2
"Mama, aku pulang! Mama di mana?!"tanya Catz ketika sudah tiba di rumah dan sedang mengganti sepatu dengan sandal rumah.
"Ah kamu sudah pulang?! Sini, nak!"sahut Rose dari arah ruang tamu.
Catz melangkah menuju ruang tamu. Dahinya berkerut bingung. Sepertinya tidak hanya ada mamanya yang berada di ruang tamu. Ia mendengar ada suara orang lain juga. Ia berhenti melangkah karena memang ada tiga orang tamu di ruang tamu. Ada dua orang wanita yang Sepertinya seusia mamanya duduk di sofa seberang Rose duduk. Dan ada seorang pria muda duduk di samping wanita berbaju merah.
Deg...Jantung Catz serasa berhenti berdetak melihat wajah pria itu. Ke dua mata itu saling bertemu dan seketika suasana menjadi hening. Seakan mereka sedang meneliti satu sama lain. Wajah pria itu begitu rupawan. Raut wajahnya tegas, kulitnya putih, rahangnya kokoh, hidungnya mancung, bibirnya penuh dan mempesona, alis tebal membingkai sempurna mata biru indahnya. Begitu biru seperti lautan yang dalam dan bisa menenggelamkan Catz. Dan gadis itu memang merasa telah terhanyut dalam keindahan mata itu.
"Ini anakku yang ke dua, Catrina."ujar Rose dengan senyum mengembang di wajahnya melihat wajah Catz yang merona.
Catz mengedipkan mata dan tersadar. Matanya beralih dari pria itu ke mamanya lalu ke arah dua orang wanita itu. "Selamat malam."sapanya.
"Wah putrimu sudah besar ya! Dan cantik!"puji wanita berbaju merah memandangi Catz dengan senyum membuat gadis itu merona.
"Iya dunk. Siapa dulu mamanya!"sahut Rose tertawa.
"Henry belum pulang?!"tanya wanita yang duduk di samping wanita berbaju merah.
"Mungkin sebentar lagi sampai rumah."ujar Rose. Lalu ia menoleh ke arah Catz. "Ini tante Marie dan Mia. Teman mama dulu. Hari ini mereka sedang main berkunjung kemari."
"Halo tante Marie...tante Mia."sapa Catz tersenyum. Lalu ia melihat ke arah pria ganteng itu dan berhenti karena ia tidak tahu namanya.
"Oh kalau itu anak tante Marie, namanya Mark."
"Ah halo Mark!"sapa Catz.
"Hai."sahut Mark.
Wajah Catz memanas mendengar suara berat pria itu. Senyum kecil dari wajah Mark cukup membuat hatinya dag dig dug.
"Kamu mandi dulu sana! Rencananya mama mau ajak makan malam bersama."
"Oh baiklah."sahut Catz. "Mari tante, saya ke atas dulu."
"Iya, Catrina!"
Catz tersenyum sambil melangkah menuju tangga dan naik ke atas. Di tengah tangga ia menoleh ke belakang. Tak sengaja matanya bertemu dengan manik biru milik Mark. Catz segera mengalihkan wajah dan naik. Ia bersandar di pintu kamarnya. Memegang dadanya yang masih berdebar kencang.
"Duh ganteng amat sih itu cowok! Baru kali ini jantung gue berdebar lihat cowok kaya gitu!"gumam Catz memegang ke dua sisi wajahnya yang masih terasa hangat. Apa ini yang namanya jatuh cinta, tanyanya dalam hati.
Catz segera mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Dengan cepat ia membersihkan diri. Selesai mandi, Catz membuka lemari. Melihat pakaiannya sambil berpikir hendak memakai baju apa. Setidaknya ia harus terlihat rapi di hadapan tamu mamanya.
Biar terlihat cantik juga di depan Mark kan, tanya hatinya.
Memang dia peduli padamu? Baru juga ketemu, balas sisi lain hatinya.
Tidak ada salahnya mencoba, siapa tahu dia jodoh gue!
Catz menggelengkan kepala. "Sudah, jangan banyak mikir!"tukasnya.
Catz mengambil kaos berwarna pink dan celana pendek hitam. Ia segera memakai dan duduk di meja rias. Menyisir rambut sebahunya dan memakai bedak wajah sedikit. Tersenyum melihat pantulan penampilannya yang kasual namun rapi.
Catz berdiri dan berjalan keluar kamar. Dadanya kembali berdetak cepat mendengar suara dari lantai bawah. Ia tahu pria itu masih duduk di ruang tamu. Kehadiran cowok ganteng itu kembali membuatnya gugup. Catz menuruni tangga sambil mencoba mengatur napas. Tapi tetap saja jantungnya semakin cepat berdetak seiring langkahnya.
"Ah Catz sudah selesai mandi! Ayo duduk sini!"ajak Rose.
Catz mengangguk lalu duduk di samping mamanya. Ia melirik Mark yang sedang melihat ke arahnya tapi lalu membuang wajah ke arah lain. Cuma karena di lirik saja, hatinya sudah tidak tenang.
Rose memegang tangan Catz. "Mereka dulu teman sekolah mama. Tapi karena harus pindah, kami pun jadi berpisah. Nah, sekarang tante Marie dan Mia sudah kembali ke sini. Rencananya kita mau makan malam bersama!"
Catz mengangguk. "Jadi mama mau pergi keluar?"
"Tidak. Kita semua makan malam bersama di rumah. Mama, tante Marie dan tante Mia mau mulai memasak sekarang. Kamu temani Mark dulu ya!"ujar Rose tersenyum lebar.
Catz mengangguk. Mendengar ia akan di tinggal berdua saja dengan pria itu membuat jantungnya kembali berdetak tidak tenang. Ia hanya bisa pasrah melihat mama dan ke dua wanita itu beranjak bangun dan melangkah ke arah dapur. Ia melihat mama dan tante Marie menoleh sekilas ke arahnya sambil tersenyum. Entah kenapa ia merasa curiga dengan gerak gerik ke tiga wanita itu.
Hening langsung menyelimuti ruang tamu. Catz melirik Mark dan tersenyum gugup. Tidak mungkin kan kalau mereka terus diam seperti ini sampai mamanya selesai masak. Dan Catz bingung harus berbicara apa. Otaknya mendadak kosong tidak dapat berpikir.
"Hmm...kamu mau tambah minum?"tanya Catz tersenyum kecil.
Pertanyaan bodoh, makinya dalam hati, sudah jelas gelas minumnya masih terisi penuh.
"Terima kasih, tapi minumku masih banyak."
"Oh...iya...."sahut Catz meringis. "Hmmm kamu kerja di mana?"
"Feehily Architect."
Mata Catz melebar. "Kamu arsitek?!"tanyanya takjub. Wow keren sekali, batinnya, sudah ganteng kerjanya arsitek pula.
"Ya."sahut Mark datar.
"Wow keren. Berarti kamu pintar menggambar dunk ya?!"ujar Catz semangat.
"Biasa saja..."
Catz meringis.
"Hei ada siapa ini?!"seru Henry dengan suara keras membuat Catz dan Mark kaget.
"Kak, lo bikin kaget saja!!"protes Catz.
Henry memandangi Mark dengan alis terangkat penasaran. Lalu ia menatap adiknya. "Gerak cepat juga ya lo! Baru tadi pagi mama nanya kan?! Tahu-tahu sore sudah ajak cowok saja nih!!"
"Heh jangan asal ngomong kak!"sahut Catz.
Henry mendekati Mark dengan penasaran. "Aku Henry, kakak Catz!"
Mark langsung berdiri dan menyambut uluran tangannya. "Aku Mark!"
"Ah namamu Mark."gumam Henry sambil mengedipkan mata ke arah Catz.
"Kak, ini tidak seperti yang kau pikir!"
"Memang aku pikir apa?!"sahut Henry.
Catz mendengus kesal. Ia berdiri dan mencubit pinggang kakaknya.
"Auw auw...hei sakit! Jadi gadis jangan kejam-kejam dunk! Kasihan calon pacarmu nanti!"tukas Henry mengusap bekas cubitan Catz sambil meringis kesakitan. "Mark, yang sabar ya sama Catz!"
Mark hanya melihat interaksi kakak beradik itu dengan wajah datar. "Dia bukan pacarku."
"Hah apa?!"sahut Henry kaget.
"Dia memang bukan pacar gue kak!!"
Henry menatap mereka bingung. "Jadi, ini siapa?!"tanyanya bingung.
"Mark anak teman mama! Hari ini teman lama mama lagi datang kemari."ujar Catz.
Henry diam mencerna perkataan Catz. Ia menatap Mark lalu Catz. "Jadi Mark ini anak teman mama yang lagi datang berkunjung?!"
"Ya!"sahut Catz membenarkan.
"Oh ya?!"ujar Henry ragu dan merasa aneh. "Oh oke, baiklah. Mama mana?"
"Lagi masak di dapur, kak. Lebih baik kakak mandi dulu sana!"
"Siap, bos!"sahut Henry tersenyum lebar sambil pamit undur diri ke kamarnya.
"Itu kakakmu ya?!"tanya Mark masih memandangi Henry naik tangga ke lantai atas.
"Ya."sahut Catz. Ia merasa kecewa dengan Mark. Dengan kakaknya, pria itu langsung berdiri dan mau berjabat tangan. Tapi kenapa dengannya hanya diam?!
"Apa Henry sudah pulang? Kayanya tadi Mama mendengar suaranya..."ujar Rose muncul dari dapur.
"Iya ma. Kakak sudah pulang dan sedang mandi."
"Ah baiklah. Sebentar lagi makan malam siap."
"Aku bantu ya ma!"seru Catz beranjak bangun.
"Bantu atur piring dan bawa sayur ya, Catz."Sahut Rose.
"Siap, ma!!"
"Biar aku bantu juga."Kata Mark ikut bangun.
"Eh tidak usah. Kamu kan tamu di sini. Kamu duduk saja!"ujar Catz.
"Tidak apa. Lebih baik aku membantu sesuatu daripada hanya duduk diam."tukas Mark berjalan mendahului Catz menuju meja makan.
Catz menarik napas. Padahal ia sengaja menghindar untuk menenangkan debaran jantungnya. Tapi kalau Mark membantunya, ia akan semakin gugup. Dengan pasrah, gadis itu menyusul Mark. Ia mengajak pria itu mengambil piring dan peralatan makan dari lemari.
Catz menyodorkan beberapa piring dengan sendok dan garpu kepada Mark yang langsung menerimanya lalu ia membawa ke meja makan. Mark mulai menaruh piring dengan peralatan makan di bantu oleh Catz. Mereka melakukan tugas itu dalam diam. Hanya Terdengar suara denting piring dengan sendok garpu di meja makan.
"Duh sudah kaya suami istri ga sih?!"
Catz menoleh kaget melihat mamanya berdiri melihat mereka dengan tersenyum lebar. Ia melirik Mark yang terlihat canggung juga.
"Ih mama apa sih?!"gumam Catz.
Rose terkekeh. "Ayo bantu mama bawa sayur, Catz!"
Catz mengangguk. "Aku bantu mama dulu ya!"pamitnya. Mark hanya mengangguk.
Ih pelit bicara sekali pria satu ini, bisiknya dalam hati. Catz berjalan mendekati dapur. Tercium aroma sedap masakan mamanya.
"Eh tahu tidak?! Tadi Mark bantu anakku membereskan piring di meja makan loh, romantis sekali kan?!"tukas Rose saat Catz masuk ke dapur.
"Duh sudah kaya suami istri tidak sih?!"sahut Mia terkekeh.
"Benar sekali!"
"Ih mama iseng sekali sih?!"protes Catz.
"Tidak apa-apa, Catz. Mana tahu kalian memang berjodoh!"ujar Rose sambil memberikan piring besar berisi sayur ke tangan Catz. "Hati-hati masih panas!"
"Maksud mama apa?!"
Rose tersenyum penuh arti. "Sudah sana!"
"Wah makan enak nih malam ini!!"seru Henry yang baru saja turun dan ada di meja makan melihat menu makanan malam ini.
"Henry?!"
Henry melihat ke arah dapur dan tersenyum lebar. "Halo, selamat malam, Tante Marie dan tante Mia!"sapa Henry mendekat dan memeluk mama Mark serta tantenya.
"Wah kamu sudah besar ya! Tinggi sekali badanmu!"puji Marie menepuk-nepuk punggung Henry.
Catz melongo melihat ke dua orang itu. Mereka terlihat sudah saling mengenal dan akrab. Ia baru saja hendak bertanya namun kepulangan papanya membatalkan niatnya. Terlihat papanya pun sangat senang menyambut kedatangan tiga orang itu. Kenapa Sepertinya hanya gue yang tidak tahu mereka, tanyanya dalam hati.
Rose menyuruh semua untuk duduk dan mulai makan malam. Meja makan yang biasanya hanya diduduki empat orang kini jadi ramai dengan tambahan tiga orang. Catz mengambil makanannya dan menyantap sambil mendengar percakapan keluarganya.
"Kelihatannya kakak dan papa sudah saling mengenal dengan mereka ya?!"tanya Catz akhirnya berbisik dengan Henry yang duduk di sampingnya.
"Tante Marie dan tante Mia sering datang berkunjung kemari sebelum mereka pindah. Waktu itu lo masih bayi."
"Oh....oke....."sahut Catz paham.
"Kalau Catz kerja di mana sekarang?"tanya Marie.
"Oh...saya kerja di perusahaan properti bagian akuntansi, tante."
"Oh properti..."sahut Marie mengangguk.
"Apa kamu sudah ada pacar?"tanya Mia.
Catz mendesah. Pertanyaan itu lagi, keluhnya dalam hati. "Belum."sahutnya.
"Ah kebetulan sekali! Mark juga masih singel! Dari dulu anak ini tidak pernah pacaran!"sahut Mia semangat. "Bagaimana jika kalian coba pacaran? Siapa tahu cocok kan?! Siapa tahu kalian berjodoh!"
Catz tersedak dan batuk. Bersyukur ia tidak memuntahkan makanan di dalam mulutnya. Perkataan tante Mia sangat mengejutkan. Henry tertawa lalu memberikan segelas air pada adiknya.
"Minum dulu!"pinta Henry sambil menepuk punggung Catz.
Catz menyambut gelas itu dan minum perlahan.
"Pelan-pelan dunk, sayang!"
Catz mendelikkan mata ke arah mamanya. Bagaimana ia tidak tersedak jika mendengar tante Mia yang memintanya pacaran dengan Mark?! Ia masih batuk sambil menepuk dadanya. Merasa malu harus mengalami kejadian ini saat makan malam bersama tamu. Ada Mark pula yang sekarang masih melihatnya. Sungguh memalukan, makinya.
"Aduh maaf sayang! Kata-kata tante pasti bikin kamu shock ya!"tukas Mia dengan nada tidak enak dan wajah menyesal.
"Ti...tidak apa...tante..."gumam Catz terbata.
"Tapi tante serius loh!"ucap Mia tersenyum membuat Catz kembali membelalakkan matanya. Mia menoleh kepada Marie dan Rose. "Bagaimana pendapat kalian?!"
Rose menatap Marie yang tersenyum. "Sebenarnya kami memang ada niat untuk itu."
Untung saja Catz tidak sedang makan atau minum karena ia bisa tersedak lagi karena kaget. "Mama!"serunya. Pantas saja ia merasa aneh. Kini ia sudah tahu kenapa mamanya memintanya segera pulang.
"Kenapa, Catz? Bukankah ini bagus?! Kamu dan Mark sama-sama belum punya pacar. Siapa tahu kalian cocok dan berjodoh."tukas Rose.
Henry tergelak. "Ide yang bagus!"
"Diam..."desis Catz sebal pada Henry.
"Coba tanya dulu bagaimana pendapat Mark? Siapa tahu ia keberatan dan sedang ada gebetan. Kalau Catz sih kan memang tidak ada."ujar Jack ikut menggoda putrinya.
"Ih papa..."protes Catz menghentakkan kaki dengan gemas.
"Saya tidak masalah."kata Mark.
Catz menatap Mark dengan mata membulat. Ia tidak percaya pria itu malah menerima tawaran tante Mia. Masa iya dia langsung terima?! Pria gagah dan tampan seperti Mark mau berteman dengannya?!
"Nah jadi tinggal jawaban dari Catz nih!!"ujar Henry menepuk tangannya dengan semangat.
Catz hanya bisa diam terpaku. Ia sudah seperti sedang berada dalam acara perjodohan. Ingin sekali menolaknya tapi bagaimana caranya?! Catz merasa seperti di kepung. Apalagi sekarang semua orang melihat dirinya. Menanti jawabannya. Termasuk Mark yang ikut memandanginya. Membuat wajah Catz panas dan jantungnya berdebar kencang.
"Hmmm....aku....aku coba dulu...."
Henry bersorak sambil bertepuk tangan. Sementara yang lain tertawa dan tersenyum lebar.
"Ih kak, norak amat sih!!"
"Yah Setidaknya adik gue tidak akan jadi jomblo abadi lagi kan?!"
"Belum juga kenalan!"
"Percayalah, kakak yakin kalian berjodoh!"ujar Henry mengedipkan mata pada Catz.
Catz mendengus. Ia mendongak dan matanya bertemu dengan manik biru milik Mark. Pria itu sedang memandangi dirinya. Sementara yang lain kembali sibuk berbicara mengenai mereka. Catz menahan napas. Bibirnya melengkung ke atas dengan gugup. Mark membalas senyumnya dan kembali makan.
Catz masih memperhatikan Mark yang makan sambil berbincang dengan mamanya dan Rose. Ia bingung kenapa pria itu mau menerima ide tantenya. Apa benar kalau Mark belum pernah pacaran?! Dan kenapa? Tidak mungkin tidak ada wanita yang tertarik dengan Mark. Pria setampan dan segagah itu. Catz jadi penasaran dengan sosok lelaki itu.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top