiklah"

Dengan hati-hati, ia berjalan menuju kamar Tenn dan membaringkannya di kasur dengan perlahan.

"Hah....capek juga, badan Tenn-nii kecil tapi ternyata berat..." Keluh Raku sambil memegang pundaknya dan menggerakkannya sedikit.

Lalu, arah pandangannya tertuju pada sebuah figura foto dengan bunga di sekelilingnya yang terletak di pojok kamar.

"....."

Ia mendekati tempat itu dan menatap figura itu dengan lekat.

(Pinterest)

Saat akan meraih benda itu, tiba-tiba Tenn bergumam dalam tidurnya.

".....Riku....."

Sontak saja Raku mengurungkan niatnya, dan pergi ke kamarnya. Dia membuka pintu kamar Tenn dan menatap ke arah Tenn yang tengah tertidur pulas, dengan tatapan lembut dia lembut dia bergumam, "Oyasumi, Tenn-nii"

. . .

Waktu berputar begitu cepat.

Konser Trigger di Zero Arena pun akan dilaksanakan pada akhir bulan Oktober ini.

Semua karyawan di Agensi Yaotome pun berlari kesana kemari untuk melakukan persiapan untuk konser itu dari sekarang, bahkan Trigger juga mulai latihan seperti biasa.

"Yahoo~ kalian berlatih dengan giat hari ini!" Seru Raku dari balik pintu latihan.

"Raku-kun! Tumben sekali pergi ke ruang latihan, ada apa?" Tanya Ryuu.

Raku pun masuk ke dalam ruang latihan.

"Ah begini.....Sachou menyuruh kita semua pergi ke ruang meeting sekarang, Anesagi-san sudah menunggu di depan ruang meeting" jelas Raku.

"Meeting? Ayahku tidak mengatakan itu tadi pagi" ucap Gaku.

"Itu karena kau tidak pernah mendengar ucapan Ayahmu sendiri, Sobaman" ucap Tenn.

"Hey!!"

Raku hanya terkekeh geli dan kemudian tersenyum.

'senangnya melihat Tenn-nii menjadi seperti biasa lagi, yah....tidak sepenuhnya sih'

"Oy Nanazuki! Ayo kita pergi!"

"Oh! Maaf! Sepertinya aku melamun tadi hehe~"

"Dasar...."

"Itulah Raku-kun yang kita kenal"

TBC

Next!

Chapter 5: We

Writer Block adalah sesuatu yang menyebalkan....(─.─||)

Btw, penggalan lagu di awal itu judulnya Rubia yang dinyanyikan oleh Zhou Shen, Ku lumayan suka lagu itu hehe~

See you next time and next update!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top