My Hobbies are Singing, Dancing, and Hating Choi Beomgyu

Kau tahu apa lagi yang paling membuatku membenci laki-laki itu?

Fakta bahwa ia dan aku mendaftar di klub yang sama. Tahu begitu aku akan mengikuti  klub olahraga bola basket saja tidak peduli walau lemparan bolaku mungkin mampu meruntuhkan ringnya, yang penting aku tidak seruangan, apalagi se-oksigen dengan Choi Beomgyu. Lagipula, siapa yang mengira ia bakal ikut klub dance?! Bukankah anak laki-laki lebih suka ikut olahraga semacam basket atau taekwondo?!

Mungkin fakta ini tidak penting, tapi piala kejuaraan menariku yang terhitung empat tangan berjejer dengan rapih di atas rak buku. Tapi bagaimana mungkin hari ini aku malah membuat gerakan seperti orang baru terkena encok pinggang? Gerakan-gerakanku tidak jelas dan membuat Lee seonsaengnim (Guru Lee) mendesah berat di pojokan sana. Aku merasa hina seketika.

"Shin Ryujin, ini pertama kalinya kau menari?"

Sungguh, itu lebih terdengar seperti penghinaan daripada pertanyaan.

"T-tidak, s-saya--"

"Sebutkan hobimu."

"Ya?"

Lee seonsaengnim berdecak, kentara sekali ia tengah jengkel padaku. Tunggu, apa aku separah itu? "Sebutkan saja... apa susahnya?

"Ah... hobiku..." aku menjilat bibir yang tiba-tiba terasa kering, sembari meremas kuat-kuat rok seragamku demi tidak terlihat gugup. Padahal klub dance tidak membutuhkan seleksi ketat seperti audisi agensi, tapi fakta itu justru membuatku terlihat lebih bodoh. Tanpa seleksi dan aku malah membuat Lee seonsaengnim kesal. Luar biasa. "...menyanyi, menari, lalu--"

"Kau bilang menari adalah hobimu?" potong Lee seonsaengnim.

Aku mengangguk.

"Hobimu menari... tapi hari ini kau menunjukkan keterbalikannya padaku. Ah, aku tahu memang hobi tidak selalu menjadi keahlian orang itu juga. Tapi, biasanya, hobi akan mengikuti keahlian seseorang. Maaf kalau menyinggung, maksudku adalah, kalau kau tidak keberatan, mungkin aku bisa membantumu untuk pindah ke klub lain--"

"Jangan, Saem!"

Lee seonsaengnim melipat dada. "Lalu?"

Aku meneguk ludah. "L-lalu... saya akan menampilkan yang terbaik untuk Anda."

"Bukan untukku, tapi untuk dirimu sendiri!" Lee seonsaengnim menunjukku terang-terangan. Kemudian teriakannya memanggil seseorang menggema ke seluruh penjuru ruangan, "Choi Beomgyu!"

"Ya, Saem?"

Deg.

Tubuhku menegang.

"Bantu Ryujin untuk beberapa gerakan yang salah tadi. Dan kau, Ryujin, minggu depan aku akan mengetesmu lagi. Kalau ternyata hasilnya sama saja, aku akan memindahkanmu ke klub menyanyi. Paham?"

"P-paham, Saem."

Hari itu, setelah Lee seonsaengnim menyuruhku menyingkir ke sisi ruangan yang lain, Choi Beomgyu datang kepadaku. Laki-laki itu tersenyum ramah tanpa dosa dan menghampiriku dengan sapaan khas seperti biasanya.

"Selamat siang, Shin Ryujin!" ia melambai.

Aku hanya mengangguk sebagai respon.

"Kau paling kesulitan di bagian mana? Boleh aku tahu? Supaya aku lebih gampang mengajarimu."

Tidak usah, terima kasih. Bisakah kau menyingkir? Jantungku mau copot.

Bagus, sekarang rasa gatal itu sudah hilang. Yang ada adalah rasa yang... bagaimana aku mendiskripsikannya? Intinya jantungku terus berdetak kencang sampai-sampai aku takut akan meledak seperti bom.

Baiklah, haruskah kuganti nama panggilannya dari kutu beranak menjadi Choi BOMgyu?

Oh ya, dan tahukan kau Choi BOMgyu? Mungkin kalau kau tidak ada di ruangan ini, aku sudah bisa meyakinkan Lee seonsaengnim kalau aku adalah satu-satunya penari paling hebat di kelas ini. Sejak menginjakkan kaki di karpet dekat pintu dan melihat eksistensimu sudah duduk di kursi sambil menatap ke arahku, sejak itu aku mulai kehilangan kepercayaan diriku.

Ah mungkin belum. Tapi semenjak aku melihat keahlianmu menari. Bagaimana mungkin kau bisa sehebat itu? Badanmu lentur dan gerakanmu jelas. Dan aku benci fakta bahwa aku iri terhadapmu. Kenapa orang sepertimu tidak ikut audisi agensi saja dan malah repot-repot ikut klub dance sekolah?

Lagipula, bisa tidak selama aku ada di ruangan itu, kau tidak usah terus-terusan menatapku? Itu gangguan. Hei, apa kau sengaja agar aku gugup?! Awas saja kalau begitu.

Kalau kalian penasaran kenapa aku yang punya banyak penghargaan menari ini tiba-tiba berubah jadi noob: alasannya karena sepanjang hari di kelas ini, Choi BOMgyu tidak pernah sedetikpun mengalihkan pandangannya dariku.

Maaf bukan GR, tapi itu memang fakta!

"Menyanyi, menari, lalu?"

Aku mengerutkan alis.

Beomgyu tertawa. "Hobimu. Kau mau bilang lalu apa tadi?"

"Ah--"

"Tunggu!" Beomgyu menghentikanku. "Biar kutebak?"

Aku menatapnya datar.

"Menulis?"

Aku menggeleng.

"Melukis?"

Aku menggeleng.

"Taekwondo?"

Aku menggeleng.

"Hm... terus... memasak?"

Lagi, aku menggeleng.

"Pasti fotografi!"

Aku menggeleng lagi, kali ini sambil mendesah.

Beomgyu menyerah. Laki-laki itu menggaruk tengkuknya kikuk. "Lalu apa dong?"

Aku maju selangkah, mendekatkan wajah. "Hobiku adalah menyanyi, menari, dan..."

"Dan?"

"Dan..."

Aku menarik salah satu ujung bibirku.

Membenci Choi Beomgyu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top