10

Catz bergerak bangun dari tidur nyenyaknya semalam. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan sekarang sudah pukul delapan pagi. Ia menggeliat. Merasa masih malas untuk beranjak bangun. Hari Minggu ini Catz memilih untuk bersantai di rumah. Hari ini ia tidak memiliki rencana pergi bersama Mark.

Catz berbaring sambil memeluk bantal hello kitty pemberian Mark. Mulutnya tersenyum kecil mengingat benda itu adalah hadiah pertama dari Mark. Perlahan ia kembali mengenang pesta kecil ulang tahun Barry tadi malam. Pertama kalinya ia berkunjung ke rumah Mark. Rumahnya cukup besar, batinnya. Lebih luas dari rumahnya dan perabotannya pun tampak mewah. Ia tahu keluarga Mark termasuk kalangan berada. Keluarganya pun termasuk ramah dan baik.

Ia meraih ponsel dan menghidupkannya. Tidak lama terdengar banyak notifikasi pesan masuk. Gadis itu beranjak duduk. Membuka kunci layar ponsel dan membaca satu per satu notifikasi yang masuk. Ia membuka pesan dari Mark. Ternyata pria itu kembali main game bersama adiknya hingga larut malam. Dan ia yakin saat ini pasti Mark masih tertidur pulas. Catz membalas pesan Mark. Meski sekarang belum bangun, pria itu pasti akan membaca dan membalas pesannya nanti.

Catz berdiri dan masuk kamar mandi. Menyalakan kran air lalu membasuh wajah. Sejenak ia merasa lebih segar dan rasa kantuknya pun lenyap. Tangannya meraih handuk kecil. Mengusap kering mukanya.

"Kayanya sarapan nasi uduk enak nih!"gumam Catz mengelus perutnya yang mulai terasa lapar. "Sudah lama tidak beli nasi uduk yang ada di taman."

Gadis itu segera keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai bawah. Di ruang duduk ia melihat papanya sedang duduk menonton televisi. Sementara mamanya berada di dapur karena ia mendengar suara dari arah dapur.

"Selamat pagi, pa!"sapa Catz.

Jack menoleh dan tersenyum. "Pagi, sayang! Tumben sudah bangun!"

"Iya, pa. Aku lapar. Mau beli nasi uduk yang di taman. Papa mau?"

"Boleh juga."

"Sip. Aku mau tanya mama dulu ya!"sahut Catz yang langsung melangkah menuju dapur. Ia melihat mamanya sedang sibuk mencuci sayur. "Pagi, ma!"

Rose menoleh. "Pagi, Catz! Mama kira kamu bakalan bangun siang."

Catz meringis. Memang biasanya kalau akhir pekan ia bisa bangun siang. "Aku lapar, ma. Aku mau beli nasi uduk yang di taman. Mama mau?!"

"Hm boleh. Kamu yang beli sendiri?"tanya Rose.

"Iya ma. Ya sudah aku pergi beli dulu ya!"

"Belikan untuk kakakmu dan Tara juga ya! Mereka sedang jogging."ujar Rose.

"Oh kakak benaran jogging?!"sahut Catz.

"Ya, mama yang bangunkan tadi!"

Catz terkekeh. "Baiklah. Siapa tahu nanti aku ketemu kakak di luar. Aku pergi beli dulu ya ma!"

"Hati-hati!"sahut Rose.

Catz membalikkan badan dan melangkah melewati ruang duduk. Pamit untuk membeli sarapan pada papanya yang masih asyik menonton berita pagi di televisi. Ia memakai sandal lalu membuka pintu. Sinar matahari pagi yang menyambutnya setelah keluar Rumah membuat matanya menyipit sejenak. Pagi ini memang langit sangat cerah. Kulitnya pun langsung terasa hangat setelah berjalan beberapa menit di bawah sinar matahari pagi.

Ia melihat masih banyak warga yang berolahraga melintasi jalanan perumahannya. Di hari Minggu memang area perumahan tempat ia tinggal ramai dengan warga yang berolahraga. Ada yang berlari dan jalan kaki. Ada pula orang yang menaiki sepeda. Dan sebagian orang ada yang sedang duduk atau berdiri sambil berbincang santai.

Semakin dekat taman, semakin ramai. Banyak warga yang duduk santai di taman. Ada juga yang sedang duduk rehat setelah olahraga. Banyak para penjual makanan berdagang di taman. Catz langsung melangkah menuju gerobak nasi uduk kesukaannya.

"Catz!"

Catz menoleh dan menyeringai lebar melihat orang yang memanggilnya. "Halo, kak!"

Henry dan Tara baru saja tiba di taman. Mereka mendekati gadis itu.

"Tumben lo ke taman?!"tanya Henry.

Catz mendengus. "Memang gue tidak boleh ke taman apa ya?! Halo, kak Tara!"

"Hai, Catz!"sahut Tara sambil mengusap dahinya yang berkeringat.

"Biasanya kan lo bangun siang."

"Gue lapar. Jadi mau beli nasi uduk. Yuk, temani gue beli sarapan!"seru Catz menggandeng lengan kakaknya. Tapi sedetik kemudian ia berseru, "Ih lo keringatan!!!"

Henry menoyor kening adiknya gemas. "Yah iyalah gue keringatan! Gue kan habis jogging!!"

Catz mengibaskan jarinya yang terkena keringat Henry. "Ih jijik! Gue mesti mandi pakai kembang tujuh rupa nih!!"

"Lebay lo!"sahut Henry.

Catz menjerit. "Hei! Tidak mau!"pekiknya menjauh.

Henry tertawa dan menyusulnya hingga mereka makin dekat dengan tempat jualan nasi uduk. "Panik banget sih?! Gue Cuma bercanda kali!!"gelaknya sambil memegang perut karena tertawa.

Catz berdiri sambil membungkuk dan berkacak pinggang. Mengatur napas akibat larinya tadi. "Nyebelin!"ujarnya kesal.

"Kalian ini ya, masih saja berantem di luar. Orang-orang jadi pada menonton kalian loh!"tukas Tara yang berhasil menyusul mereka sambil tertawa dan menggelengkan kepala.

Catz melirik. Memang beberapa orang memperhatikan mereka. Terutama orang yang sedang mengantri beli nasi uduk. Wajahnya merona malu. Ia mendelikkan mata kesal pada Henry.

"Sudah, jangan marah begitu dunk. Yuk kita beli nasi uduk. Kakak yang bayar deh!"

Mata Catz melebar semangat. "Benar?!"

"Iya."

"Yakin nih?!"

"Yakin, Catz!!"sahut Henry gemas.

"Oke kalau begitu gue mau nasi uduk biasa di tambah telur dadar, tempe goreng sama bakwan sayur ya! Lalu gue juga mau tambah risol ragoutnya juga!!"

Henry membelalakkan mata. "Lo lapar atau rakus sih? Banyak amat makannya?! Perutnya muat tuh?!"

"Muat dunk. Kaya tidak tahu siapa adikmu ini?!"sahut Catz tersenyum sambil menepuk dadanya dengan bangga.

Tara tergelak mendengar omongan Catz. "Duh dasar tukang makan! Sudah, kita belikan saja! Yuk!"ajaknya sambil merangkul bahu Catz.

Henry menggelengkan kepala sambil nyengir. Kemudian ia menyusul ke dua orang gadis itu. Ikut mengantri bersama pelanggan lain. Ke tiga orang itu segera memesan nasi uduk untuk mereka serta orang tua Catz. Dan mereka pun kembali jalan pulang ke rumah.

"Bagaimana kemarin ketemu calon mertua?!"tanya Tara yang berjalan sambil merangkul lengan Catz.

"Lo tidak bikin malu kan di sana?!"tukas Henry yang melangkah di samping Tara dan membawa plastik berisi sarapan pagi.

"Ih kakak kok bilang begitu?!"sahut Catz menoleh sambil mencebikkan bibir. "Tentu saja tidak dunk!"

"Keluarga Mark baik dan ramah kan?! Kan dulu gue sering main sama mereka."ujar Henry.

"Kok gue tidak ingat ya?!"

"Lo masih kecil! Dan mereka keburu pindah keluar kota."

Catz bergumam oh. "Tumben sekali kakak mau jogging pagi!"

"Biar sehat!"

"Halah biasanya juga kakak bangun sianh kalau weekend sih!"

"Biar kakakmu kurus loh. Kamu tidak lihat itu perutnya sudah mulai buncit?!"kata Tara.

Catz melirik ke arah perut Henry. Memang perut kakaknya terlihat sedikit buncit. Tidak bisa menahan, ia pun tertawa keras.

"Hei!"tukas Henry mendekat lalu menjepit wajah Catz hingga menempel di dadanya. Ia mengacak rambut adiknya dengan gemas.

"Aaah kakak!!!"pekik Catz.

"Apa yang kautertawakan, heh?!"ujar Henry mengelitiki Catz hingga gadis itu semakin keras menjerit serta tertawa.

"Hei sudah sih! Kalian jadi bahan tontonan lagi tahu ga!"tukas Tara.

Henry melepaskan Catz. Ia terkekeh melihat rambut adiknya yang sudah berantakan karena ulahnya. Wajahnya pun merah karena kepanasan dan tertawa.

"Aku Cuma bercanda sih! Sensi amat!"protes Catz sambil merapikan rambutnya. Ia menyadari beberapa pejalan kaki memperhatikan tingkat mereka. Bahkan ada juga tetangganya yang ikut melihat sambil tersenyum.

"Henry, Catz, kalian masih saja tidak berubah ya."sapa seorang pria paruh baya yang berjalan melewati ke tiga orang itu sambil terkekeh.

"Ah halo pak Teguh!"sapa Henry meringis lebar.

"Habis jogging ya?!"tanya pria itu.

"Iya, pak. Saya dan pacar saya yang jogging. Kalau Catz sih baru bangun tidur."sahut Henry jahil.

Pak Teguh melirik Catz yang memang masih memakai piyama. Di tambah rambutnya masih berantakan karena ulah Henry tadi membuat dirinya benar-benar seperti baru bangun tidur. Pria itu tergelak.

Catz mendelikkan mata kesal kepada kakaknya. Kalau saja tidak ada pria itu, ia sudah mencubit Henry.

Pak Teguh berhenti tertawa sambil mengusap matanya yang basah karena tertawa. "Tidak apa. Hari libur bebas kok. Btw jadi kamu sudah ada pacar ya?!"

"Iya pak!"

Pak Teguh mengangguk. "Semoga langgeng ya! Di tunggu undangannya loh. Bapak duluan ya!"

"Iya pak!"

"Apaan sih kak tadi malah bilang yang aneh-aneh!"protes Catz mencubit pinggang Henry hingga pria itu mengaduh kesakitan.

"Cuma bercanda loh! Tapi cubitan lo sadis banget!!"sahut Henry seraya mengusap bekas cubitan adiknya dan meringis sakit.

"Kalian ini ada-ada saja deh!"ucap Tara. "Ayo cepat pulang!"

----

"Kalian beli nasi uduk di taman mana sih!!"tukas Rose yang berdiri di depan rumah sambil berkacak pinggang. "Lama banget! Papa sudah lapar loh dari tadi!"

Catz meringis. "Ini, ma."

"Kenapa lama sekali?!"Tanya Rose.

Catz melirik kakaknya yang menyeringai lebar. "Biasa, ma, anak muda...mejeng dulu!"sahut Henry yang mendapat jitakan di kepalanya.

"Kamu sudah tua! Lagian sudah ada Tara juga, ngapain mejeng-mejeng!"tukas Rose.

Catz tergelak. Ia memberi tatapan ke arah kakaknya seakan mengatakan rasakan. Mulutnya tersenyum puas dan melangkah masuk ke dalam. Ia langsung mengarah ke dapur. Mengambil gelas dan mengisi air dari dispenser kemudian langsung meneguk hingga tandas.

"Akhirnya kalian pulang juga!"ucap Jack yang baru muncul di dapur.

"Papa sudah lapar ya?!"tanya Catz.

"Lumayan."sahut Jack.

Tidak lama Henry datang bersama Tara. Pria itu menaruh plastik berisi nasi uduk di meja makan. Henry mengambil dua buah gelas dan mengisi air dari dalam kulkas.

"Pagi om."sapa Tara tersenyum.

"Pagi, Tara. Akhirnya nasi uduknya datang juga ya!"kata Jack sambil duduk.

Catz segera mengambilkan piring dan peralatan makan. Ia mengeluarkan bungkusan nasi uduk dari dalam plastik. Membuka satu bungkus lalu memindahkan ke atas piring. "Ini pa!"ujarnya seraya menyodorkan piring ke arah papanya.

Catz mengambil satu buah bungkus nasi uduk lagi dan membukanya. Matanya langsung berbinar semangat melihat isinya yang tampak mengiurkan. "Hmmm nyam...enak nih!!"

"Kalian beli risol juga? Terus ini ada telur dadar lagi untuk apa?!"tanya Rose heran melihat isi plastik yang banyak.

"Yah mama pasti tahu untuk siapa?!"sahut Henry menyeringai lebar.

Rose menatap putrinya. "Punyamu?!"

Catz cengegesan. "Hehehe...iya, ma! Tempe dan bakwannya juga tambahan buatku!"

Rose menarik napas seraya menggelengkan kepala. "Ampun, Catz, kamu bisa kekenyangan makan sebanyak ini!"

"Tidak apa, ma, biar kenyang."ucap Jack tertawa pelan melihat tingkah putrinya.

Catz meringis. "Selamat makan, semuanya!"

---

Atensi Catz teralih dari film yang sedang ditontonnya melalui laptop saat ponselnya berbunyi. Ia memencet tombol pause dan mengambil ponsel di atas meja samping tempat tidur.

"Hei Rub, kenapa?!"

"Lagi apa, Catz?"

"Lagi nonton. Kenapa? Lo ga kencan?!"

"Tidak nih. Kita jalan yuk!"

Catz tertawa. "Tumben kok tidak pergi kencan?!"

"Lo juga tumben tidak kencan sama Mark?!"

Catz terkekeh. "Dia lagi ada urusan. Lagian kan kemarin kita sudah ketemuan."

"Memang lo tidak kangen apa?!"

"Kangen sih...."sahut Catz sengaja berbicara dengan nada manja.

"Ih jijik gue dengar suara lo!"seru Ruby. Catz terbahak. "Kita jalan yuk! Gue bosan nih di rumah!"

"Mau ke mana?!"

"Kita mejeng di mall!"

"Boleh!"

"Ya sudah siap-siap gih! Sejam lagi gue jemput lo ya!"

"Siap, bos!"sahut Catz yang langsung mematikan hubungan telepon itu. Lalu ia membuka pesan. Hendak memeriksa apakah ada pesan masuk dari kekasihnya itu. Ternyata tidak ada. Pasti ia sibuk, bisiknya. Hari ini memang Mark mengatakan harus mengadakan pertemuan dengan salah satu kliennya yang hanya memiliki waktu di hari libur. Namun ia tetap mengirim pesan pada Mark, mengatakan bahwa ia akan jalan bersama Ruby dan mengingatkan pria itu supaya tidak lupa untuk makan.

Catz mematikan laptop dan menaruh di atas meja. Lalu ia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Catz membuka lemari dan mengambil baju. Ia memakai kaos lengan pendek berwarna merah dengan celana jeans. Ia menyisir dan menguncir rambut. Kemudian memoles wajahnya dengan pelembab serta blush on. Dan terakhir mengolesi lip balm di bibirnya.

"Eh kamu mau ke mana?"tanya Rose melihat putrinya turun ke lantai bawah dengan pakaian rapi.

"Aku mau jalan sama Ruby, ma!"

"Oh kamu tidak pergi bersama Mark?"

"Tidak, pa, dia lagi ada pertemuan dengan kliennya."

"Di hari Minggu ini?!"sahut Rose kaget.

"Iya ma. Katanya kliennya Cuma ada waktu kosong hari ini."ujar Catz.

"Duh kasihan amat...hari libur pun masih kerja."keluh Rose.

"Yah namanya juga kerja, ma. Apalagi dia mengikuti keinginan klien. Mungkin kliennya orang super sibuk kali."jelas Catz. "Aku pergi dulu ya. Kayanya Ruby sudah sampai."

"Ya sudah hati-hati ya!"ujar Jack.

"Jangan pulang malam!"ingat Rose.

"Iya. Aku jalan dulu ya, ma, pa!"pamit Catz mengecup pipi papa dan mamanya lalu berjalan mengarah pintu depan. Ia mengganti sandal rumah dengan sepatu sneaker.

"Hoi Uby!!"

"Ish apaan sih manggilnya begitu! Memangnya gue ubi?!!"protes Ruby sementara Catz terbahak.

Catz mengambil helm dan memakainya. "Jadi, kita mau ke mana?!"tanyanya setelah naik di boncengan.

"Mall yuk! Sudah lama kita tidak cuci mata berdua."

"Ayolah. Gue mah ikut saja!"sahut Catz.

---

"Sudah lama juga ya kita tidak jalan berdua begini!"kata Catz ketika mereka sudah nonton bioskop dan jalan-jalan. Kini mereka duduk di food court sambil makan.

"Yah kan lo sekarang sibuk sama pacar lo."sahut Ruby meringis.

"Ah lo juga kan sama!"ucap Catz.

Ruby tertawa. "Jadi, bagaimana kemarin di rumah pacar?!"tanya Ruby sambil menyeruput minumannya melalui sedotan.

"Lancar. Keluarganya baik dan ramah untungnya."

"Mereka menyambutmu dengan baik?"

"Ya."sahut Catz. "Eh tapi ada adiknya yang seperti agak menjaga jarak sih, mungkin karena baru bertemu kali ya. Kalau adik bungsunya sih ramah banget. Dan tukang makan kaya gue!"

Ruby tertawa. "Yah cocoklah sama lo!"

Catz terkekeh. "Lumayan buat teman cari wisata kuliner."

"Memang Mark tidak tukang makan kaya lo ya?!"

"Hmmm...kayanya tidak terlalu ya. Dia mah orangnya ikut-ikut saja."ujar Catz mengambil kentang goreng dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Tipe pria yang enak tuh hehehe..."Tukas Ruby. "Tidak kaya pacar gue yang banyak milihnya."

Catz terkekeh. "Ke mana Aldo?"

"Dia lagi ada acara bersama teman-temannya."

"Oh...kok lo tidak ikut?"tanya Catz.

"Malas ah. Mereka lagi camping di gunung selama tiga hari. Dan gue tidak bisa mengajukan cuti."

Catz bergumam oh. Ke dua orang gadis itu pun kembali berbincang hingga terdengar suara dering ponsel. Ruby membuka tas dan mengambil ponselnya. Ia melihat nama yang meneleponnya.

"Bentar....mama gue telepon nih!"ujar Ruby.

Catz mengangguk. Membiarkan Ruby menjawab panggilan telepon sementara ia melanjutkan makan. Dari percakapannya, ia menduga Ruby harus segera menjemput mamanya.

"Wah Catz, gue mesti pulang sekarang nih. Mama gue minta di jemput di rumah tante gue."kata Ruby setelah mengakhiri telepon tersebut.

Benar kan, tebaknya dalam hati. "Oh ya sudah tidak apa. Memang acara kencan kita juga sudah selesai kan?!"sahut Catz mengambil gelas dan menyeruput hingga habis.

Ruby terbahak. "Maaf ya, jadi mesti pulang cepat."

"Tidak apa. Kan besok senin juga kita ketemu lagi."ujar Catz sambil beranjak berdiri.

"Hahaha sudah kaya orang pacaran saja ya. Eh memang besok lo tidak di antar Mark?"tanya Ruby ketika mereka berjalan keluar food court.

"Tidak. Dia harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting."jelas Catz.

Ruby bergumam oh dan mengangguk. Mereka berdua segera turun dan pergi ke tempat parkiran motor. Hari Minggu suasana di mall sangat ramai. Terlihat dari antrian panjang motor yang hendak masuk mencari parkiran.

"Rub, gue turun di mini market saja ya! Ada yang harus gue beli!"seru Catz saat sudah berada di atas motor.

"Oh oke!"sahut Ruby. "Kenapa tidak di mall saja tadi sekalian?"

"Kan lo sudah di telepon tadi. Kalau belanja dulu malah jadi kelamaan."sahut Catz.

Ruby mengangguk paham. Ia kembali fokus menjalankan motornya.

"Thanks ya!"ujar Catz ketika sudah tiba di mini market lalu turun dan melepaskan helm. Ia memberikannya pada Ruby.

"Yakin tidak mau gue tunggu dan antar sampai rumah nih?!"

"Iya, yakin! Kan elo juga ditungguin sama mama lo! Sudah sana hus...hus...."

Ruby mencebik kesal. "Lo kira gue kucing!"

Catz terkekeh. "Ya sudah, sana...hati-hati ya!"

"Lo juga. Kabari kalau sudah di rumah ya."

"Iya. Lo juga!"

"Iya, sayang! Bye...."

Catz tertawa. Menatap Ruby hingga jauh lalu ia masuk ke dalam mini market. Hawa AC yang dingin dan sapaan ramah pelayan menyambutnya. Ia langsung berjalan melewati rak barang dan berhenti di bagian shampoo. Catz mencari produk yang biasa ia pakai. Ia mengambil botol berwarna hijau lalu mengarahkan kaki ke rak snack. Memilih beberapa cemilan untuk di rumah. Catz membawa keranjang isi belanjaannya ke kasir dan membayar.

Gadis itu keluar mini market dengan plastik di tangannya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja karena jarak ke rumahnya tidak terlalu jauh dan hari belum terlalu gelap. Masih banyak pejalan kaki serta kendaraan yang melintas.



Setelah berjalan kaki beberapa menit dan membelok matanya melihat mobil putih yang berhenti di depan sebuah rumah. Ia merasa mengenali mobil itu. Ia menyipitkan mata. Apa itu mobil Mark, tanyanya, ah tidak mungkin, kan dia lagi bersama klien, lagipula mobil berwarna putih kan banyak. Ia pun kembali berjalan ketika pintu mobil itu terbuka dan keluar sosok dari sisi pengemudi.

Napas Catz tertahan. Kakinya terhenti. Itu Mark, batinnya. Sedang apa ia di sini? Ia melihat Mark berjalan memutari mobilnya. Pria itu tampak tidak menyadari kehadiran kekasihnya. Lalu pintu di sisi pengemudi terbuka dan keluar seorang pria.

Ia mengenyitkan dahi dan merasa mengenali pria itu yang memiliki rambut model cepak dengan poni agak keriting. Namun yang membuatnya heran adalah gestur ke dua orang itu. Matanya membulat melihat Mark menggandeng tangan pria satu lagi. Sangat ganjil melihat laki-laki bergandengan tangan. Kecuali jika anak kecil. Ke dua orang pria itu berjalan menuju pagar rumah. Pria berambut cepak membuka pagar dengan tangan mereka masih bergandengan.

Mereka berbicara saling berhadapan. Raut wajah pria itu tampak serius. Berbincang dengan mimik wajah sendu pada Mark. Mereka seperti sedang berdebat mengenai sesuatu hingga akhirnya Catz melihat tindakan Mark yang menimbulkan mulutnya terbuka lebar. Mark mengulurkan tangan memegang pipi pria itu lalu menciumnya. Tepat di bibir pria cepak itu.

Jantungnya serasa mencelos. Apa-apaan ini, jerit Catz dalam hati. Ia terus memandangi aktivitas ke dua pria itu. Ia bisa melihat wajah pria asing itu seperti sedih. Jantungnya berdebar begitu kencang melihat mereka berpelukan. Ia tahu pelukan itu bukanlah pelukan yang dilakukan sesama pria. Tidak ada pria yang berpelukan mesra seperti itu.

Catz merasa semakin shock melihat pria itu memegang sisi wajah Mark dan menciumnya. Pegangan tangannya terlepas. Plastik bawaannya jatuh dan menimbulkan suara. Ke dua orang pria itu mendengar suara barang jatuh lalu menoleh.

"Catz?!"seru Mark terkejut.





Bersambung...

Nah loh....ketahuan deh 🤭😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top