8

“Sedang apa sih?!”tanya Catz melihat kakaknya berdiri bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada dan nyengir. “Mencurigakan…”

“Lagi lihat adik gue dandan.”

Catz menoleh menatapnya dengan heran. “Terus kenapa harus di lihat ya?! Lo mau belajar pakai make up?!!”

Henry tergelak. “Buat apa gue belajar make up?! Gue lagi lihat adik gue dandan buat ketemu pacarnya!”

Catz mendengus kesal. “Ih bikin kesal saja! Sudah sana hus pergi!”usirnya. “Lo lihatin terus yang ada jadi kepengen dandan loh!”

“Masa gue tidak boleh lihat adik sendiri?!”

Catz menyisir rambut dengan jengkel. Ia tahu kakaknya mau meledeknya lagi. “Gue sudah selesai!”

“Begini doank?!”tanya Henry heran.

Catz mengambil tas kerjanya. “Iyalah. Gue kan mau pergi kerja, bukan pergi kondangan!”

“Oh….gue kira kalau sudah pacaran, lo bakalan dandan lama.”ujar Henry mengikuti Catz keluar kamar.

Catz menyeringai. “Lo kan tahu sendiri gue tidak suka dandan menor-menor!”

“Iya, adikku kan super cantik sekali!”

Catz tertawa. “Tumben lo muji gue! Ada maunya nih?!”tebaknya sambil menatap curiga ketika sudah sampai di lantai bawah.

“Memuji adik sendiri masa tidak boleh?!”Protes Henry mengacak rambut Catz yang langsung protes.

“Ih kakak, rambutku sudah rapi nih!”seru Catz kesal. “Selamat pagi, papa, mama!”

“Selamat pagi, anak-anak!”sahut Jack tersenyum sambil menghirup cangkir kopinya.

“Ayo sarapan dulu!”ajak Rose.

Catz mengangguk dan duduk. Ia mengambil piring lalu menyendok nasi gorengnya.

“Pagi ini di antar oleh Mark lagi?”tanya Rose.

“Iya ma.”Sahut Catz.

“Cie sekarang di antar pacar ya. Ruby jadi langsung ke kantor sendiri dunk?!”

“Iya. Makanya aku harus siap lebih pagi karena takut macet. Mark kan pakai mobil.”

“Mama bawakan nasi goreng untuk Mark ya.”kata Rose.

“Mark sudah sarapan di rumahnya kali, ma.”

“Yah bisa untuk makan siang kan?! Kebetulan mama masak banyak. Daripada tidak habis.”

“Biar aku yang habiskan!”sahut Catz semangat.

“Makanmu sudah banyak loh. Cukup!”tegas Rose membuat Catz meringis sementara Henry tertawa.

Rose segera beranjak dan mengambil kotak bekal berwarna biru. Mengisi dengan nasi goreng hingga penuh. Lalu ia menutup tempat bekal itu. “Nah jangan lupa bawa dan berikan padanya ya.”

“Iya ma.”sahut Catz tersenyum tipis melihat mamanya begitu perhatian dengan Mark.

Tak lama mereka pun selesai sarapan. Jack dan Henry pergi lebih dulu. Tidak lama menunggu, Catz melihat mobil Mark sudah tiba. Gadis itu segera pamit dengan Rose lalu pergi keluar rumah.

Catz duduk dan segera memasang seat belt. “Hai…”sapa Catz tersenyum.

Mark menoleh dan membalas tersenyum. “Hai juga.”

Catz merasa senyum Mark seperti dipaksakan. Ia juga melihat bayangan gelap di bawah matanya. “Kamu lagi sakit?”

“Huh?! Oh tidak kok.”kata Mark sambil mengemudi.

“Kamu seperti kurang tidur.”

“Oh itu….”ujar Mark. “Aku kerja sampai malam kemarin di rumah.”

“Jangan terlalu kecapekan loh. Nanti kamu sakit.”

“Iya. Aku lagi kejar deadline proyek.”

Catz mengangguk paham. “Jangan lupa minum vitamin biar tidak drop.”

“Siap!”

“Oh ya, mamaku menitipkan nasi goreng untukmu. Bisa untuk sarapan kalau kamu belum sarapan di rumah tadi. Atau bisa juga untuk makan siang.”Kata Catz menunjuk kotak bekal di pangkuannya.

“Wah Terima kasih! Kumakan saat jam makan siang saja.”sahut Mark. “Sabtu minggu ini kamu ada acara?”

“Tidak ada. Kenapa?”

“Kebetulan. Adikku ulang tahun dan keluargaku mengadakan acara makan di rumah. Mama memintaku mengajakmu.”

“Oh.”sahut Catz kaget. Mark akan mengajaknya ke rumah?! Bertemu keluarganya?! Apa keluarga besarnya akan hadir atau…. Catz merasa gugup.

“Tenang. Hanya keluargaku saja kok. Dan mungkin beberapa teman Barry.”kata Mark seperti bisa menebak pikiran Catz.

Catz meringis. “Oh baiklah.”

“Nanti malam lembur?”tanya Mark lagi.

“Tidak.”

“Pulang kerja nanti temani aku beli kado di mall ya.”

“Oh…untuk Barry ya?!”

“Benar.”kata Mark.

“Oke, bisa kok!”sahut Catz semangat. “Sampai nanti sore ya!”sambungnya saat mobil sudah berhenti di depan pintu masuk lobby gedung. Ia melepas seat belt dan membuka pintu.

“Oke, bye!”ujar Mark.

Catz langsung masuk ke dalam gedung. Lalu ikut mengantri bersama karyawan lain yang menunggu lift.

“Hei!”

Catz menoleh dan tersenyum. “Hai Jess! Baru sampai juga ya?!”

“Iya. Tumben lo pergi naik mobil? Ruby ke mana?!”

Catz meringis. Ia memang belum memberitahu teman kantor perihal hubungannya dengan Mark. “Hm sebenarnya gue sudah tidak jomblo lagi.”

Jessi menoleh menatap Catz. Matanya melebar terkejut. “Serius? Sama anak teman mama lo yang kemarin diceritakan itu?!”

“Iya.”sahut Catz mengangguk.

Lift terbuka dan mereka berdua masuk bersama karyawan lain. Karena banyaknya, Catz jadi terpisah dengan Jessi. Gadis itu jadi tidak bisa meminta cerita darinya. Tapi Catz tahu turun dari lift nanti pasti Jessi akan menagihnya. Dan benar saja dugaannya. Ketika lift sampai dan terbuka, Jessi menarik tangan Catz.

“Hei Jessi!”seru Catz kaget.

“Sejak kapan kalian jadian?!”

Catz tergelak. “Lo narik gue karena penasaran ya?! Gue baru jadian sih. Fresh from oven nih!”

“Wuidih…lagi hangat-hangatnya nih! Gerak cepat juga cowok lo!”Kata Jessi. “Selamat ya!”

“Terima kasih, Jess!”

“Senang banget dunk ya lo?! Semoga langgeng sampai menikah dah.”

“Amin.”sahut Catz tersenyum.


———


Catz memainkan ponsel sambil menunggu mobil Mark tiba untuk menjemputnya dan pergi mencari kado ke mall. Ia membuka aplikasi WhatsApp dan melihat tidak ada lagi pesan dari Mark sejak pria itu mengabari bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju kantornya. Mungkin ia masih di jalan dan macet, pikirnya. Ia membuka dan membalas pesan dari Ruby. Mengabari mamanya bahwa ia pergi ke mall dulu bersama Mark. Lalu memilih berselancar di media sosial.

Catz mendongak untuk mengecek apakah Mark sudah sampai. Ternyata belum. “Wah gue terlalu cepat turun kayanya.”gumamnya.

Matanya beredar melihat sekelilingnya. Lalu ia melihat sosok yang tampak tidak asing. Lelaki itu lagi, batinnya. Ia teringat dengan pria yang pernah memperhatikan dirinya saat pergi nonton dengan Mark dan makan siang bersama Tika beberapa saat lalu. Meski dari jauh tapi Catz yakin mata pria itu tertuju padanya.

“Kenapa sih dengan pria itu?”tanya Catz bingung dan sedikit takut. Caranya menatapnya membuat merinding. Ia terpikir untuk melapor kepada satpam gedung ketika mendengar suara klakson mobil.

Catz tersenyum kecil melihat mobil Mark. Pria itu tampak melambaikan tangan melalui jendela mobil yang diturunkan. Ia bergegas melangkah mendekat dan masuk ke dalam mobil.

“Sorry lama ya?! Tadi macet sedikit pas keluar kantor.”kata Mark.

“Tidak kok. Tidak terlalu lama.”sahut Catz memasang sabuk pengaman. Ia teringat dengan pria aneh tadi. Catz mendongak tapi tidak bisa melihat pria itu lagi karena terhalang tembok. Ia menghela napas lega. Siapa ya dia, tanyanya penasaran.

“Nanti makan dulu saja ya baru mencari kado.”

“Siap!!”sahut Catz semangat.

Mark terkekeh. “Kalau sudah makan, semangat ya?!”

Catz tertawa. “Iya dunk! Kamu sudah ada ide untuk membeli kado nanti?!”

“Itulah yang bikin bingung. Aku jarang membelikan kado sebenarnya.”

Catz tersenyum. Ia sudah terbiasa di minta tolong oleh kakaknya untuk mencari kado untuk gebetan atau temannya. “Adikmu suka apa?”

“Barry penggemar Superman.”

Catz menoleh. “Ah superman toh. Cari saja barang yang ada gambar superman. Aku sih terpikir kasih kado botol minum tumbler!”

Mark tampak berpikir sejenak. “Hm ide yang bagus.”

“Botol minum kan pasti terpakai. Bisa di bawa ke mana-mana juga.”

“Ya boleh. Kita cari itu saja!”kata Mark tersenyum mengangguk.

“Kalau kamu sendiri suka apa?”

“Game.”

“Wah cocok tuh sama kakakku! Kamu pasti suka main game di rumah bersama adikmu dunk ya?!”

“Iya.

“Iya tidak apa.”

Mark pun langsung menggeser layar ponsel dan mendekatkannya ke telinga. Lalu pria itu berbicara dengan lawan bicaranya sementara Catz memilih menatap ke luar jendela. Dari percakapannya terdengar Mark membahas mengenai proyek kliennya. Mark terus berbicara sambil mengemudikan mobilnya hingga tiba di mall tujuan.

“Maaf ya, aku jadi menyetir sambil telepon.”kata Mark setelah menyudahi teleponnya dan mencari tempat parkir.

“Tidak apa. Baru kali ini aku lihat kamu jawab telepon. Biasanya kan kamu tidak mau jawab seperti beberapa hari lalu.”

Mark terdiam. Catz bisa merasakan perubahan sikap pria itu. “Kalau bukan urusan penting seperti kerjaan atau keluarga, tidak kujawab. Apalagi kalau sedang menyetir.”

Catz bergumam oh. “Ya betul. Bahaya jika telepon sambil mengemudi.”

“Kamu mau makan apa?”tanya Mark sambil memastikan mobilnya sudah terkunci setelah mereka mendapat parkir dan turun.

Catz mengetukkan jari tampak berpikir. “Hm apa ya…”

“Mungkin kamu lagi mau makan sesuatu.”

“Bagaimana kalau kita makan di restoran cepat saji?!”usul Catz semangat.

“Makanan tidak sehat itu!”tolak Mark.

Catz memajukan bibirnya. “Kalau begitu chinese food saja bagaimana?”

“Boleh. Aku tahu restoran yang enak di sini.”ujar Mark sambil membukakan pintu masuk untuk Catz.

“Terima kasih.”sahut Catz tersenyum dan masuk lebih dulu.

Mereka melangkah dan naik eskalator yang membawa ke pintu masuk mall. Meski hari biasa, tapi suasana mall cukup ramai. Banyak para karyawan yang memilih menghabiskan waktu atau mencari hiburan di mall sebelum pulang ke rumah.

Mark mengajak Catz hingga naik ke lantai paling atas yang biasanya menjadi tempat makan. Catz mengikuti pria itu hingga tiba di sebuah restoran yang menyajikan berbagai masakan chinese food. Mereka makan sambil berbincang. Selesai makan, mereka pun mulai berburu hadiah untuk adik Mark. Catz mengajaknya mampir ke dalam toko yang menjual perlengkapan rumah tangga.

“Ada banyak tumbler tapi motifnya anak-anak sekali.”ujar Catz tersenyum miris.

“Kita coba cari lagi.”sahut Mark.

Mereka berdua lalu keluar dan mencari lagi di toko lagi. Satu per satu toko di masuki yang kemungkinan menjual botol atau tumbler. Tapi mereka masih belum menemukan yang cocok.  Catz melihat sebuah toko yang menyediakan jasa custom produk ketika berjalan mencari toko lain. Terlihat dari nama tokonya dan banyak barang seperti kaos, jaket, case ponsel dan tentu saja ada tumbler. Tanpa sadar ia menarik lengan Mark yang berjalan lebih dulu karena ia sibuk mengamati etalase toko itu.

Mark terkejut dan mimiknya tampak berjengit aneh. “Ada apa?!”

“Itu!”seru Catz mengedikkan dagu ke arah etalase toko.

“Apa sih?!”tanya Mark tak paham.

“Custom! Lebih baik kita beli tumbler custom saja! Bisa pilih gambar sendiri kan?!”

Mark melihat ke arah yang di tunjuk oleh Catz. Ia memperhatikan toko tersebut dan baru sadar. “Benar juga idemu.”

“Ayo!”ajak Catz tersenyum.

Mereka pun mendekat dan masuk ke dalam toko. Di sambut oleh seorang pria muda yang menjaga di dalam.

“Selamat malam, kak!”

“Malam. Bisa custom tumbler ya?!”tanya Catz.

Pemuda itu tersenyum mengangguk. “Bisa kak. Mau motif dari kamu atau dari kakak pun bisa!”

Catz tersenyum lebar dan menoleh kepada Mark. “Bagaimana?!”

“Sip!”sahut Mark. “Boleh lihat katalog motifnya? Kami menginginkan motif superman.”

“Oh kami memiliki banyak contoh gambar superman, kak. Sebentar ya, kak, saya ambilkan dulu!”ujar pemuda itu beranjak ke belakang lemari kaca dan menunduk mencari katalog.

Catz melihat berbagai produk sambil menunggu. Matanya melihat sebuah bantal kecil berbentuk hati dengan gambar kartun Hello Kitty. Warna pinknya sangat lembut dan menarik. Ia merasa bahan bantalnya yang halus. “Lucunya…”

“Ini kak!”

Atensi Catz kembali kepada pemuda itu. Ia mendekati Mark yang sudah mengambil dan mulai membuka halaman pertama katalog.

“Untuk motif superman ada di halaman lima belas, kak.”

“Baik. Aku lihat dulu ya.”

“Baik, kak.”

Mark langsung membuka halaman yang diinformasikan oleh pemuda itu. Terlihat banyak gambar superman. Ada yang berupa kartun, logo dan gambar lainnya. Mark tertarik pada satu buah gambar. “Bagaimana kalau ini?”tanyanya pada Catz seraya menunjuknya.

“Boleh juga! Bagus dan tidak seperti anak-anak.”sahut Catz.

“Baiklah, aku mau tumbler dengan contoh ini ya!”kata Mark.

“Baik. Silakan kakak pilih dulu mau tumbler ukuran berapa?”

Mark mengarahkan mata pada deretan tumbler dan menunjuk ukuran sedang. “Ini saja.”

Pemuda itu mengangguk. “Tunggu sebentar ya, kak. Saya proses dulu.”

Mark mengangguk. Ia melihat pria itu mengambil tumbler pilihannya dan membawa ke dalam. Sambil menunggu ia pun melihat produk lain di dalam toko. Mark melihat Catz yang kembali memperhatikan bantal Hello Kitty tadi. Ia mendekat. “Kamu suka bantal itu?”

Catz menoleh kaget. “Eh….iya…lucu dan warnanya bagus.”

“Ambillah.”

“Huh?!”sahut Catz tidak yakin.

“Ambil. Aku belikan untukmu.”

“Oh tidak perlu. Aku hanya suka melihatnya saja kok!”

“Anggap saja sebagai tanda terima kasih karena kamu sudah membantuku mencarikan kado.”ujar Mark mengambil bantal itu.

“Tapi…..”

“Jangan membantah dan menolak!”tegas Mark menyodorkan bantal itu ke pelukan Catz.

Catz tersenyum lebar sambil memeluk bantal itu. Pipinya merona. Rasanya bahagia sekali hingga ia ingin teriak keras. Hadiah pertama dari Mark, batinnya. “Terima kasih ya…”

“Sama-sama!”sahut Mark. “Aku baru tahu kamu penggemar Hello Kitty.”

“Yah lumayan. Ternyata kamu mengenal kartun ini ya?! Sangat jarang loh pria tahu Hello Kitty.”

Mark terkekeh. “Mantan pacar adikku juga penggemarnya. Ia selalu memakai baju dan tas bergambar Hello Kitty.”

“Oh….”gumam Catz.

Pria muda penjaga toko keluar dari dalam. Tangannya memegang sebuah tumbler berwarna merah dengan logo superman. “Sudah selesai, kak. Silakan di cek dulu.”

Mark mengambil tumbler dan memandangi benda itu. Ia mengangguk puas. “Baik. Tolong bungkus sekalian berapa biayanya?! Aku tambah membeli bantal ini!”tunjuk Mark pada bantal di pelukan Catz.

“Baik, kak! Sebentar ya.”ujar pria itu yang kembali ke meja kasir. Memasukkan tumbler ke dalam dus dan paper bag. Lalu ia menyebutkan jumlah pembelian Mark.

Mark langsung membayar dan keluar toko setelah mengucapkan terima kasih pada penjaga toko.

“Penjaga toko tadi ganteng juga ya.”ujar Mark setelah berada di luar toko.

Catz menoleh dan menatapnya heran. “Hah….apa?!”

Mark tampak salah tingkah. “Eh anu…memang kamu tidak sadar?!”

“Yah kulihat lumayan ganteng sih. Tapi tetap lebih ganteng kamu kok!”

Mark tertawa pelan. “Kita pulang ya. Biar kamu bisa rehat juga. Besok kerja lagi kan?!”

“Oke! Bagaimana kalau tumblernya aku yang bawa? Biar aku bisa membungkus dengan kertas kado?!”usul Catz.

“Tidak apa kamu yang bungkus?”

“Tidak masalah! Sini!”

Mark mengulurkan paper bag pada Catz. “Lumayan kerjaanku jadi berkurang!”serunya girang membuat Catz mendengus.

“Terima kasih ya untuk bantalnya!”

“Sama-sama.”

Catz berjalan di samping Mark. Menenteng paper bag berisi bantal dan tumbler. Malam ini ia merasa sangat bahagia bisa pergi bersama Mark. Dan terutama karena Mark membelikannya sebuah bantal. Hadiah sederhana tapi sangat berkesan untuknya.

Ah gue bisa susah tidur nanti malam karena bantal ini, batin Catz dalam hati.


———


“Cie yang semalam habis jalan-jalan!”goda Rose ketika melihat putrinya sudah bergabung di meja makan untuk sarapan.

Mata Catz melebar mendengar mamanya berkata seperti itu. “Ih mama kok jadi seperti kakak sih?!”protesnya namun senyum bahagia tetap menghiasi wajah putih itu.

“Asyik, kakak jadi ada teman!”kata Henry terbahak.

Catz duduk dengan mulut manyun. Ia minum segelas air lalu mengambil roti dan mengolesi dengan selai coklat.

“Jadi bagaimana tadi malam?!”tanya Rose.

“Oh ya, ma, Sabtu nanti mama bebas kan?!”

“Karena ada acara ulang tahun Barry ya?!”tebak Rose tersenyum lebar.

“Wah mama sudah tahu ya?”

“Iya. Tapi mama tidak bisa datang. Ada acara arisan di kompleks kita hari Sabtu ini. Kamu datang sendiri saja tidak apa kan?!”

“Baiklah.”

“Cie malam mingguan….”goda Henry.

“Ledek saja terus! Kaya kakak tidak kencan saja!”

Henry tertawa. “Kalau kakak sudah lama pacaran. Kamu tuh masih fresh from oven, jadi lagi hangat-hangatnya untuk di ledek!”

“Ih nyebelin amat sih! Biarin ntar tidak kebagian martabak telur!”

“Dih sensi nih adikku!”ujar Henry sengaja menoel pipi Catz.

“Kak!”

“Hei, sudah. Kalian ini….bukannya makan?! Mau terlambat ya?!”tegur Rose. “Lihat sudah jam berapa?! Papa saja sudah selesai makan!”

Catz melihat papanya yang memang sudah menghabiskan sarapannya. Lalu ia melihat ke arah jam dinding dan matanya membulat. “Waduh sebentar lagi Ruby datang!!”

“Tidak di jemput oleh Mark?!”

“Hari ini tidak.”sahut Catz mempercepat mengunyah roti lalu meminum gelas susu. “Aku pergi dulu ya!”

“Iya, hati-hati!”ujar Rose sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya.

Catz bergegas menuju pintu depan sambil meraih tas kerja di meja ruang tamu. Lalu memakai sepatu kerja dan berlari ke depan rumah. Bertepatan dengan Ruby yang baru saja tiba.

“Telat bangun lo?!”tanya Ruby nyengir melihat Catz berlari hingga terengah.

“Tidak. Kakak gue kumat! Sini helmnya!

“Galak amat sih bos! Nih!”sahut Ruby mengambil dan langsung menyodorkan helm. “Bagaimana kemarin jalan-jalannya?!”

Catz menyeringai sambil memakai helm lalu duduk di belakang Ruby. “Menyenangkan dunk!”

Ruby tertawa. “Duh yang lagi hangat-hangatnya! Bikin iri deh!”ujarnya sambil mulai menjalankan motor. “Nanti sore lo pulang sama gue atau sama Mark nih?!”

“Sama Mark. Jadi lo bebas nanti sore. Kali lo mau langsung kencan!”

“Hari kerja begini mana bisa kencan?!!”seru Ruby. Catz tertawa.









Bersambung....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top