1
"Jadi, kapan kamu akan memperkenalkan kami dengan pacarmu?"
"Catz sudah punya pacar?! Yang benar, ma?!"sahut seorang pria dengan semangat menatap adiknya. Alisnya terangkat naik penasaran.
"Mama kan cuma nanya. Mungkin saja Cat memang sudah ada pacar tapi tidak pernah ajak main ke rumah."
Pria berambut hitam cepak tergelak. "Bagaimana mau ajak ke sini kalau pacar saja belum punya. Betul kan, Catz? Kamu kan masih jomblo!"
Gadis yang di panggil Catz cemberut. Matanya mendelik ke arah kakaknya. "Iya aku memang jomblo sejati!"
"Benar apa kata kakakmu? Kamu masih juga belum punya pacar?!"tanya mamanya kaget dan panik.
Catz menghela napas. "Iya...."
"Aduh, Catz, usiamu sudah 25 tahun. Masa tidak ada yang deketin kamu?!"
"Makanya jangan jual mahal."
"Memangnya aku barang di jual mahal!!!"protes Catz.
"Bukannya mama bawel. Umurmu sudah dewasa loh. Kalau sekarang saja belum ada cowok, mau umur berapa kamu menikah. Yang ada keburu tua."
"Ma, cari pacar kan tidak mudah. Sabar aja ma."
"Kaya kakakmu loh sudah lama pacaran..."
"Nah kakak yang sudah lama pacaran, kok belum menikah juga?!"sahut Catz.
"Eh anak kecil, kakakmu ini lagi kumpulin modal buat menikah. Yang penting aku sudah laku! Daripada kamu jomblo abadi!"
"Apa kamu memang tidak ada cowok yang kamu sukai?"tanya Rose, mamanya.
"Mana ada yang suka sama cewek tukang bangun tidur dan tukang makan kaya dia, ma?! Bisa bokek pacarnya!"tukas Henry tergelak.
"Ih sembarangan!!!"seru Catz kesal karena kakaknya terus menggodanya.
"Hei sudah sudah....jangan bertengkar. Sudah besar kok masih saja kaya anak kecil."ujar Jack, ayah mereka, dengan nada tegas.
Henry dan Catz langsung diam. Tapi Henry masih sengaja menggoda adiknya dengan tatapan mata jail. Catz melotot membuat kakaknya terkekeh.
"Benar apa kata mamamu, Catz. Mau sampai kapan kamu begini. Tidak ada salahnya mencoba mencari."ucap Jack. "Siapa tahu ada yang cocok."
"Iya pa. Kalau ada yang cocok, pasti aku juga senang. Aku duluan ya, pa, ma!"ujar Catz meraih gelas dan minum hingga habis.
"Mau menghindar ya biar tidak di tagih terus!"goda Henry tertawa. Sedetik kemudian ia menjerit kesakitan karena Catz mencubit gemas pinggangnya.
"Bye papa, mama....."tukas Catz sambil berlari menjauh supaya tidak mendapat balasan dari kakaknya.
Catz menghela napas setelah sudah berada di luar rumah. Sarapan pagi ini sungguh menyiksa baginya. Karena topik itu memang menjadi peka untuknya.
Memang apa salahnya sih kalau aku masih jomblo sekarang, makinya sebal, Toh usiaku juga masih dua puluh empat tahun.
Catz menunggu jemputan datang. Ya jemputan. Tapi yang menjemputnya bukanlah cowok atau pacarnya. Melainkan teman masa kuliahnya yang kerja di gedung perkantoran yang sama. Catz bekerja di lantai sembilan sementara Ruby di lantai dua belas. Setiap hari mereka pergi dan pulang kantor bersama. Kecuali jika salah satu dari mereka harus lembur, maka mereka pun pulang sendiri.
"Selamat pagi, miss Catrina!!"
Catz mendengus. "Udah kaya anak TK aja lo!"
Ruby tertawa. "Lagian ngapain lo bengong gitu di jalan!"
"Udah sini helmnya!"
"Siap, nyonya, ini!!"
Catz mengambil helm dan memakainya. Lalu naik ke atas motor. Menepuk bahu Ruby dan berkata, "Jalan, mang!!"
Ruby menoleh dan menepak paha Catz yang tertawa. "Awas ya!!"
Ruby mulai menjalankan motornya. Pagi ini lalu lintas cukup padat. Banyak kendaraan yang melaju untuk pergi ke sekolah, kantor ataupun tujuan lainnya.
"Tadi kenapa lagi lo ngelamun?!"teriak Ruby dari balik helm.
Catz mendesah. "Biasa...."
"Ah...jodoh lagi ya!!!"
"Yes, lo bener!!"
"Ya sudah sana cari pacar deh!"
"Ah situ samanya aja kaya mama dan papa gue!"
Ruby terkekeh lalu kembali fokus mengemudi motor. "Nanti gue mesti lembur ya, jadi lo mesti pulang sendiri."
"Siap, bos! Kalau sudah jadi bos mah beda dah!"
"Apaan sih?!"sahut Ruby tertawa. "Bos dari mana?!"
"Yah...kita ga jadi makan bakso dunk pulang nanti....masa gue makan sendiri."
"Makan sendiri juga ga apa. Mana tahu lo ketemu jodoh, lumayan kan?"
"Bahas aja terus...."keluh Catz.
Tak lama motor mereka tiba di sebuah gedung perkantoran. Banyak mobil dan motor yang melaju menuju tempat parkir. Termasuk Ruby yang harus antri sebentar. Selesai parkir, ia turun dan melepaskan helm. Begitu pula dengan Catz.
Catz menunggu temannya membereskan helm, jaket dan motornya. Lalu mereka jalan berdua menuju lobi kantor sambil berbincang. Sampai di dalam lift, barulah mereka berpisah. Catz turun lebih dulu.
Catz melangkah melalui lorong putih. Melewati pintu kaca kantor lain. Bertegur sapa dengan karyawan lain yang ia kenal hingga ia tiba di pintu kaca tempatnya bekerja.
"Selamat pagi, nona cantik!"sapa Ella, sang resepsionis.
"Hai Pagi, Ella!"
"Bosmu sudah datang loh. Dan kayanya lagi bad mood sih..."
"Hadeh...masih pagi kok sudah bete...."keluh Catz. "Mesti siap-siap nih gue...."
"Coba lo bikinin teh manis kesukaannya saja, kali jadi ga bad mood lagi kan."
Catz tertawa. "Bisa saja lo. Gue masuk dulu ya...bye...."
"Bye..."sahut Ella.
Catz kembali berjalan melewati pantry lalu menyapa teman kantornya yang sudah datang dan sedang asyik berbincang sambil sarapan. Menunggu jam kerja di mulai.
Ruangan kerja Catz berada di paling belakang. Ia masuk dan menemukan atasannya memang sudah berada di mejanya. Duduk sambil mengetik sesuatu.
"Selamat pagi, semuanya!"
"Pagi, Catz!"sapa Jessi.
"Eh elo udah datang, non!"
"Iya, mas!"sahut Catz menaruh tas dan duduk. Melirik atasannya masih sibuk. Kayanya aman, bisiknya. “Sudah pada sarapan?!”
“Gue udah makan roti. Lo mau? Ada lebih nih!”sahut Jessi.
“Gue ga ditawarin nih, Jess?!”
“Iya ya buat lo juga ada kok, Wan! Pada mau ga nih? Kemarin gue bikin roti banyak.”
“Wah mau dunk!”sahut Catz.
“Gue juga mau!”
Catz dan Iwan mulai sibuk mengeluarkan roti dari tas Jessi.
“Ini pasti rasa strawberry cream cheese kesukaan gue ya?!”
“Betul sekali!”
“Kalau ini rasa coklat ya?”
“Yes!”
“Ih perhatian amat sih lo, Jess, sama kita-kita!”tukas Iwan mencubit pipi Jessi gemas.
“Ih apaan sih lo!”
“Makan sama kopi enak nih!”seru Iwan girang.
“Gue mah mau bikin teh manis hangat! Bu Des, kamu mau? Makan sama roti cocok loh!”tawar Catz.
Desi sang manajer ternyata sudah melihat mereka dari tadi sambil tersenyum. “Kalian heboh sekali….boleh deh, Catz, teh manisnya!”
“Sip, tunggu ya!”sahut Catz mengacungkan jempol dan berdiri berjalan menuju pantry bersama Iwan.
“Denger dari Ella tadi katanya Bu Desi lagi bad mood?!”tanya Catz pelan ketika sudah berada di luar ruangannya.
Iwan merangkul bahunya. “Biasalah, kayanya lagi berantem sama cowoknya.”
“Oh…yang penting jangan soal kerjaan aja nih.”ujar Catz terkekeh.
Tiba di pantry masih banyak karyawan berada di sana. Ada yang sedang sarapan. Ada juga yang hanya duduk dan bergosip. Sisanya sibuk membuat kopi atau teh. Catz membuat minuman untuk dirinya dan atasannya. Selesai membuat minuman, Catz kembali ke ruangan kerjanya. Menyantap sarapan lalu bekerja.
❤️❤️❤️
“Gue duluan ya!”seru Iwan seraya melambaikan tangan.
“Gue nyusul!”sahut Catz tertawa. ”Bye, semua, sampai besok ya!”
“Bye…”sahut Jessi dan lainnya bersamaan.
“Lo langsung pulang?”tanya Iwan.
“Tidak. Gue pengen makan bakso. Ikut yuk?!”ajak Catz.
“Yah gue mau ketemu sama gebetan gue!”
“Yah…sayang sekali padahal gue mau traktir.”
“Tumben lo?! Gajian kan belum, anak kaya mah beda dah.”
“Apaan sih?!”sahut Catz memukul lengan Iwan gemas. “Sengaja biar lo ikut!”
“Tetap tidak bisa, Catz. Gue lebih memilih gebetan gue!”tukas Iwan tertawa.
“Ih dasar…”sahut Catz.
“Gue antar lo aja gimana? Tukang bakso yang biasa kan? Bakso mas kumis?! Kebetulan gue ke arah sana juga!”tawar Iwan.
“Boleh deh!”
“Emang lo ga sama si Ruby?!”
“Dia mesti lembur.”
“Aaaah begitu….ok ok…”sahut Iwan paham. “Ayolah gue antar!”
Mereka berdua berjalan menuju lift. Berdiri menunggu bersama karyawan lainnya yang sedang mau pulang juga. Ketika lift terbuka, semua orang langsung berebut masuk ke dalam kotak besi tersebut. Catz dan Iwan masuk paling akhir.
Karena sudah penuh, lift itu pun langsung turun hingga ke lantai bawah. Lift terbuka dan semua orang keluar. Bersamaan dengan lift lain yang menurunkan para karyawan. Lobi gedung langsung penuh.
Iwan mengajak Catz ke area parkir motor. Memberi satu buah helm hitam pada Catz sementara ia memakai helm berwarna biru. Lalu mereka naik motor. Iwan segera menyalakan motornya dan melaju.
“Thanks ya, Wan!”Ujar Catz membuka helm dan mengembalikan kepada temannya.
“Sama-sama. Lain kali traktir gue ya!”
“Siap bos! Hati-hati ya! Enjoy buat pacarannya!”
Catz membalikkan badan. Berhadapan dengan warung makan bakso kesukaannya. Tercium aroma kuah bakso yang membuat air liurnya menetes. Ia menarik napas sambil mengusap perut lalu berjalan masuk. Sore hari seperti ini biasanya tempat makan itu pasti ramai. Makanan yang selalu menjadi pilihan siapa saja dalam cuaca apapun. Apalagi hari ini agak mendung. Cocoklah sudah makan bakso.
“Eh si eneng datang lagi!”sapa pria pemilik warung bakso itu.
“Iya pak. Kaya biasa ya pak!”
“Siap, neng!”sahut pria itu.
Catz mengacungkan jempol lalu mencari tempat kosong. Ada meja kosong dekat jendela di belakang. Ia pun melangkah menuju tempat itu. Duduk sambil memperhatikan sekitar. Banyak para karyawan yang juga ingin makan bakso seperti dirinya. Lainnya ada para pelajar, keluarga serta anak muda.
“Ini, neng, pesanannya!”ujar pelayan membawa nampan.
Catz menoleh dan tersenyum. “Ma kasih ya, pak!”
“Tumben sendiri hari ini?”
“Iya pak, Ruby harus lembur.”
“Oh…iya iya…kalau begitu silakan makan ya, neng!”
“Siap pak!”sahut Catz sambil mengambil sendok garpu dan mengelap dengan tisu.
Lalu Catz mengambil botol kecap manis dan sambal. Menuang ke mangkok, mengaduknya dan mencoba kuahnya. Matanya terpejam saat kuah itu masuk ke dalam mulutnya.
“Sedap sekali…”gumamnya. “Ah ya, gue foto terus kirim ke Ruby ah!”
Catz tersenyum lebar. Ia membuka dan mencari ponselnya. Ia sengaja mengambil foto mangkuk bakso dengan minuman segarnya untuk di kirim ke Ruby. Ia ingin menggoda temannya. Catz terkekeh saat mengirim foto lewat pesan WhatsApp.
Gadis itu pun mulai menyantap baksonya hingga habis. Dielusnya perutnya yang sudah kenyang dengan puas. Catz minum es jeruk sambil membuka kembali ponselnya. Pesan dari Ruby dan mamanya terlihat di layar. Catz tertawa membaca balasan pesan dari Ruby. Lalu ia membuka pesan mamanya. Dahinya berkerut ketika membaca pesan bahwa mamanya memintanya cepat pulang.
“Ada apa ya?”tanyanya heran. Tidak biasanya Mama memintanya cepat pulang kecuali ada urusan. Dan tadi pagi mamanya tidak mengatakan apapun.
Penasaran, Catz pun segera menghabiskan es jeruk lalu membayar makanannya di kasir dan berjalan pulang.
Bersambung...
❤❤❤❤
Halo...aku kembali dengan cerita baru...semoga suka dengan ceritaku ya. Jangan lupa vote sama likenya...kalau banyak yg suka, aku lanjut 🥰✌🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top