I Just Want to be Forgiven

Dorm i7

Iori keluar dari kamarnya pagi itu, berjalan ke ruang makan untuk sarapan bersama yang lainnya.

"Selamat Pagi" sapa Iori.

"Selamat Pagi juga, Iori/Iorin/Iori-kun/Ichi" sapa yang lainnya.

Dia duduk di kursi kosong dekat Mitsuki, lalu mulai melahap makanan yang ada di depannya.

"Ngomong-ngomong, cuacanya sedikit dingin ya?" Tanya Sogo.

"Hahaha! Wajar saja, musim dingin akan datang" ujar Yamato.

"Ah...benar juga..."

Seketika hening tanpa ada yang kembali berbicara hingga mereka selesai memakan sarapan mereka.

Iori merapihkan mantel nya dan memakai sepatunya.

"Iori, apa sore ini kau ada acara?" Tanya Mitsuki sambil memberikan bento padanya.

Iori menerimanya dan mengangguk pelan, "ada, memang kenapa nii-san?"

"Tidak, hanya bertanya saja. Ya sudah sana berangkat, nanti telat" ujar Mitsuki sambil tersenyum.

"Kalau begitu, aku berangkat"

Kemudian Iori berangkat ke sekolah tanpa bersama Tamaki yang masih mandi di kamarnya.

Mitsuki yang sedari tadi melihat Iori hanya bisa menghela napasnya, kemudian Nagi datang menghampiri.

"Bagaimana?" Tanya Nagi.

"Entahlah Nagi, kurasa....dia masih belum memaafkan dirinya sendiri"

Iori berjalan ke sekolah sambil menghapal beberapa materi yang akan dipelajari, namun untuk pertama kalinya dia tidak fokus dalam belajar.

"Nee nee! Lagunya terdengar indah, bukan?"

Iori melirik ke depannya yang dimana ada 2 orang laki-laki dengan seragam yang sama dengan seragam sekolahnya.

"!"

Dalam pikiran Iori, dia bisa melihat Riku yang tengah berbicara dengan semangat, seperti yang biasa ia lakukan. Namun perlahan bayang-bayang itu hilang dan tidak ada lagi wajah Riku.

Iori menggelengkan kepalanya pelan, dan memegang kepalanya.

"Riku-san..."

. . .

Beberapa waktu sebelumnya...

"Wah...banyak orang!" Pekik laki-laki berambut merah itu pada saat masuk ke ruang latihan.

"Tentu saja, Riku-san. Bagaimanapun juga kalian akan menjadi satu grup idol" ucap Tsumugi.

Laki-laki yang disapa Riku atau Nanase Riku itu tersenyum senang, dan berjalan ke arah yang lainnya.

"Halo Minna! Nanase Riku desu! Mulai hari ini akan bergabung dengan kalian, yoroshiku~" ucap Riku dengan senyum lebarnya.

"Senang bertemu denganmu juga"

Riku senang jika dia diterima oleh teman-teman barunya, ini pertama kalinya dia mendapat teman dan juga pertama kalinya melakukan kegiatan yang ia inginkan.

"Kalau begitu kita perkenalkan diri padanya, namaku Nikaido Yamato" ucap Yamato sambil menaikkan kacamatanya.

"Jadi, Nikaido-san....apa kau yang paling tua disini?" Tanya Riku.

"Yah...begitulah, dan juga panggil aku senyamanmu saja. Tapi jika boleh panggil saja aku Onii-san" ucap Yamato.

Riku mengangguk paham dan bertanya lagi, "kalau begitu, apa istrimu tahu jika kau akan menjadi seorang idol??"

Yamato awalnya mengangguk tapi kemudian memasang wajah terkejut, bahkan yang lain menahan tawa mereka dengan susah payah.

"Nee Riku...aku belum setua itu kau tahu, umurku tidak jauh darimu" ucap Yamato meringis pelan.

"Ah begitu ya...hehe maaf"

"Selanjutnya aku! Namaku Yotsuba Tamaki-ssu!" Ucap Tamaki sambil tersenyum lebar.

"Tamaki-kun! Yang sopan dong. Aduh maaf ya Riku-kun, Tamaki-kun memang gaya bicaranya sedikit tidak sopan" ucap Sogo.

"Ahaha daijoubu, etto..."

"Ah! Osaka Sogo desu" ucap Sogo.

Riku menatap Sogo dengan intens, itu cukup membuat Sogo sedikit gugup.

"Nee nee... Osaka-san, jadi kakakku ya?" Pinta Riku tiba-tiba.

"Eh...?"

"EHHHHHHHH???!!"

"Memangnya kau tidak memiliki Kakak, Nanase-san?" Tanya laki-laki berambut biru gelap.

Riku menggeleng, "ada sih, tapi ya gitu deh...makanya karena Osaka-san sangat mirip dengan kakakku, aku ingin Osaka-san menjadi kakakku!"

Yang lain hanya terkekeh dan menggeleng kepalanya pelan.

"Selanjutnya watashi desu, namaku Rokuya Nagi" ucap Nagi dengan gaya prince nya.

"Etto Rokuya-san, apa kau orang asing??" Tanya Riku sambil memiringkan kepalanya.

"No no...gaya bicaraku memang seperti ini, Riku" jelas Nagi.

"Hahahaha!! Jangan lupa dia adalah wibu!" Ucap Yamato yang masih tertawa.

"Wibu??"

"Sou! Aku suka menonton anime yang--"

Plak!

"Diam, Rokuya-san. Di depanmu adalah anak polos, kau tidak boleh mencemarinya" ucap laki-laki berambut biru tua itu.

"Maaf ya Riku, dia memang seperti itu. Namaku Izumi Mitsuki dan orang yang membekap Nagi adalah Izumi Iori" ucap Mitsuki sambil menunjuk Iori.

Iori menatap Riku, begitu juga sebaliknya. Riku bingung mengapa Iori menatapnya terus menerus.

"Etto...jadi Mitsuki-san adik dari Iori-san??" Tanya Riku.

Pft--!!

Riku bingung ketika melihat yang lain tertawa, "eh..? Apa ucapanku salah atau...caraku memanggil mereka berdua??"

"Ahaha...aduh perutku...jadi begini Riku, Mitsuki adalah kakak dari Iori" ucap Yamato yang masih sedikit tertawa.

"Oh...!"

Riku menatap Mitsuki, "maaf Mitsuki-san!"

"Tidak apa, aku sering dibilang gitu kok" ucap Mitsuki tersenyum.

Riku merasa jika teman-teman barunya bisa ia andalkan...

Dia tersenyum.

. . .

Beberapa bulan setelah Riku bergabung, mereka pun debut dengan nama IDOLiSH7. Riku juga terpilih menjadi center karena keahliannya dalam bernyanyi, dan dia tahu itu akan berat untuknya.

Iori juga merasa jika suara yang Riku miliki adalah hal yang jarang dimiliki banyak orang, begitu juga dengan orang itu sendiri. Dia sudah lama memperhatikannya semenjak mereka berdua ditempatkan di sub-unit yang sama.

"Nee Iori! Apa kau mau ikut?" Tanya Riku yang duduk di sebelahnya.

"Kemana?"

"Ke festival malam! Kebetulan tempatnya tak jauh dari sini!" Semangat Riku.

Iori menutup bukunya dan menatap Riku sambil tersenyum.

"Tentu"

Ekspresi Riku menampilkan senyum terlebar yang dia punya, Iori akan senang selama Riku juga senang.

"Kalau begitu, aku akan bersiap-siap"

Riku pun berlari ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Iori menghela napasnya pelan dan kembali membaca bukunya.

"Ciee ciee, ada yang mau nge-date nih..." Ucap Mitsuki dari dapur sambil cekikikan.

"A-Apa sih...Nii-san! N-Nanase-san hanya mengajak ke festival malam untuk berjalan-jalan! Lagipula kalian juga ikut kan?" Ucap Iori terbata-bata.

"Kata siapa? Kami tidak ikut, Mezzo ada perkejaan, begitu juga dengan kami Trio Phythagoras" ucap Yamato sambil membaca majalah.

'jadi...aku hanya akan pergi berdua dengan Nanase-san...??' batin Iori.

"Aku siap~! Ayo kita pergi, Iori!"

"A-ah... baiklah"

. . .

Festival malam

"Lihat itu, Iori! Langitnya kerennn!!" Seru Riku yang berbinar-binar.

Iori mengadahkan kepalanya ke langit yang ditunjuk Riku.

"Sekarang musim panas, jadi kurasa ini hal yang wajar" ucap Iori.

"Kurasa? Katanya anak terpintar di sekolah"

"....aku bukan pakar astronomi, Nanase-san"

Riku tertawa.

Kemudian mereka melihat-lihat makanan yang dijual di festival itu, dan setelah puas melihat-lihat mereka pun pulang ke dorm.

Beberapa hari setelah itu, Tsumugi mengabarkan jika mereka akan mengadakan konser di salah satu aula di Tokyo. Mereka semua sangat senang dan mulai berlatih dengan keras dan giat.

Saking semangatnya dan ingin memberikan konser yang sempurna, Riku pun melewati batas dalam beraktivitas.

Di kamarnya, dia terus terbatuk-batuk dan juga dadanya terasa sesak.

"Nanase-san, apa kau tidak apa-apa? Aku terus mendengar kau terbatuk dari kamarku" ucap Iori sambil mengetuk pintu kamar Riku.

Riku menoleh dan menatap pintu kamarnya sambil memegang dadanya, lalu membukakan pintu untuk Iori.

"A..ku...tidak apa-apa kok, Iori" ucap Riku terbata-bata.

Iori menatap Riku dengan tatapan tak percaya.

"Aku...hanya tersedak saat makan onigiri...haha..."

Iori menghela napasnya dan masuk ke kamar Riku untuk menyiapkan minum untuknya.

"Makanya hati-hati dong, nih minum" ucap Iori sambil menyodorkan gelas pada Riku.

Riku menerimanya dan mulai meminumnya, dia juga menatap Iori yang duduk di meja belajar Riku.

Setelah itu, Iori pamit untuk kembali melanjutkan belajarnya.

Riku yang penasaran pun berjalan ke meja belajarnya, disana dia menemukan sticky note dengan gambar chibi Riku dengan tulis tangan Iori di bawahnya.

'Berhati-hatilah, Nanase-san'

Dia terkekeh kecil.

'Kawaii.."

. . .

Hari konser pun tiba...

Riku terkejut mengetahui jika Tenn dan kedua temannya datang, rasa takut pun menyelimutinya.

Dia takut jika Tenn tidak akan setuju dengan Riku menjadi seorang idol, dan menyuruhnya untuk keluar hanya karena 1 masalah yang ada pada dirinya.

"IDOLiSH7-san! Dimohon untuk bersiap!"

Riku pun meyakinkan dirinya dan berkumpul bersama yang lainnya di backstage.

Mereka menyanyikan lagu yang dipakai saat debut, dan juga single terbaru mereka.

Iori menatap Riku yang tengah bernyanyi bagiannya, dan kemudian Riku menatapnya balik sambil tersenyum.

Iori juga membalas senyumnya yang tak kalah manis.

Para fans benar-benar bersorak dengan sangat keras dengan interaksi mereka berdua meski hanya sebuah senyuman yang dilayangkan satu sama lain.

'kenapa mereka ngga pacaran aja sih??' batin Mitsuki yang diam-diam bersorak di dalam hatinya.

'Ichi....Riku itu polos....coba kalau ngga di panggung, udah ku pisahkan kalian berdua!' batin Yamato yang sedari tadi memperhatikan.

Sedangkan ketiga orang lainnya sama seperti Mitsuki, bersorak di dalam hatinya.

Tenn masih memperhatikan Riku, sedangkan Gaku dan Ryuu sedang menikmati lagunya.

'kita lihat....seberapa jauh kau bisa bertahan...Riku' batin Tenn.

. . .

Setelah melakukan penutupan, mereka pun berjalan ke backstage dengan keringat di wajah mereka.

"Otsukaresama!"

Riku merasa pandangannya mulai memburam, dadanya terasa sesak, napasnya juga mulai tak beraturan.

Padahal mereka hanya menyanyikan 2 lagu saja.

"Nanase-san, ini air mineralnya" ucap Iori sambil menyodorkan botol air pada Riku yang bersandar.

Riku menoleh sedikit dan berusaha tersenyum.

"Arigatou, Io--"

Tiba-tiba saja Riku ambruk di depan mata Iori, membuat Iori panik dan terus-menerus memanggil Riku.

"Nanase-san! Nanase-san!"

Sontak saja Tsumugi menghubungi Ambulans untuk datang dengan cepat, kejadian ini mengejutkan member i7 dan juga para staff.

10 menit kemudian, ambulans pun datang. Bersamaan dengan itu, Trigger datang ke backstage.

"Maaf maaf, permisi mau lewat!"

Trigger sedikit menyingkir untuk memberikan jalan pada para staff ambulans yang membawa Riku pergi, dan kemudian di belakangnya ada Iori untuk ikut ke Rumah Sakit.

"Sudah kuduga..." Gumam Tenn.

Iori mengikuti dari belakang dengan rasa khawatir yang besar.

Tsumugi segera mempersiapkan mobil untuk mengikuti ambulans dari belakang, begitu juga dengan Trigger.

Rumah Sakit

Iori duduk di sebelah Riku yang masih belum sadarkan diri.

"Nanase-san...."

Dia mengingat kembali saat pertama kali bertemu dengan Riku, saat mulai dekat dengan Riku, saat mulai tertarik dengan Riku, dan ekspresi kesakitan Riku sebelum pingsan...

"Kenapa kau tidak mengatakannya pada kami...? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku...?" Gumamnya.

Tak lama, mereka pun datang ke kamar rawat Riku. Mereka sempat mengikuti, tapi mereka harus mampir ke suatu Agensi dan Dorm terlebih dahulu.

"Iori-san! Bagaimana keadaannya?" Tanya Tsumugi sambil membawa tas yang berisi baju ganti Riku.

Iori menatap Riku terlebih dahulu dan kemudian menatap yang lainnya.

"Kita bicarakan di luar"

Dia beranjak dari duduknya dan pergi keluar dari kamar rawat Riku, tanpa mengetahui jika Riku sudah sadar sedari tadi.

"Maaf....." Lirihnya dengan berlinang air mata.

Di luar kamar rawat Riku, Iori menjelaskan jika asma Riku kambuh karena terlalu kelelahan. Member i7 benar-benar menyalahkan mereka sendiri, termasuk Tsumugi sebagai manajer mereka.

"Aku sudah bilang padanya untuk tidak terlalu lelah....kenapa dia begitu bodoh?!" Seru Tenn sambil mengepalkan tangannya.

Mereka semua sudah tahu jika Tenn adalah Kakak kembar Riku, dan dia sangat posesif terhadap Riku.

"Sudahlah Tenn, lagipula kini Nanase tengah dirawat disini untuk pemulihan. Jangan emosi, ini bukan salah siapa-siapa" ucap Gaku sambil memegang pundak Tenn.

Iori kembali masuk ke kamar rawat Riku bersama yang lainnya, dan mereka melihat Riku yang terduduk sambil menatap ke luar jendela.

"Ah..."

"Rikkun!" Seru Tamaki sambil berlari ke arah Riku.

"Whoa! Tamaki?!"

Tamaki tiba-tiba memeluk Riku sambil terisak.

"Rikkun! Cepatlah sembuh, nanti kuberi 10 ousama purin deh!" Isak Tamaki.

Riku hanya tersenyum dan mengelus kepala Tamaki, "Tenang saja! Aku akan sembuh!"

Iori menatap Tamaki, "Yotsuba-san, hentikan itu. Nanase-san baru sadar"

Tamaki pun langsung melepas pelukannya.

"Kau membuat kami khawatir, Riku-kun" ucap Sogo.

"Jangan buat kami terkejut lagi ya, Riku" ucap Yamato.

Riku terkekeh, "Hehe~"

Lalu dia melihat wajah yang familiar di antara member i7.

"T-Tenn-nii..."

Tenn berjalan mendekati Riku, dan kemudian duduk di samping Riku.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Tenn sambil mengelus kepala Riku.

"Aku merasa sehat!"

Tenn terkekeh kecil, "makanya jangan terlalu lelah, Riku"

"Baik Tenn-nii!" Ucap Riku dengan senyum lebarnya.

Iori yang melihat itu merasa sedikit cemburu melihat Riku yang tersenyum lebar dan manis pada Tenn.

. . .

Setelah 2 hari dirawat, akhirnya Riku diperbolehkan pulang pada sore hari.

Paginya, Riku berjalan-jalan ke taman Rumah Sakit bersama Iori menggunakan kursi roda.

"Nee Iori, aku tidak sabar menunggu kedatangan musim dingin!" Seru Riku.

"Memangnya kenapa?" Tanya Iori heran.

"Hehe...karena di musim itu, kita bisa melakukan banyak aktivitas bersama di dorm! Bukankah begitu?"

Iori tersenyum, "benar..."

Keheningan melanda mereka berdua...

"Ano.../Nee..." Ucap mereka berbarengan.

"Ah maaf, kau duluan Nanase-san" ucap Iori sambil berdeham.

Riku menatap Iori sambil tersenyum.

"Aku hanya ingin berterima kasih, selama ini kau selalu mencoba untuk memahami diriku. Kau menjagaku yang ceroboh dengan baik, kau juga perhatian padaku. Arigatou ne"

Semburat merah muncul di wajah Iori.

"Ahaha...wajahmu memerah!" Ejek Riku sambil tertawa.

Iori langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Riku masih mentertawakannya.

"Lalu, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Riku.

Iori malu-malu untuk mengatakannya, dia sesekali menatap Riku yang sudah penasaran dengan apa yang ingin ia ucapkan.

"Begini, pada awalnya aku mengira jika kau hanya orang yang biasa-biasa saja, namun setelah mendengarmu bernyanyi....pandanganku terhadapmu berubah..."

Iori menatap Riku.

"Dan juga setelah mengenalmu lebih dalam dan bersamamu selama ini, aku merasa jika kau adalah orang yang berharga untukku.....tidak! Kau lebih dari berharga!"

Dia menyamakan tingginya dengan Riku yang duduk di kursi roda.

"Aku menyukaimu, Nanase-san! Bukan, Aku mencintaimu Riku-san! Will you be my lover?"

Riku tersenyum dan menahan rasa harunya.

"Iya!"

Di taman kosong itu, langit dan pohon bersaksi atas hubungan mereka berdua, tentu saja kalian yang tengah menatap layar dan membaca ini juga menjadi salah satunya.

Dan di saat yang sama, first kiss mereka diambil oleh satu sama lain.

. . .

"Kami pacaran"

"...."

Mereka terdiam mendengarnya dan terus menatap dua sejoli itu.

Iori terus menggenggam tangan Riku yang baru saja pulang dari Rumah Sakit.

"Akhirnya...."

"....??"

"AKHIRNYA KALIAN BERDUA PACARANNNNNN!! ASTAGAAA GEMBIRANYA HATI INIIIII!!" Teriak Mitsuki kegirangan.

"TRAKTIRR ONII-SAN KALIAN BERDUAAA, KAGAK MAU TAHUU!!" Teriak Yamato.

"KAPALKU BERLAYAR GAESSSS!!" Teriak Nagi.

"IORIN DAN RIKKUN! TRAKTIR AKU OUSAMA PURIN 1 TRUK!!" Teriak Tamaki.

"Astaga mereka ini..." Ucap Sogo yang sweetdrop melihat kelakuan mereka berempat, meski dia sendiri pengen teriak.

"Ahahaha! Nanti deh ditraktir, sekalian minta uang ke Sachou" ucap Riku sambil tersenyum lebar.

"Ekhem! Sudahlah, nah Riku-san....kau baru saja sembuh, jadi beristirahatlah di kamarmu" ucap Iori lembut.

Riku mengangguk, "baiklah..."

Chuu!

Riku mencium pipi Iori, itu cukup membuat Iori sedikit terkejut.

"Hehe...kalau begitu, aku ke kamarku"

Dan dia pun pergi.

Iori menyentuh bagian pipinya yang baru saja dicium Riku, dan kemudian tersenyum.

"Ciee ciee, ekhem! Ekhem!"

"A-Apa sih!"

"Hahahaha! Lihatlah wajahnya!"

"Urusai!"

. . .

Berita jika Riku dan Iori berpacaran pun menjadi topik hangat setiap harinya, para fans yang telah ship mereka berdua sedari awal berteriak kegirangan ketika melihat berita itu.

Termasuk di konbini.

Sudah beberapa bulan semenjak Iori mengutarakan cintanya pada Riku, tapi berita itu masih menjadi topik hangat dimana-mana.

Riku yang tengah menyamar itu hanya bisa terkikik geli, dan kemudian melanjutkan aktivitasnya dalam membeli cemilan.

Setelah membeli beberapa makanan, dia pun berjalan pulang ke dorm. Karena jika ia diluar terlalu lama, maka siaran ceramah Iori akan dimulai.

"Nee nee, itu Izumi Iori dari i7 dan Kujo Tenn dari Trigger kan?"

"Mana mana?"

"Itu disana!"

Riku ikut menoleh ke arah yang dibicarakan oleh orang yang ada di sekitarnya itu.

"!"

Dan ternyata benar saja, di dalam kafe ada Iori dan Tenn yang tengah duduk sambil bercanda ria.

Pikiran Riku mulai dipenuhi negative thinking, namun Riku menepisnya.

"Mungkin saja, mereka hanya berbincang kecil"

Lalu, Riku kembali melanjutkan perjalanannya.

Dorm i7

"Tadaima!" Seru Riku sambil melepas sepatunya.

"Okaeri, Riku. Kau tidak apa-apa kan? Cuacanya sedikit dingin di luar" khawatir Yamato.

Riku tersenyum, "tenang saja, aku tidak apa-apa"

Kemudian, Riku pergi ke kamarnya dan menguncinya seperti biasa. Lalu dia menghabiskan waktunya dengan menonton film.

Tapi, saat dimana Iori dan Tenn tengah berbicara di kafe itu menganggu pikiran Riku, sampai dia tidak bisa fokus pada film yang tengah ia tonton.

'lupakan saja, Riku! Mereka hanya berbincang!' batinnya.

Sementara itu, Iori baru saja datang.

"Tadaima" ucap Iori.

"Ah okaeri, Iori-kun. Kau baru datang? Riku-kun juga baru datang dari luar" ucap Sogo.

"Eh? Riku-san pergi keluar?"

"Iya, untuk membeli beberapa cemilan" ucap Tamaki.

"Begitu ya...aku juga membelikan kue stroberi kesukaannya" ucap Iori.

"Kalau begitu aku akan ke kamarnya, aku juga sudah menyimpan untuk kalian!"

"Yeayyy kuee!" Sorak Tamaki.

Iori pergi ke kamar Riku, lalu mengetuknya.

"Riku-san, aku membeli kue kesukaanmu"

Riku pun membukakan pintu untuk Iori.

"Ah Arigatou, Iori" ucap Riku sambil tersenyum.

Iori mengelus kepala Riku sambil tersenyum.

"Jangan lupa minum obatmu, jangan sampai lupa!"

"Iyaa!"

Mitsuki tak sengaja melihat mereka berdua yang terlihat mesra, dia tersenyum dan mengabadikannya

Tapi....

....semua itu tak bertahan lama.

. . .

Musim dingin datang lebih cepat, membuat Riku harus ekstra hati-hati dengan kesehatannya.

"Nee Iori" ucap Riku pada Iori yang tengah bersiap untuk sekolah.

"Iya?"

"Apa....sepulang sekolah kau ada waktu?" Tanya Riku malu-malu.

"Maaf Riku-san, aku ada acara sepulang sekolah nanti" jawab Iori.

"Ah...begitu ya..." Ucap Riku yang berusaha tidak kecewa.

Iori mengelus kepala Riku.

"Sebagai gantinya, aku akan mentraktirmu makanan favoritmu, ya?" Ucapnya sambil tersenyum.

Riku mengangguk pelan.

Lalu, Iori mencium dahi Riku.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu"

"Hati-hati di jalan..."

Senyum Riku memudar seketika, dan dia pun kembali ke kamarnya.

"Kalian sadar tidak jika hubungan mereka sedikit erm....jauh?" Ucap Yamato.

"Aku juga setuju denganmu, Yamato-san" ucap Sogo.

"Paling dia ada jadwal piket mungkin?" Ucap Mitsuki.

Tamaki yang akan berangkat sekolah itu menatap keempat orang yang duduk di ruang tamu.

"Selama musim dingin tidak ada jadwal piket sepulang sekolah, karena jam pulang pun dipercepat 2 jam" jelas Tamaki sambil memasang sepatu.

Keempat orang itu pun saling menatap satu sama lain.

"Kalau begitu aku berangkat...hoamm..."

Nagi menatap yang lain dengan serius.

"Jika begitu....rumor itu benar?"

"Rumor?"

Nagi mengeluarkan hp nya dan menunjukkan berita baru-baru ini.

Disana dikatakan jika ada fans yang tak sengaja sering melihat Iori dan Tenn di kafe dekat konbini yang sering di datangi Riku, setiap waktu mereka selalu bertemu.

"Ini....tidak mungkin kan...?"

"Jadi selama ini...."

"Riku-kun...."

. . .

Berita itu pun menyebar dengan luas dan Riku juga sering mendengarnya sendiri atau pun membaca beritanya di Rabbitter.

'sudahlah, lebih baik fokus dulu ke pekerjaan' batin Riku sambil menyimpan hp nya.

Setiap tidak ada pekerjaan, Riku ingin sekali pergi keluar bersama Iori ke taman bermain. Terakhir kalinya dia kesana yaitu pada saat ia masih kecil bersama keluarganya, jadi dia ingin sekali pergi ke taman bermain bersama orang yang ia cintai.

Tapi Iori selalu berkata jika dia sibuk dan akan membelikan makanan favoritnya sebagai permintaan maaf, dengan mudahnya ia berkata seperti itu.

Hari ini dia ada photoshoot dan juga tampil di salah satu siaran TV terkenal di Jepang, karena berbeda tempat jadi Riku harus bisa cepat-cepat pergi ke studio.

Setelah selesai dengan pekerjaan photoshootnya, dia pun pergi ke studio sambil berlari.

Ternyata Iori juga akan tampil disana, Trigger juga. Sungguh kebetulan yang sangat menyakitkan.

"Huft....huft...."

Dengan cepat Riku meminum obatnya tanpa melihat dosis, dan segera meminum air mineralnya.

"Akhirnya kau datang juga, Riku-san. Aku khawatir jika kau terjebak di kemacetan" ucap Iori sambil duduk di sebelahnya.

"Yah....saat diperjalanan kesini aku sempat mampir ke tempat yang ingin aku kunjungi selama ini, aku senang bisa mengunjunginya!" Ucap Riku sambil tersenyum.

"Riku-san--"

Saat Iori ingin menyentuh tangan Riku, dengan cepat Riku menghindarinya.

"Sudahlah Iori, aku tahu kok. Selamat ya" ucap Riku dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya.

"Dengarkan aku dulu!!"

Riku tersentak kala Iori menaikkan suaranya.

"Aku hanya berbincang biasa dengannya! Kami tidak ada hubungan apa-apa selain rival! Riku-san jangan salah paham dulu!" Seru Iori.

Dengan cepat Riku berdiri dan menatap Iori lekat.

"Berbincang? Apa berbincang biasa bisa setiap hari? Bahkan kau menolak ajakan ku demi berbincang dengan Tenn-nii?! Kau ini kenapa sih, Iori?! Jika bosan denganku, tinggal katakan saja! Lagipula kenapa sejak awal kau menyatakan perasaanmu padaku?!! Mau mu apa sih?!" Seru Riku dengan mata yang berkaca-kaca.

Iori hanya bisa terdiam.

"Aku hanya ingin kita bisa menghabiskan waktu berdua bersama, apa permintaanku sesulit itu?" Isak Riku.

Melihat Riku menangis seperti ini, Iori ingin sekali memeluknya seperti biasa. Tapi itu tidak mungkin untuk sekarang....

"Mou...sudahlah..."

Lalu, Riku pergi meninggalkan Iori yang mematung disana. Lagipula acaranya akan dimulai sebentar lagi.

Pundak Laki-laki berambut biru tua itu bergetar karena menahan tangis, dia merutuki dirinya karena menyakiti orang yang ia sayangi.

"Bodoh....bodoh sekali kau, Izumi Iori!"

Seusai acara itu, Riku dan Iori dijemput oleh Tsumugi. Mereka berdua tidak berbincang sama sekali, dan hanya menatap keluar jendela.

"Ano Riku-san, kau terlihat pucat, apa perlu kita ke Rumah Sakit?" Khawatir Tsumugi yang sesekali menatap Riku yang pucat.

Riku tersenyum kecil dan menggeleng pelan, "tidak perlu manajer"

"Ah....baiklah"

Tsumugi sangat khawatir dengan Riku yang pucat dan kapan saja bisa pingsan, ditambah lagi cuacanya sangat dingin.

Sesampainya di dorm, yang dipikirkan Tsumugi pun menjadi kenyataan.

Riku pingsan tepat setelah masuk ke dorm.

Dengan cepat mereka menghubungi Ambulans, dan berharap jika Riku baik-baik saja.

. . .

Rumah Sakit

Dokter yang memeriksa Riku mengatakan jika paru-paru mulai melemah dan menganjurkan untuk bernapas melalui oksigen daripada bernapas sendiri, dan juga dia mengatakan jika Riku lebih baik berhenti bernyanyi untuk kesehatannya.

Iori duduk di samping Riku sambil menggenggam tangannya.

"Nee...maafkan aku, aku memang bodoh...harusnya aku luangkan waktuku untukmu....kenapa....kenapa ini harus terjadi padamu?" Isak Iori.

Yang lain hanya menatap dia orang itu dengan tatapan sedih.

"Bangunlah Riku-san....kumohon..
..."

Mitsuki menghela napasnya.

"Kita biarkan mereka sendiri terlebih dahulu"

Mereka mengangguk dan meninggalkan kamar rawat Riku.

Iori terus berada di sisi Riku hingga dia sadar, dia tidak ingin meninggalkan Riku lagi seperti dulu.

Riku dirawat oleh Iori dengan telaten, membuat Riku kembali membuka hatinya untuk Iori.

Namun, hal itu terjadi lagi saat Riku diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit.

Dan pada saat itulah....

....Riku menutup rapat hatinya.

. . .

Dorm i7

"Duduk dulu disini, Riku" ucap Yamato.

Riku tersenyum, "terima kasih, Yamato-san"

Tamaki melihat ke sekitarnya, "Nee...kemana Iorin?"

"Aku melihatnya di kafe bersama Kujo-san" ucap Sogo.

"Sudah kuduga..."

Riku terkekeh.

"Sudahlah, ini memang sudah waktunya untukku mengakhiri ini semua"

Yang lainnya merasa sedih, karena hubungan mereka yang tidak bertahan lama.

Riku juga kini tak bisa bernyanyi, hidupnya bergantung pada alat bantu pernafasan, dan dia kesepian.

Dia menangis terus-menerus di dalam kamar yang ia kunci dari dalam, apa salah jika ia ingin mendapat perhatian Iori? Meski hanya sekali?

Yang lain tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa berharap masalah itu bisa selesai dengan cara damai tanpa ada masalah lagi.

Padahal ada alasan dibalik semua itu.

Iori tidak bertemu Tenn dengan cuma-cuma, karena seperti yang kita tahu Trigger adalah grup terkenal dan mereka sibuk. Terutama Tenn yang tidak suka jika waktu luangnya itu terbuang secara cuma-cuma.

Iori ingin mengetahui Riku lebih dalam, karena dia ingin membuat lagu tentang kisah mereka berdua. Makanya ia sering bertemu dengan Tenn di kafe untuk itu.

Namun Iori tak menyangka, semuanya akan menjadi seperti ini.

Menjadi salah paham.

Keduanya sama-sama salah, namun mereka tidak ingin mengutarakan kesalahan mereka.

Dan kesalahpahaman kecil ini, menjadi masalah besar.

. . .

Di dalam kamar Riku, ia hanya meringkuk sambil menatap kosong pintu kamarnya.

"Dia lebih memilih Tenn-nii yang sempurna....dibandingkan diriku yang penyakitan ini...."

Riku bahkan mulai tertawa tidak jelas, dia melepas alat pernafasannya dan melakukan sesuatu di dekat balkon kamarnya.

"Hahahaha! Bukankah ini yang kau mau, Iori? Dengan senang hati, aku melakukannya~"

Dia mulai membahayakan nyawanya sendiri.

Sementara itu, member yang lainnya tengah berkumpul di ruang TV. Hingga kemudian, mereka mendengar suara orang bernyanyi di lantai 2 dorm.

"Suara ini....jangan-jangan Riku?!" Seru Mitsuki.

"Bukankah dia tidak diizinkan menyanyi?!" Seru Nagi.

Suara menyanyi Riku terdengar kuat dan lantang, dia mengeluarkan semua perasannya melalui nyanyian.

"Aku akan pergi ke kamarnya! Tamaki, hubungi Trigger!" Titah Yamato yang sudah berada di anak tangga bersama Mitsuki dan Sogo.

"Baik!"

Hanya Iori yang terdiam mematung disana, pikirannya kosong dan tak tahu apa yang harus ia lakukan.

"...-in!"

'kumohon....' batin Iori sambil menutup matanya.

"..-rin!!"

'aku minta maaf, Riku-san....jadi tolong hentikan itu!' jeritnya dalam hati.

"IORIN!!"

Tepakan dari Tamaki berhasil menyadarkan Iori kembali.

"Yotsuba-san..."

Tamaki menunjuk ke lantai 2.

"Pergi ke sana dan bujuk dia"

Iori awalnya ragu, tapi Tamaki memaksanya sehingga dia pun pergi ke kamar Riku.

"Sial! Pintunya dikunci dari dalam!" Ucap Yamato yang tengah bersusah payah membuka pintu kamar Riku.

Mitsuki menyuruh Sogo untuk mengambil gergaji di gudang, dan setelah itu dia menggedor pintu kamar Riku.

"Riku! Kumohon jangan lakukan ini....!" Seru Mitsuki.

Namun sayang sekali, Riku tidak mendengarnya dan terus bernyanyi.

Sementara itu, Trigger tengah dalam perjalanan ke dorm i7 dengan cepat.

Nagi dan Mitsuki terus meyakinkan Riku dari luar selagi menuggu Sogo mengambil gergaji, dan Iori hanya bisa melihatnya dari jauh.

"Riku-san..." Gumamnya.

Dia berjalan mendekati kamar Riku dan mulai mengetuknya.

"Nee Riku-san...aku benar-benar minta maaf...semua ini hanyalah salah paham! Aku sudah mengatakannya padamu jika aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Kujo-san! Aku minta maaf...." Seru Iori sambil terisak.

Lagu yang dinyanyikan Riku terdengar menyakitkan, yang lain pun sampai menitikkan air matanya tanpa mereka sadari.

"Kumohon hentikan itu, Riku-san!! Kau membahayakan nyawamu sendiri!" Seru Iori.

Iori kini dibanjiri oleh air matanya sendiri, tangannya tak berhenti menggedor pintu kamar Riku.

"Aku sudah dapat gergajinya!"

"Bagus! Sekarang kita buka pintunya!"

Mereka mungkin tidak sadar jika suara Riku makin lama makin memudar, bahkan sudah tak terdengar lagi.

Tamaki yang masih di lantai 1 pun menunggu kedatangan Trigger, sambil terhubung di Rabbichat.

Suara gergaji terdengar sangat keras, Yamato berusaha secepat mungkin membuka pintu kamar Riku sebelum ada hal buruk terjadi.

BRAK!

Akhirnya pintu kamar Riku berhasil didobrak, mereka pun langsung masuk ke dalam kamar Riku yang gelap.

Kertas dimana-mana, lembaran foto dimana-mana, bahkan alat pernafasannya pun tidak nyala.

Mereka mencari keberadaan Riku, hingga kepala Nagi terantuk sesuatu di dekat balkon kamar Riku.

"Huh? Apa ini?" Tanya Nagi pada dirinya sendiri.

Dia meraihnya dan merasakan jika itu adalah....

....kaki.

Yamato yang baru saja menyimpan gergaji itu pun menyalakan saklar lampu kamar Riku, dan....

"!!"

"Riku-san!!"

"....!!"

Di lantai bawah, Trigger dengan cepat masuk ke dalam dorm dan langsung menuju ke kamar Riku, diikuti Tamaki.

"Bagaimana keadaannya?!" Ucap Tenn ketika akan masuk ke dalam kamar Riku.

Tapi harapan Tenn tidak semulus itu.

"Bagaimana dengan Nanase?!" Seru Gaku.

"Apa dia baik-baik saja?" Khawatir Ryuu.

Member i7 hanya bisa memalingkan wajah mereka, mereka bisa mendengar Sogo sedang menelepon di ujung lorong lantai 2, dan Iori yang menangis tanpa henti sambil menggumam kan kata 'maaf'.

Pemandangan itu...

....tidak akan hilang dari benak mereka.

. . .

Di hari pemakamannya, semuanya terkejut mendengar berita yang mendadak ini. Bahkan kepolisian masih menyelidiki kasus ini, dan member i7 diinterogasi untuk kasus ini.

Semuanya masih tidak menyangka jika center dari IDOLiSH7 itu akan mengakhiri nyawanya sendiri di dalam kamarnya, dan itu semua hanya karena kesalahpahaman.

Iori terus menangisi kepergiannya, terutama Tenn.

Iori juga membawa buku catatan yang berisi lagu tentang mereka berdua dan memeluknya sambil berkata,

"Nee Riku-san, aku membuat lagu loh. Apa kau tidak ingin mendengarnya? Kumohon jangan tinggalkan aku..."

Mereka berdua sama-sama salah, dan satu dari mereka pun mengalah.

Sungguh kisah cinta yang tragis, yang tidak akan dilupakan oleh mereka semua.

. . .

Present time

Sepulang dari sekolah, Iori mampir ke toko bunga terlebih dahulu, dan membeli beberapa bunga berwarna oranye.

Setelah itu, ia pergi ke pemakaman. Dan disinilah dia...

....berdiri di tempat peristirahatan terakhir sang kekasih tercinta.

Iori menyimpan bunga itu di atas nisan, dan mulai berdoa.

"Riku-san, bagaimana kabarmu? Maaf jika akhir-akhir ini aku jarang mengunjungimu. Seperti biasa aku tengah menghadapi ujian kelulusan, dan IDOLiSH7 juga semakin digemari para fans"

Dia tersenyum kecil.

"Rasanya tak sama jika Riku-san tidak ada disini....jumlah kami tidak seperti yang ada di nama grup, rasanya juga sepi karena tidak ada mood booster diantara kita"

"Kau tahu? Kita semakin populer karena lagu kita berdua, namun sebenarnya aku malah makin merasa bersalah jika menyanyikan lagu itu, dan berakhir dengan menitikkan air mataku..."

Dia mengusap buliran air mata yang terjatuh di pipinya.

"Nee Riku-san, kau tahu ini bukan yang ku harapkan. Seharusnya aku memahami perasaanmu kala itu, lalu semua ini tidak akan terjadi. Dan aku masih belum bisa melupakanmu, rasanya sulit untuk melupakanmu"

Dia jongkok di depan batu nisan itu.

"Aku telah melakukan banyak kesalahan, aku memang tidak pantas untuk berada di sisimu atau maaf mu. Tapi setidaknya..."

Iori menelungkup kan kepalanya pada kedua kakinya, dan mulai terisak.

"....aku ingin dimaafkan"

- End-

Yahoo~
Akhirnya selesai hehe...
Dan juga terima kasih atas sarannya Onee-san ( ꈍᴗꈍ) @BeatrixJiminie08

Ngga tau sih apa yang ada di pikiranku pas nulis ini sampe sehari jadi TvT

Kuharap kalian sukaa~
Thanks for reading

(Sedikit ide dari POV yang kubuat kemarin wkwkwk)

'I Just Want to be Forgiven...'

- Izumi Iori

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top