Chapter 13 : Memori
Air jernih itu perlahan berubah menjadi kuning pucat. Dengan acak, Menma menggosok rambutnya yang kini berubah total menjadi warna hitam.
Kenyataannya, warna hitam itu adalah warna asli rambutnya.
"Hah ... Seharusnya aku melakukan ini sejak dulu."
Aliran air membawa pergi larutan kuning yang digunakan untuk mewarnai rambutnya. Kini, manik biru itu melihat pantulan dirinya yang tercermin di permukaan sungai. Ini adalah Menma, tapi tubuh ini bukan milik Menma.
Dia hanyalah sebuah "kesadaran" yang tersesat dalam tubuh Naruto.
--Alone--
Malam itu, bulan baru muncul tidak pada waktunya. Derasnya hujan dan petir disertai isak tangis bayi menghiasi keheningan malam hari.
Dengan penuh haru, Minato menatap anaknya yang telah lahir ke dunia.
Namun, alisnya tertekuk ketika melihat raut muka Utatane Koharu yang telah berkeriput semakin keriput.
"Ho-Hokage ... sama ... "
"Ada apa?"
Menerima bayi dari tangannya yang renta, Minato menatap putranya yang telah ia nantikan. Seketika ia tertegun melihatnya.
Ia tidak akan bertanya mengapa bayinya memiliki tiga kumis di pipinya. Yang ia tanyakan adalah rambutnya yang hitam legam. Warna hitam itu terlihat tidak menyenangkan, hatinya seakan mengatakan bayi ini sangatlah berbahaya! Bahkan Minato merasa ingin membuang apa yang ditangannya segera.
Tetapi, mengingat siapa yang berada dalam rengkuhan tangannya, Minato memejamkan mata dan menguatkan tekadnya.
"Bagaimana bisa menjadi seperti ini?"
Minato tidak menanyakan tentang 'apakah bayi ini sungguh anaknya', karena secara naluriah ia bisa merasakan keterikatan terhadap bayi di tangannya. Ia hanya ingin tahu, mengapa anaknya menjadi seperti ini?
Apa aura menyeramkan kuat yang membuat orang merasa sangat bertekuk lutut ini?
Apakah ini sebab proses kelahiran Jinchuriki Kyuubi begitu lancar?
"Mi ... nato ... kun ... "
Mendengar panggilan lirih dari sang terkasih membuat hati Minato bergetar. Senyum sendu terukir di wajahnya seraya membalas panggilan Kushina. "Tidak apa. Ini anak kita."
"Biarkan aku melihat." Mata Kushina terlihat berkilau, seakan mengharapkan hadiah ulangtahun yang telah ia nantikan.
Minato merasa enggan, namun memikirkan bagaimana perasaan istrinya yang telah berjuang untuk melahirkan, Minato memberikannya. Dengan sukacita Kushina menatap anaknya, sebelum akhirnya berekspresi serupa dengan Minato.
Mengetahui apa yang dirasakan Kushina, sang Yondaime berusaha menghiburnya. Yang tidak ia duga adalah senyum lembut dari istrinya pada bayi di pelukannya.
"Naruto... Seperti tokoh dalam novel, aku memberikan nama ini untuknya."
"Kushina?"
Sang Habanero menatapnya dengan senyuman penuh rasa syukur. "Minato-kun, lihatlah! Bukankah dia sangat mirip denganmu? Betapa lucunya!"
Minato menghela napas lega, kemudian merengkuh istrinya dalam pelukannya. Bersama-sama memandang anak yang tertidur dengan nyenyak. Tidak menangis ataupun menanggapi seperti bayi pada umumnya.
Ya, dia adalah anaknya. Bagaimanapun dirinya telah menjadi, Naruto tetaplah anaknya.
--Alone--
Naruko menggenggam erat gelas di tangannya. Ia tidak ingin menatap ayahnya yang sedang menceritakan kisah kelahiran kakaknya. Di sampingnya, Arashi duduk dan mendengarkan dengan tenang. Kushina telah memiliki mata merah sekarang, walau tidak semerah rambutnya. Sebaliknya, Minato merasakan hatinya sakit saat mengingat masa itu.
Keempatnya telah berkumpul bersama di ruang tamu. Jiraiya pergi sejak awal kisah, tidak ingin mencampuri urusan keluarga.
Minato menghentikan ceritanya sejenak untuk meredakan emosi. Merasa tenggorokannya kering, ia meminum air yang telah disajikan.
"Jadi ... Tou-san dan Kaa-san tidak melupakan Nii-san?"
Minato menggeleng, "Sama sekali tidak! Bagaimana mungkin seorang ayah akan meninggalkan anaknya?!"
"Lalu, mengapa Nii-san sendirian selama ini?"
"Itu ... " Minato terbungkam. Ia tidak tahu bagaimana menjawabnya, sebelum suara feminim di sebelah menggantikannya, "Itu permintaan Naruto sendiri—tidak, itu permintaan Yami."
"Yami?"
Mata Kushina kembali memerah. "Ya, karena dialah penyebab semua ini terjadi."
--Alone--
Kushina dengan riang memasak untuk tiga orang keluarganya, mengingat hari ini Minato akan makan malam di rumah. Suara pisau yang memotong wortel terdengar memenuhi ruangan yang sunyi, terasa begitu menyegarkan di telinga.
Mendadak Kushina tertegun. Sejak kapan ruang dapur sunyi?
"Naru-kun?" panggil Kushina pada anak semata wayangnya yang masih berumur dua tahun. Menyadari tidak ada tanggapan, Kushina berbalik dan menemukan tidak ada kehadiran dari anak laki-laki yang sangat suka mengekornya ke mana-mana.
Kushina panik. Segera ia tinggalkan semua pekerjaannya dan berkeliling ke seluruh rumah untuk mencari Naruto. Ia menghela napas lega ketika menemukannya duduk di halaman belakang membelakanginya.
"Ah, Naru-kun, di situ kau ru—" Ucapannya terhenti ketika dirinya mencium aroma darah yang terbawa angin. Khawatir karena berpikir Naruto terluka, Kushina segera menghampirinya. Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati tubuh putranya dipenuhi darah.
"Naru-kun!" Kushina menyambar tubuh Naruto, memastikan seluruh tubuhnya dan tidak menemukan satupun luka. Lalu, dari mana darah ini berasal?
Saat itu, Kushina menyadari kejanggalan yang terjadi pada Naruto. Di tangannya, Naruto tampak memegang sesuatu. Setelah dilihat baik-baik, itu adalah kepala burung tanpa bagian badannya.
Kushina tertegun melihatnya, sebelum mengangkat kepalanya untuk menatap Naruto yang tersenyum padanya.
"Ada apa, Kaa-san?"
Ingatan itu tidak akan pernah ia lupakan. Habanero itu menyadari bahwa yang di hadapannya bukanlah anaknya.
Bukti mata hitam yang gelap tanpa area putih itu tertanam di alam bawah sadar, membuatnya gemetar ketakutan.
--Alone--
Siang begitu cerah hari ini. Suara nyanyian yang konyol terdengar di dalam hutan.
"Marukaitechon! Marukaitechon! Omame ni negadete uekibachi~ Uekiba— UAAGHH!!!" (*)
Mendadak, sebuah batu terlempar mengenai topeng spiral yang menutupi wajahnya. Dengan tidak elit ia jatuh terbaring di rumput, sebelum dengan kesal bangku dan memaki ke arah sumber batu.
"Sialan! Apa kau tidak punya mata?! Melempar tanpa melihat arah! Muncul sini kau!"
Tak lama, orang yang dimaksud menampakkan diri.
"Apa yang kau maksud aku?" Seorang pemuda dengan rambut hitam muncul dari bayang-bayang pohon. Tobi termenung sejenak sebelum dengan ragu bertanya, "Naruto ... senpai?"
"Tck! Ini aku ... "
Hening sejenak, kemudian suara konyol iti berubah menjadi suara yang dalam. "Oh, ini kau, Menma?"
Senyum Menma penuh makna, "Lama tidak bertemu, Obito."
•••
Author's Note :
*Doraemon Ekaki Uta (yg tiap hari Minggu setia nantengin RCTI pasti tau lagu ini :v)
Hai, lama tidak bertemu!
Bagaimana kabar semua? Sehat kan? Semoga sehat semua!
Pastikan menjaga diri dengan baik, ya?! Di tengah musibah sekarang, sebaiknya menjaga jarak selalu. Gunakan masker dan jangan lupa untuk cuci tangan, atau gunakan hand sanitizer untuk memutus rantai virus Corona!
Tetap di rumah, oke?!
Arbi juga DiRumahAja lho :)
#DiRumahAja
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top