7
“Mark?!”
Catz dan Mark menoleh ke arah orang yang memanggil. Catz melihat seorang pria dengan kemeja navy slim fit dan celana panjang hitam berdiri menatap Mark dan dirinya. Ganteng, itu yang ada dalam pikiran Catz. Tapi tetap saja Mark yang paling ganteng menurutnya. Ia melihat Mark tampak kaget melihat pria itu. Seperti tidak menduga akan bertemu dengannya. Sikap Mark berubah jadi kaku. Sorot matanya pun menjadi dingin.
“Hai Alex.”sahut Mark dengan nada datar.
“Sudah lama tidak bertemu!”
Mark hanya mengangguk singkat.
“Ah kenalkan ini istri dan anakku, Santi dan Darren. Sayang, ini teman kuliahku dulu, namanya Mark.”
Wanita itu tersenyum lalu mengulurkan tangan pada Mark. Catz melihat Mark hanya diam memperhatikan Santi dengan dahi berkerut. Catz menyikut lengan Mark. Menyadarkan pria itu dari lamunannya. Catz memberi tanda pada tangan Santi yang masih terulur.
“Oh..gue Mark…”gumam Mark menjabat tangan wanita itu dengan singkat lalu melepasnya lagi sambil mengeraskan rahangnya.
Gantian Alex yang melirik ke arah Catz dengan penasaran. “Siapa dia, Mark?”tanyanya.
“Ini Catrina.”
“Hai, gue Catrina!”tukas Catz menyalami Alex dan istrinya. “Anakmu lucu sekali. Umur berapa?”
“Enam bulan.”sahut Santi tersenyum.
“Teman lo ya, Mark?!”tanya Alex masih kepo.
“Bukan. Catz pacar gue.”
Alex terlihat kaget. Matanya melebar dengan tersenyum. “Benarkah? Wah selamat ya. Akhirnya lo berubah!”
“Terima kasih.”sahut Mark dingin.
Catz memperhatikan ke dua orang itu dengan heran. Apa maksud perkataan Alex tadi bahwa Mark sudah berubah? Dan kenapa Mark seperti bersikap dingin terhadap Alex? Kenapa ia tidak senang bertemu dengan Alex?!
“Semoga lo cepat menyusul gue dan Peter ya! Gue ke sana dulu!”ujar Alex.
“Oke.”sahut Mark mengangguk.
“Yuk, Catz!”ujar Santi.
“Iya.”sahut Catz tersenyum. “Teman kuliahmu ya?!”
“Iya.”gumam Mark sambil menarik napas. “Coba siomaynya deh, enak nih! Sini, biar aku yang gantian makan pudingnya.”
“Oh oke…”sahut Catz menyodorkan piring pudingnya dan tangannya berpindah memegang piring siomay. Ia merasa Mark seperti sengaja mengalihkan pembicaraan. Ia memperhatikan Mark tampak aneh. Pria itu menatap Alex terus. Sorot matanya tampak sedih dan seperti kecewa. Ia bisa melihat pria itu terus memandangi Alex bersama istri dan anaknya. Meski diam-diam tapi ia terlihat sering mengamati Alex.
“Mark? Apa lo Mark?”tanya suara seorang pria.
Catz dan Mark kembali mencari sumber suara. Tampak seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam.
“Beneran Mark ya?! Wah sudah lama tidak bertemu!!”ujar pria itu tersenyum sambil mendekat.
“Hai Tom!”sapa Mark tersenyum.
Catz melihat ke dua orang itu bersalaman khas pria. Kalau tadi Mark bersikap dingin dengan Alex, kini terlihat berbeda. Kekasihnya itu begitu ramah dan semangat bertemu dengan pria bernama Tom.
“Hei siapa ini?!”tanya Tom melirik Catz dengan sorot mata penasaran dan jahil.
“Oh ini Catrina. Pacar gue.”
Tom melotot pada Mark. Wajahnya tampak tidak percaya. Lalu ia menepuk lengan Mark. “Wew akhirnya teman gue yang satu ini punya pacar juga! Sudah berapa lama?”
Mark tertawa kecil. “Hmmm kami baru jadian…”
“Wah fresh from oven nih!! Selamat kalau begitu buat kalian berdua!”
“Eh eh ada siapa ini?!”
Tom menoleh. “Hai Laura! Kevin! Eh ada Jasper juga!”
Dalam sekejap Catz melihat banyak teman-teman Mark yang mengerumuni mereka berdua. Ke lima orang itu saling bersalaman sambil menanyakan kabar masing-masing. Dan lanjut berbincang hal lain hingga gadis bernama Laura menyadari kehadiran Catz yang berdiri diam memperhatikan mereka.
“Eh ini siapa? Gebetan lo, Tom?!”tanya Laura nyengir.
“Eh sembarangan! Gadis ini pacar Mark!”seru Tom.
Teman-teman Mark langsung beralih menatap Catz yang tersenyum gugup. Seperti tebakan Catz, mereka tampak kaget. Ia tersenyum dan menyapa,
“Hai gue Catrina! Salam kenal ya!”
“Sumpah lo pacarnya Mark?!”tukas Jasper shock.
“Iya…”sahut Catz.
“Wuidih akhirnya lo punya pacar juga ya! Dari jaman kuliah, dia nih tidak pernah punya pacar, sampai kita mengira jangan-jangan dia gay loh!”tukas Kevin tergelak.
Catz nyaris tersedak ludahnya sendiri. Ia melirik Mark yang hanya tersenyum tipis. Senyum yang tampak dipaksakan.
“Ngawur lo!”seru Laura memukul lengan Kevin.
“Yang penting dugaan kita selama ini mengenai kelainan Mark sudah salah. Mungkin memang dia baru ketemu jodohnya sekarang.”kata Laura.
Catz ikut berbincang dengan teman kuliah Mark. Dan saat acara melempar buket bunga, Mark mengajak Catz untuk pulang. Bukan karena ia tidak ingin ikut bergabung, tapi ia sudah berjanji agar Catz tidak pulang malam. Mereka berdua pun pamit pulang kepada mempelai pengantin dan teman-temannya.
“Sepertinya dulu kamu memang belum pernah pacaran ya?! Kulihat dari reaksi teman-temanmu, hampir semuanya kaget mengetahui aku pacarmu.”kata Catz ketika sudah berada di dalam mobil.
Mark tidak langsung menbalas perkataan Catz. Ia berdehem gugup. “Ya. Dulu aku memilih untuk fokus menyelesaikan kuliah.”
“Oh…hebat dunk, jarang loh ada cowok yang memilih fokus kuliah.”
“Yah aku salah satunya. Jadi kamu beruntung mendapatkanku kan?!”
Catz tertawa. Ia melirik Mark yang fokus menatap jalanan di depannya. Tersipu melihat ketampanannya meski dari samping. “Apa kamu senang bisa bertemu kembali dengan teman-temanmu?”
“Tentu.”sahut Mark sambil masih mengemudikan mobil.
Catz masih memandangi pria itu. Suasana mobil yang gelap tidak mengurangi kadar kesempurnaan kekasihnya. Justru terlihat makin gagah dan tampan. Pipinya merona menyadari kini mereka sudah menjalin hubungan. Hatinya juga berdesir bahagia mengetahui ia adalah kekasih pertama Mark.
Mobil bergerak naik turun ketika melewati polisi tidur di jalanan. Catz yang merenung pun terbentur kaca jendela mobil karena lengah.
“Auw!”pekik Catz kaget.
Mark langsung menoleh. Ia juga kaget serta panik. Mark langsung menghentikan mobilnya. Memiringkan badan dan meraih kepala Catz. “Maaf aku tidak melihat ada polisi tidur. Kamu tidak apa kan?!!”
“Eh tidak, aku baik saja. Hanya terbentur sedikit kok.”sahut Catz meringis malu. Kalau saja ia tidak menatap Mark, mungkin kepalanya tidak akan terbentur. Hatinya terasa hangat merasakan tangan Mark mengusap kepalanya.
“Maaf ya!”
“Tidak apa-apa.”gumam Catz.
Mark kembali mengemudikan mobilnya. Kali ini ia menyetir lebih pelan. Mereka memang sudah memasuki area perumahan Catz.
“Terima kasih untuk malam ini.”ujar Catz ketika mobil Mark sudah berhenti di depan rumah.
“Sama-sama, Catz.”
“Kamu mau masuk dulu?”
“Kurasa tidak usah ya. Sudah malam. Biar kamu bisa rehat.”
“Baiklah. Terima kasih ya.”
“Kamu sudah mengucapkannya tadi.”
Catz terkekeh. “Oke, bye….pacarku…”gumamnya malu dengan wajah tersipu.
Mark tertawa kecil. “Bye juga, pacarku.”sahutnya.
———
“Katanya lo ada cerita?!”tagih Ruby saat mereka makan siang bersama.
Catz mendongak sambil menyuap sesendok nasi lalu tersenyum lebar.
“Kenapa sih lo? Dari pagi gue lihat bahagia banget kayanya! Jangan-jangan lo sudah jadian ya?!”
“Ting tong, tebakan lo benar!”
“Apa?!! Serius lo?!!”seru Ruby kaget dan refleks memukul meja makan.
“Duh….”sahut Catz kaget memegang gelasnya yang nyaris jatuh.
Suara keras Ruby memancing perhatian para pengunjung warung makan. Beberapa melirik ke arah meja mereka dengan heran serta kaget. Ruby mengangguk sambil meminta maaf.
“Heboh amat sih!”protes Catz.
“Maaf Habis gue kaget banget. Gue Cuma asal bicara loh! Jadi kalian memang sudah pacaran nih?! Sudah resmi?”
Catz tersenyum lebar mengangguk.
“Ya ampun selamat ya, gue tidak menyangka secepat ini loh! Wah tahu gini gue tidak ajak makan di sini deh!”
Catz tergelak. “Kapan-kapan kita makan di tempat lain deh gue janji. Tunggu gajian dulu ya!”
“Gue belum lihat wajah pacar lo dah! Tidak ada foto satupun apa ya?!”
“Oh ada. Tunggu ya. Kemarin gue pergi ke pesta dan sempat foto bareng temannya. Gue ada di tag.”ujar Catz mengeluarkan ponsel dari tas kecil. Membuka aplikasi instagram dan mencari postingan malam tadi. “Nah ini dia!”
Ruby mencondongkan badan. Melihat foto di ponsel Catz. Matanya menatap sosok yang di tunjuk oleh Catz. Matanya membulat. “Astaga ganteng amat?!!”
Catz terkekeh. “Keren kan?!”
“Astaga beruntung banget lo! Jangan lo lepas! Gila, ganteng banget sudah kaya dewa yunani!!!”
“Lebay ah!”
“Duh coba gue ketemu duluan sama Mark ya!”
“Eh elo sudah punya pacar ya, ingat itu!”
Ruby tertawa. “Gue Cuma bercanda kali! Kapan-kapan kita double date ya!”
“Siap! Dan nanti sore gue tidak pulang bareng lo ya.”
Ruby tersenyum jahil. “Cie yang sekarang di jemput sama kekasihnya…..ah gue jadi tidak ada teman makan bakso lagi nih…”
“Kita bisa tetap bareng kok. Kalau dia lembur yah gue pulang sama lo. Bisa sekalian makan bakso.”
Ruby tertawa. “Dasar tukang makan!”ledeknya. “Sudah yuk, kita balik kantor, gue ada kerjaan juga.”
“Oke!”
———
“Gue pulang duluan ya!”seru Catz ketika sudah waktunya jam pulang kantor.
“Eh tunggu, barengan yuk!”ujar Tika.
“Oke. Jes, lo belum pulang?!”tanya Catz.
“Bentar lagi. Masih tunggu cowok gue.”sahut Jessi sambil masih mengetik di keyboard komputernya.
“Oke, kita duluan ya. Bye, Bu Desi!”tukas Tika.
“Ikut dunk!”sahut Desi yang ternyata sudah siap pulang menenteng tas tangan dan ransel laptopnya.
“Wah tumben nih bu!”kata Catz kaget karena biasanya atasannya selalu pulang belakangan.
“Iya dunk. Memang gue tidak boleh pulang cepat?!”sahut Desi.
“Lha jadi gue di tinggal nih?!”seru Jessi.
“Ada gue loh, Jes!”kata Iwan.
“Nah ada temannya tuh, Jess. Kita duluan ya. Sampai besok!”seru Tika.
Ke tiga wanita itu pun melangkah keluar ruangan divisi mereka. Melewati lorong serta meja kerja divisi lain yang kebanyakan sudah kosong karena pemiliknya sudah pulang.
“Ada kencan ya, bu?!”tanya Tika.
Desi tersenyum lebar. “Begitulah.”
“Cie…mumpung bisa pulang cepat tidak apa-apa, bu!”kata Tika.
Catz memencet tombol lift lalu menunggu.
“Kalian langsung pulang?”tanya Desi.
“Iya bu.”
“Maunya sih makan bakso dulu tapi mamaku bisa marah-marah lagi nanti.”kata Catz terkekeh.
“Makan bakso mulu deh perasaan gue. Tidak bosen ya?!”tanya Tika heran.
“Yah bagaimana lagi, namanya juga suka.”kata Catz tertawa.
Lift terbuka dan mereka segera masuk. Tak butuh waktu lama, lift langsung tiba di lantai bawah. Mereka bertiga pun berpisah. Desi dan Tika pergi menuju parkiran mobil. Sementara Catz menunggu di lobby. Menanti Mark datang menjemput.
Catz meraih ponsel. Memeriksa mungkin saja pria itu sempat memberi kabar padanya. Pesan terakhir Mark mengatakan bahwa ia masih dalam perjalanan kemari. Pasti macet, duganya. Ia pun memilih untuk mampir di minimarket untuk membuang waktu.
Catz melangkah menuju mini market. Lobbu gedung yang biasanya sepi kini ramai dengan para karyawan yang pulang kerja seperti dirinya. Ia baru saja hendak membelok ketika melihat sosok yang familiar. Meski membelakanginya tapi ia yakin kalau itu Mark. Pria itu seperti sedang berbicara melalui ponsel.
Catz tersenyum jahil. Ia hendak muncul di hadapan Mark secara mendadak. Kakinya melangkah perlahan mendekati Mark. Ia melihat Mark seperti sedang berdebat dengan peneleponnya. Terlihat dari gestur tubuhnya, pria itu tampak berang.
“Oke, baiklah, terserah kamu! Aku sudah capek! Telepon aku kalau kamu sudah mengerti masalahku!”tukas Mark dengan suara yang dapat di dengar oleh Catz.
Catz berhenti melangkah. Menatap Mark dengan bingung.
Mark tampak gusar sambil mengacak rambutnya dengan kasar. Ia membalikkan badan dan terkejut melihat Catz ada di sana. “Catz?!”
Catz tersenyum tipis. “Hai…”
“Kamu sudah turun.”kata Mark tampak salah tingkah.
“Ya, aku baru turun.”
“Kita pulang?!”ajak Mark mendekat.
“Baik!”sahut Catz.
Mark mengajak Catz melangkah menuju tempat parkir mobil.
“Kamu kenapa tadi?”tanya Catz. “Masalah kantor ya?!”
“Ya.”sahut Mark singkat.
Catz bergumam oh. Sebenarnya ia tidak yakin penyebab Mark berang tadi karena masalah kantor. Apa yang ia dengar seakan Mark seperti sedang bertengkar dengan kekasihnya.
Tapi kan pacarnya dia ada di sini, gue, bisiknya dalam hati, apa Mark selingkuh ya?! Tapi kita baru jadian, masa dia sudah ada selingkuhan?! Apalagi banyak yang bilang kalau Mark belum pernah pacaran. Jadi siapa ya yang meneleponnya tadi?!
Catz menggigit bibir. Ia sadar kalau belum mengenal Mark lebih jauh.
Sunyi terus mewarnai perjalanan mereka sejak Mark menjalankan mobilnya keluar area gedung. Dan Catz tidak menyukai keheningan ini. Terasa canggung dan mencekik. Ia bisa merasakan Mark masih berang dengan pembicaraan di ponselnya tadi. Matanya melirik. Mark tampak mengemudikan mobil dengan tangan memegang erat dan rahangnya mengeras. Catz ingin memecah kesunyian ini. Ia mencoba mencari topik pembicaraan.
“Kamu mau makan bakso?”tanyq Catz yang langsung nyengir. Sungguh ide yang bodoh, batinnya. Tapi memang hanya itu yang ada dalam pikirannya.
Mark menatapnya sekilas dengan dahi mengenyit. “Kamu lapar?!”
“Hm sedikit…kalau aku lagi galau atau pusing, aku makan bakso dan akan merasa lebih baik. Mungkin kamu juga bisa merasa lebih baik.”
Mark terkekeh. “Kenapa aku harus makan bakso agar merasa lebih baik?!”
Catz meringis. Setidaknya ia sudah mau tertawa, batinnya lega. “Kamu baru saja kesal karena masalah kantor di telepon tadi kan?!”
Mark terdiam. Gestur tubuhnya tampak kaku lagi.
Duh gue salah ngomong nih, maki Catz dalam hati.
“Baiklah. Ayo kita makan bakso!”ajak Mark. “Tunjukkan jalannya ya!”
Mata Catz membulat. “Siap!”serunya semangat.
Catz pun langsung menjelaskan rute menuju warung bakso kesukaannya. Tak lama mobil Mark tiba. Seperti biasa warung itu selalu ramai. Mereka berdua turun dan masuk ke dalam.
Catz tersenyum dan menyapa bapak pemilik warung, “Halo, pak!”
Pria yang sedang menyiapkan pesanan pelanggan mengangkat wajah dan tersenyum. “Eh si eneng! Baru datang lagi nih? Wah temannya beda ya sekarang?!”
Catz tertawa malu. “Iya pak. Ini pacar saya!”
“Wah pacarnya ya! Goodlah, semoga langgeng! Pesan yang biasa ya?!”
“Iya pak!”
“Temannya juga pesan yang biasa?! Soalnya beda nih temannya!”tukas bapak itu menyeringai jahil.
Catz terkekeh. “Bikin kaya biasa saja pak!”
“Siap! Duduk dulu saja ya, neng!”
“Siap! Terima kasih, pak!”Seru Catz lalu menoleh pada Mark dan mengajak mencari tempat duduk. Untungnya ada meja kosong dekat pintu masuk.
“Pesanan yang biasa itu seperti apa?”tanya Mark.
“Porsi bakso biasa. Kecuali kamu mau pakai jeroan atau tidak pakai daun bawang. Tidak masalah kan?!”
“Oh tidak kok. Kukira kamu biasa pesan porsi jumbo.”tukas Mark.
Catz terkekeh. “Tidak mungkinlah!”
“Yah kan kamu jago makan.”
“Yah kalau bisa porsi jumbo sih aku mau saja. Lebih puas makan baksonya. Tapi terlalu kenyang dan nanti aku tidak bisa makan malam di rumah.”
Mata Mark membulat menatap Catz. “Jadi kamu benaran makan lagi di rumah?!”tanyanya shock.
Catz mengangguk. “Ini kan makan sore. Nanti di rumah makan malam.”
Mark tergelak. “Astaga, Catz, kamu memang benar-benar tukang makan ya!”katanya setelah tawanya mereda.
Catz terkekeh. “Jadi, nyesel tidak nih punya pacar tukang makan kaya aku?!”
“Kenapa harus menyesal?! Aku masih bisa membelikanmu banyak makanan dan minuman kesukaanmu kok.”
Catz tersipu malu. Untungnya pelayan datang membawakan pesanan mereka. Catz menggeser mangkuk bakso dan segelas es jeruk ke hadapan Mark. Membantu mengambil dan mengelap sendok serta garpu lalu mengulurkan pada pria itu.
“Terima kasih.”
“Biasanya aku dan Ruby memesan seperti ini. Tidak apa kan?!”
“Tidak kok. Makanya mereka sudah hapal pesanan kamu ya?!”
“Iya.”sahut Catz mengambil botol kecap manis dan tempat sambal. Menuangkan ke dua bahan itu ke mangkuk bakso lalu mengaduknya. “Mari makan!”
Mark ikut menuangkan kecap manis serta sambal. Lalu ia pun ikut makan.
“Kamu benar. Semangkuk bakso ini memang membuat perasaanku jadi lebih baik.”kata Mark setelah mangkuk baksonya habis.
“Nah kan…..”sahut Catz tersenyum lebar sambil menyedot es jeruk.
“Pantas saja kamu suka makan bakso ya. Jangan-jangan tiap hari kamu galau terus nih?!”goda Mark.
Catz tertawa. “Aku memang penyuka bakso. Tidak perlu tunggu galau atau pusing, langsung makan saja!”
Mark terkekeh.
“Memang kamu tidak suka makan bakso ya?”tanya Catz.
“Suka tapi jarang makan. Tidak seperti kamu.”ledek Mark menyeringai.
“Iya deh. Aku kan memang maniak bakso.”sahut Catz sengaja manyun. Mark tertawa pelan. Catz merasa lega dan senang karena Mark kembali bersikap biasa lagi. ”Makanan kesukaanmu apa?”
“Tidak ada. Aku suka makan apa saja.”
“Batu juga di makan?!”sahut Catz kaget.
Mark tergelak. “Yah enggaklah! Maksudku aku suka makan semua jenis makanan.”
“Habis kamu bilang suka makan apa saja…”
“Semua jenis makanan dan minuman aku suka kok. Asal layak di makan dan matang.”
“Wah mamamu pasti senang ya. Kamu tidak susah makan atau pemilih.”
“Kalau kamu kayanya sama juga kan? Suka makan apa saja?!”tanya Mark.
“Iya tapi tidak makan batu juga ya!”sahut Catz meringis. Mark tertawa. “Jadi, kita memiliki satu kesamaan ya, bisa makan apa saja.”
Mark mengangguk. “Kita jalan sekarang? Takutnya mamamu cemas nih kok tidak pulang-pulang.”
“Mama pasti sudah bisa menduga kalau aku makan bakso.”sahut Catz menyeringai. Ia mengelap mulut dengan tisu sambil mengambil tas dan beranjak berdiri.
“Terima kasih kamu sudah mengajakku makan bakso!”kata Mark sambil menyetir mobil.
“Sama-sama! Jadi, kamu suka baksonya?!”
“Ya. Enak sekali. Pantas kamu suka ya.”Sahut Mark.
“Well…welcome to the club kalau begitu.”ujar Catz tersenyum. “Aku dan Ruby selalu jadi langganan di sana.”
“Ruby?! Temanmu yang selalu pulang pergi kerja bersama ya?!”
“Iya.”
“Kalian teman dekat ya?”
“Kami akrab sejak kuliah. Ternyata rumah kami dekat dan baru tahu pas kenalan di kampus. Sejak itu kami jadi dekat.”kata Catz.
Mark mengangguk. “Dan sejak hari ini kalian jadi tidak pulang bersama lagi dunk?!”
“Iya. Kan ada kamu yang ganti.”sahut Catz menyeringai. Ia melihat mobil Mark sudah sampai di depan rumahnya. Catz membuka seat belt. “Terima kasih ya sudah di antar. Mau masuk dulu?”
“Lain kali saja ya.”sahut Mark.
“Baiklah. Sampai besok ya!”ujar Catz sambil membuka pintu mobil dan keluar.
“Bye.”
Catz memandangi mobil Mark yang melaju pergi lalu masuk ke dalam rumah. Ia mengganti sepatu kerja dengan sandal santai. “Aku pulang!”
“Lo pulang sama Mark?!”
Catz mendongak kaget. “Eh tumben kakak sudah pulang?!!”serunya kaget. “Biasanya kan gue duluan!”
Henry mendengus. “Memang gue tidak boleh pulang cepat?!”
Catz terkekeh. “Iya gue pulang sama Mark.”
“Tumben? Biasanya kan lo pulang sama Ruby?!”
Catz menyeringai lebar. Keluarganya memang belum mengetahui mengenai hubungan mereka. Kemarin malam saat pulang dari pesta, Rose dan Jack sudah tidur. Hanya ada Henry yang masih menonton TV.
“Iya. Mulai sekarang gue di antar oleh Mark, kecuali kalau dia lembur sih….”
Henry menatap adiknya dengan mata melebar. “Jangan-jangan kalian sudah pacaran ya?!!”serunya.
Catz tertawa. “Iya dunk! Adikmu ini sudah tidak jomblo lagi!!”
Henry bersorak keras. “Woho…akhirnya adik gue laku juga!!”serunya memeluk erat Catz.
“Ada apa ini? Kenapa kamu teriak-teriak, Henry?!”tanya Rose yang kaget mendengar suara pekikan Henry dari dapur. Mengira terjadi sesuatu dan langsung menghampiri anaknya. Ia bingung melihat Henry memeluk adiknya sampai nyaris membopongnya. “Kalian apa-apaan?!”
Henry tertawa dan menurunkan Catz. “Adikku sudah tidak jomblo, ma!”ujarnya sambil mengacak rambut Catz dengan gemas.
“Ih kakak! Apa-apaan sih?!”protes Catz.
Rose menatap putrinya. “Benar apa kata kakakmu? Kamu sudah pacaran? Dengan siapa? Lalu Mark bagaimana?!”
Catz dan Henry terkekeh.
“Catz dan Mark sudah pacaran, ma!”kata Henry.
Rose membelalakkan mata. “Benar? Wah selamat ya! Akhirnya sebentar lagi mama bisa besanan sama Marie!”
“Ih mama, kami baru pacaran loh!!”protes Catz lagi.
“Selamat ya, sayang!”kata Rose memeluk putrinya.
“Terima kasih, ma!”
“Makan malam nanti kita harus beritahu papa juga. Papa pasti senang!”kata Rose.
“Iya ma. Aku mandi dulu ya ma.”
Bersambung.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top