15
“Selamat siang, tante.”
“Eh kamu sudah datang, Catrina!”sambut Marie yang langsung beranjak bangun duduk dari sofa dan menghampiri gadis itu. Ia memeluknya dengan erat. “Ayo duduk dulu!”
“Iya, tan.”sahut Catz membiarkan tangannya di tarik oleh mama Mark dan duduk.
“Mark, ambilkan minum sana!”
Mark memasang mimik wajah datar. “Kok jadi saya sih yang di suruh, ma?!”
“Catrina kan baru sampai di sini. Kamu mau minum apa?”tanya Marie padq Catz. “Es teh manis mau ya?! Mark, buatkan untuk Catz dan mama juga ya!”pintanya tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.
Mark mendengus. Wajahnya tampak kesal tapi pria itu tetap melangkah menuju dapur untuk melakukan perintah mamanya. Catz tidak bisa menahan tawa. Lucu rasanya melihat Mark yang pasrah. Ia tahu Mark tidak berani menolak perintah mamanya karena pria itu sangat mencintai orang tuanya.
“Biar saya bantu Mark ya, tante.”
“Eh tidak perlu. Kamu kan baru sampai.”cegah Marie memegang tangan Catz. “Sekali-sekali biar Mark saja yang melakukannya.”sambungnya tersenyum lebar.
Tidak lama kemudian Mark datang membawa nampan dengan tiga buah gelas. Pria itu menaruh nampan serta gelas di meja dan menyodorkan ke hadapan Catz serta mamanya. Lalu duduk di sofa seberang.
“Ayo minum dulu, Catz!”
Catz mengangguk tersenyum. Ia mengambil gelasnya yang terasa dingin karena es batu dan meminumnya. “Hmmm…enak…segar….”pujinya. “Kalau atasanku mencobanya pasti akan suka juga nih!”
“Ah jadi, atasan kamu juga menyukai minum teh?”tanya Marie.
“Iya, tante. Saya sering membuatkannya juga untuk atasanku di kantor.”
Terdengar suara dering ponsel. Ternyata milik Mark. Pria itu mengeluarkan ponsel dari kantung dan beranjak bangun setelah melihat layar ponselnya. “Aku jawab telepon dulu ya.”
Catz hanya bisa mengangguk memandangi punggung Mark yang menjauh ke teras depan. Siapa yang telepon ya? Kliennya atau Kevin?
“Maaf ya, Mark memang suka begitu. Di hari Minggu pun dia sering kerja.”kata Marie menepuk tangan Catz dengan lembut.
“Oh tidak apa, tante. Namanya juga kerja.”sahut Catz tersenyum.
“Tante mau menyiapkan makan siang dulu ya. Nanti kamu ikut makan saja ya?!”
“Oh iya, tante.”
“Kamu santai dulu saja.”
“Saya bantu saja, tante. Daripada saya Cuma duduk.”
“Ah baiklah. Kamu duluan saja ke dapur. Tante mau ke atas dulu.”
Catz mengangguk. Mama Mark menaiki tangga. Ia beranjak bangun dari sofa. Melihat ke arah teras. Sepertinya Mark masih sibuk dengan teleponnya. Ia penasaran dan melangkah menuju teras. Catz mendengus suara tarikan napas keras Mark.
“Iya tapi tidak sekarang. Aku tidak bisa hari ini…”
Catz berdiri di balik pintu. Diam mendengarkan.
Mark kembali menghela napas kasar. “Oke, terserah! Aku sudah capek tiap hari berantem sama kamu. Ngerti dikit bisa?! Hubungi aku kalau kamu sudah tenang dan mengerti!”
Catz terdiam. Ia mendengar Mark mengerang kesal setelah menutup panggilan. Refleks ia langsung bergegas masuk ke dalam. Langsung menuju area dapur. Ia tidak ingin ketahuan sudah menguping pembicaraan Mark. Catz berhenti di dekat meja makan. Mengatur napas seraya mengusap dada. Telepon itu bukan dari klien Mark. Catz yakin Kevin menghubungi Mark. Entah mereka bicara apa hingga Mark kesal. Baru kali ini ia mendengar Mark berang.
Catz mendengar suara langkah kaki. Ia langsung pura-pura sibuk mengambil peralatan memasak.
“Aduh kamu sudah mengambilnya ya?! Maaf ya tante lama!”kata Marie yang datang bergegas dengan mimik wajah tidak enak.
“Tidak apa, tante.”sahut Catz.
“Jadi merepotkanmu. Siang ini tante mau masak capcay, udang asam manis dan tahu krispi. Kamu suka kan?!”
Catz tersenyum lebar. “Suka kok, tante, aku suka makan apa saja.”
“Baiklah. Kamu bisa bantu potong sayuran dulu kalau mau.”kata Marie membuka kulkas dan mengeluarkan wadah kotak berisi udang serta sayuran.
Catz mengambil bahan sayur untuk menu capcay. Mencucinya dan mulai memotong lalu menaruh ke dalam wadah. Sementara Marie mengolah udang dan tahu.
“Kukira kamu hilang.”
Catz menoleh. Mark baru saja masuk ke dapur. Ia melihat wajah pria itu tampak biasa saja. Seakan tadi tidak menerima telepon dan kesal. Seakan tidak terjadi apapun tadi.
“Tenang saja, pacarmu tidak akan hilang, kak!”sahut Collin dari belakang Mark muncul dengan seringai jahil di wajahnya.
“Ngomong apa sih?!”ketus Mark.
Collin terkekeh. “Masak apa nih ma?! Butuh bantuan Collin tidak?!”
“Eh tidak usah. Kamu tidak perlu bantu. Yang ada kamu mencomot udang sampai habis!”tukas Marie.
“Sudah, kita main game sampai mama selesai masak.”ajak Mark mendorong adiknya keluar dari dapur.
———
“Ayo semuanya makan!”seru Marie.
Tak lama terdengar suara sorakan Collin dan teguran Barry yang terkejut dari arah ruang duduk. Sedetik kemudian terdengar suara bising langkah kaki yang bergegas ke meja makan.
“Asyik akhirnya makan sudah siap!”seru Collin.
Catz membantu merapikan piring dan alat makan. Ia tertawa pelan melihat tingkah Collin. “Makan siang sudah siap!”
Collin berdiri di tepi meja makan. Menatap hidangan yang tersaji dengan mata berbinar. “Wah mantap nih ma! Ayo kak, kita makan duluan!”
Catz tertawa pelan. Ia melihat Mark datang mendekat bersama Barry. “Loh papamu mana? Kayanya dari tadi aku tidak lihat ya….”ucapnya baru sadar.
“Oh….papa lagi pergi keluar.”sahut Collin.
Catz bergumam oh sambil menganggukkan kepala. Ia mengambilkan piring dan menyodorkan pada Collin.
“Terima kasih, calon kakak ipar!”
Catz tertawa. “Sama-sama.”sahutnya. Ia mengambil piring lagi. Mengambil sendok nasi dan menuangkan nasi ke atas piring. “Ini cukup?!”
Mark mengangguk dan mengulurkan tangan untuk mengambil piring. “Terima kasih ya!”ucapnya tersenyum.
“Ih romantis sekali sih kalian?! Jadi kaya sudah menjadi suami istri deh kaya papa mama.”goda Collin.
Catz merasa pipinya memanas.
“Ouch….”pekik Collin.
“Jangan ngawur!”tegur Barry yang menepuk keras lengan Collin.
“Sudah, jangan berantem. Kamu cemburu ya karena tidak ada yang mengambilkan nasi…nasib…”goda Mark nyengir.
“Ayo makan dulu!”pinta Marie sambil menggelengkan kepala melihat tingkah putranya. “Ayo Catz, ambil lauk yang banyak ya!”
“Iya tante…”sahut Catz duduk setelah mengisi piring dengan nasi.
Mark meraih mangkuk udang asam manis. Menuang ke piringnya dan piring milik Catz yang duduk di sampingnya.
“Eh sudah, jangan banyak-banyak.”gumam Catz melotot padanya karena Mark menyendok lauk itu terlalu banyak.
“Kan kamu suka.”
“Iya, tapi ini terlalu banyak.”sahut Catz merasa tidak enak.
“Coba dulu! Kamu pasti suka, makanya aku ambil banyak untukmu.”ucap Mark sambil mengambil tahu krispi.
“Iya iya…aku coba.” Catz menuruti perkataan Mark. Ia menyendok udang dan memasukkan ke dalam mulutnya. Dalam sekejap rasa gurih udang serta saosnya yang lezat memenuhi mulutnya.
“Enak kan?!”tanya Mark tersenyum melihat gadis itu mengunyah dengan bergumam dan memejamkan mata sejenak. Catz mengangguk sebagai jawaban karena mulutnya yang masih penuh dan mengunyah.
“Mama suka melihat kalian berdua. Rasanya sudah tidak sabar ingin melihat kalian menikah dan mempunyai anak.”ujar Marie tersenyum melihat interaksi putranya dengan Catz.
Uhuk….Catz tersedak hingga batuk.
Mark meraih gelas di depan piring Catz dan menyodorkannya. “Ayo minum dulu.”ujarnya menepuk pelan punggung sang gadis.
Catz menerima gelas dan segera meminumnya hingga tandas. Membiarkan makanannya masuk dan menghentikan batuknya. “Ah…”gumamnya lega.
“Aduh, Catz, maaf ya, karena tante kamu jadi tersedak.”
“Tidak apa, tante.”
“Mama kok bilang begitu sih?!”tukas Mark menatap Marie.
“Loh kenapa? Wajar dunk, kamu sudah dewasa. Dan mama juga ingin mengendong cucu…”
“Iya toh kalian juga sudah mesra begitu…mau tunggu apa lagi?! Nanti malah keburu di rebut cowok lain loh.”
“Anak kecil jangan ikutan!”ujar Mark melotot pada Collin.
“Aku sudah besar ya!”bantah Collin meringis.
“Hei sudah, ayo lanjut makan!”seru Barry.“Hei sudah, ayo lanjut makan saja sih!”seru Barry.
“Wah parah, ternyata kakak dari tadi asyik makan ya!”kata Collin yang menoleh melihat Barry sudah hampir menghabiskan setengah piringnya.
Barry minum setelah menelan makanannya. “Yah dari tadi kalian pada sibuk. Daripada lapar kan lebih baik makan!”
“Sudah, ayo kita makan!”pinta Marie.
———
Catz sedang duduk di ayunan taman belakang rumah Mark. Menikmati angin sepoi sambil memandangi langit biru. Setelah makan siang dan membantu membereskan meja makan, Mark mengajaknya duduk di taman.
Ia tersenyum kecil melihat Mark datang dengan dua buah gelas berisi juice alpukat. “Terima kasih!”ucapnya menerima gelas yang terasa dingin.
Mark duduk di sampingnya. Menyeruput juice dalam diam. Catz ikut meminumnya. Ia melirik pria itu. Tampak tenang dan biasa saja, bisiknya dalam hati. Apa ia memang sudah melupakan pertengkarannya dengan Kevin tadi ya?! Ia sebenarnya penasaran apa yang diributkan oleh mereka berdua. Tapi tidak berani bertanya langsung. Kalau bertanya, sama saja ketahuan kalau tadi sudah menguping bukan?!
“Mengenai perkataan mamaku tadi, jangan terlalu dipikirkan ya.”
Catz menoleh. “Oh perihal menikah?!”sahutnya tertawa kecil. “Tapi, apa kamu tidak pernah terpikir masalah itu?! Apalagi di usia kita seperti ini….”
“Tentu saja terpikir. Tapi kamu kan tahu aku seperti apa.”
“Apa semua keluargamu benar-benar tidak menyadari keadaanmu sekarang?”
Mark berdehem sebelum menjawab, “Aku merasa Barry sering curiga padaku.”
“Oh.”
“Apa kamu menyesal dijodohkan denganku?”tanya Mark melirik Catz.
Catz menoleh pada pria itu. Langsung bertatapan dengan manik birunya. “Kalau mau jawaban jujur, sebenarnya aku tidak menyesal. Mungkin aku sedikit kecewa setelah tahu dirimu yang menyukai sesama jenis. Tapi…aku tetap menyukaimu…”gumamnya dengan pipi merona.
Mark terdiam mendengar ucapan Catz. Ia tersenyum. “Kamu baru saja mengakui perasaanmu ya… aku sangat menghargai perasaanmu…tapi…”
“Iya aku tahu! Kamu anti wanita!”sergah Catz memutar bola mata.
Mark terkekeh. “Saat ini memang anti, tapi kita tidak tahu bagaimana ke depannya nanti bukan?!”
“Kamu sudah mantap?! Kalau rencanaku berhasil, berarti kamu putus dengan Kevin bukan?!”
“Ya. Keputusanku memang sudah mantap. Hanya aku…aku butuh waktu…”
“Jangan lama-lama, Mark. Semakin lama kamu akan merasa semakin berat berpisah dengannya.”
Mark mengangguk pelan. “Makanya buat aku jatuh cinta padamu dunk.”
Catz mendengus. “Kamu masih anti wanita, bagaimana aku bisa membuatmu jatuh cinta?!”
“Aku hanya anti terhadap wanita lain. Denganmu tidak.”
Catz menoleh menatapnya dengan mata melebar. “Kamu lagi menggombal ya?!”tanyanya dengan nada terkejut.
Mark terbahak. “Aku serius!”
“Bagaimana kamu bisa yakin?!”tanya Catz menatapnya tidak percaya.
Mart membalas tatapannya lalu tersenyum kecil. “Aku selalu merasa tidak nyaman jika berdekatan dengan wanita selain mamaku. Dan saat bertemu denganmu pun sebenarnya aku merasa tidak nyaman. Aku nyaris ingin menemui mama dan mengatakan tidak ingin meneruskan perjodohan ini. Tapi ternyata lama kelamaan aku malah jadi terbiasa denganmu.”
Catz memandangi Mark dari samping. Mendengar dengan tidak percaya hingga mata terbelalak dan mulut melongo. ”Wow…aku…aku merasa takjub…”gumamnya tidak percaya. “Mungkin itu tandanya kamu mulai tertarik padaku.”
“Hm…..mungkin juga.”Sahut Mark tersenyum.
Catz membalas tersenyum. “Setidaknya usahaku sudah bergerak maju.”
Mark masih tersenyum. “Kamu cantik kalau tersenyum.”
Catz terdiam. Mulutnya kembali terbuka melongo. Apa yang dikatakan oleh Mark tadi, tanyanya dalam hati. Dia…dia baru saja memujiku, pekiknya. Dan Catz tidak sanggup berkata. Ia hanya diam menatap Mark dengan jantung berdebar kencang.
Catz menahan napas melihat manik biru itu masih tertuju padanya. Ia melihat Mark bergerak mendekatkan wajah. Ia bisa menghirup parfum yang selalu di pakai pria itu. Ia juga bisa merasakan hembusan napasnya. Refleks mata Catz turun ke bibir Mark yang penuh dan tampak menggoda.
“Kakak, kalian di suruh……ups…..”
Mark dan Catz tersadar kemudian bergerak menjauh dengan canggung. Catz langsung membuang muka ke arah lain dengan wajah merah padam.
Collin memandangi ke dua orang itu dengan kaget. Sontak raut jahilnya muncul di wajahnya. “Hei apa yang kalian lakukan?!! Wah wah wah…..”
Mark berdiri dan mendekati adiknya. “Jangan sembarangan bicara.”katanya dengan nada panik dan kikuk.
“Aku tidak sembarangan ya. Aku paham loh, kak!”
Mark menghela napas. “Sudah. Tadi kamu mau bilang apa?!”
“Mama minta kalian masuk. Mama habis membuat es buah.”kata Collin.
Mark mengangguk. Ia melihat adiknya masih berdiri sambil meringis. “Terus, kenapa kamu masih di sini?!”
“Menunggu kalian masuk sebelum berbuat aneh kaya tadi.”
“Kami tidak melakukan apapun.”
“Iya untung aku datang kan?! Coba kalau tadi tidak ada yang ke sini, ayo…..”sahut Collin tertawa sambil bergegas masuk ketika melihat Mark mendekat seperti hendak menyerangnya.
Catz tertawa melihat ulah kakak beradik itu. Ia ikut beranjak bangun dan menyusul Mark yang masih berdiri di pintu teras. “Yuk masuk, mamamu minta kita masuk kan?! Sebelum Collin berkata macam-macam.”ujarnya terkekeh.
Mark mengangguk. “Maaf ya tingkah Collin tadi.”
“Tidak apa.”sahut Catz. Ucapan Mark membuatnya teringat akan kejadian sebelum Collin datang. Dan ingatan itu membuat pipinya merona. Andai saja Collin tidak datang tadi….batinnya dengan dada berdebar kencang.
“Nah ini dia!”sambut Collin nyengir melihat Mark dan Catz masuk ke dalam ruang duduk. “Coba mama tebak tadi kakak ngapain?!”
Mark membelalakkan mata padanya. “Jangan sembarangan ya!”
Collin terbahak. Marie yang tidak paham menatap Collin dan Mark bergantian. “Apa maksudmu, Collin?!”tanyanya.
“Tadi kakak……”
“Hei!”seru Mark berlari menghampiri Collin dan menutup mulutnya. Sementara tangan satu lagi memeluk leher Collin agar tidak bisa berontak.
“Hhmmmmpppp….”gumam Collin mencoba melepaskan diri dari cekalan kakaknya.
Catz bengong melihat Mark dan Collin yang sudah seperti sedang bergelut. Ia cukup terkejut melihat tingkah Mark. Tidak bisa menahan geli, ia pun terkekeh.
“Hei apa-apaan sih kalian! Berhenti!”tegur Marie.
“Awas ya kalau macam-macam lagi!”ujar Mark mengacak rambut Collin sebelum melepasnya.
“Ah kak, sakit nih!!”sahut Collin mengusap kepalanya.
Marie menarik napas. “Sudah, sudah….tidak malu apa sudah besar begini malah masih berulah seperti anak kecil?! Ayo sini pada duduk! Mama baru saja bikin es buah!”
Catz duduk di samping Marie dan mulai membantu menuang es buah ke dalam gelas. “Rumah pasti ramai sekali ya, tante, waktu mereka masih kecil?!”ujarnya tersenyum lebar.
“Bukan ramai lagi. Seringkali mereka bertiga berantem karena rebutan mainan atau tontonan…hanya karena hal sepele saja bisa ribut.”
Catz tertawa kecil.
“Dan nanti rumah tante akan semakin ramai jika kalian berdua menikah lalu memiliki anak.”
Catz nyaris tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan Marie. Ia melirik ke arah Mark yang meringis. Wajahnya sendiri sudah merah padam.
“Makanya jangan pacaran lama-lama, kak.”ucap Barry menyeringai sambil mengambil gelas berisi es buah dan mulai menyuapnya.
“Nah mama dan Barry sudah mengatakan sebaiknya jangan menunda, kak. Benar kan kataku?!”kata Collin menyeringai jahil.
“Sudah ah, kalian membuat Catz jadi malu loh ini! Kasihan Catz ah!”kata Marie. Ia menepuk tangan Catz. “Maafkan mereka ya. Mereka bertiga memang selalu iseng.”
“Iya, tidak apa, tante.”
“Tapi, kamu sendiri bagaimana pendapatnya? Apa kamu sudah siap menikah?!”tanya Marie.
Barry tersedak dan Collin tergelak. Sementara Mark mendengus kesal. Dan Catz? Ia bisa terkena resiko tersedak lagi kalau es buah itu sudah masuk ke dalam mulutnya. Catz hanya bisa mengaduk isi gelasnya dengan salah tingkah.
“Mama….katanya jangan menggoda dan mendesak Catz terus, tapi mama sendiri malah ikutan!”protes Mark gemas.
Marie tertawa pelan. “Habis bagaimana dunk…mama kan sudah tua. Kamu juga sudah dewasa, Mark. Tidak ada yang tahu umur mama sampai kapan. Mama ingin melihat anak mama menikah dan menggendong cucu.”
“Mama jangan ngomong aneh ah!”tukas Barry.
“Mama bukan ngomong aneh. Mama hanya ingin melihat anak mama bahagia. Kamu juga, mau sampai kapan gonta ganti pacar terus?!”omel Marie.
Barry terkekeh.
“Sudah, kita bicarakan ini lain kali saja ya ma. Doakan saja hubungan kami bisa lanjut ke tingkat yang lebih serius, ma.”ujar Mark.
“Amin….”sahut Marie, Barry dan Collin bersamaan.
Bersambung...
Happy reading ya...jngn lupa like komen serta saran kritiknya utk cerita ini 🙏❤🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top