I decided this since kid. You are my destiny.
Di Dedikasikan untuk TsukiYama Day tanggal 12 November 2024
Telat dikit gak ngaruh, Happy TsukiYama day
.
.
.
Entah sudah berapa tahun kisah ini terlewat, namun masih teringat jelas di kepalaku. Bagaikan rekaman video paling berharga yang pernah kumiliki, yang selalu aku putar tiap kali kumerasa bosan.
Aku mengingat saat pertama kali bertemu denganmu. Matamu menyorotkan pandangan malu dengan gerakan berputar-putar. Pipimu memerah seperti buah apel, bertaburan bintik hitam yang membuatmu terlihat seperti membawa galaksi bimasakti di wajahmu. Memperkenalkan diri dengan suara lirih dan setengah badanmu yang bersembunyi dibalik rok ibumu.
Tidak ada kata lain selain manis yang bisa kuberikan kepadamu saat itu.
.
.
.
Haikyuu!! © Haruichi Furudate
Fanfiction by: @inouekasu
Tsukishima Kei x Yamaguchi Tadashi
Omegaverse
BL
Rate T
If you homophobic or hate the ship, please get outta here, thankyou
Written in Indonesian
.
.
.
.
Gender atau jenis kelamin manusia dibagi menjadi dua. Laki-laki dan perempuan. Namun di dalam keduanya sebuah pembagian gender kedua pun ditemukan. Dan mereka seringkali disebut dengan Second Gender.
Second Gender dibagi menjadi tiga jenis yaitu Alpha, Beta, dan Omega. Mungkin bagi kalian yang suka dengan genre seprti ini, sudah tidak asing bukan?
Alpha dengan presentase 20% populasi manusia di bumi ini, dengan 13% laki-laki dan 7% perempuan. Alpha dengan kata lain pemimpin, mereka adalah orang-orang terpilih yang menggapai posisi atas dengan mudah, terlahir menjadi pemimpin dan menggerakkan dunia ini.
Sedangkan beta adalah 75% populasi manusia. Beta adalah gender paling umum yang dimiliki manusia. Beta dengan dengan kata lain pengikut. Mereka memilih bekerja dibawah alpha dibanding memimpin sesuatu. Cari aman dan cinta damai. Sangat mementingkan harmonisasi dan seringkali menjadi penengah antara alpha dengan alpha lain yang sudah berstereotipe keras kepala.
Dan terakhir adalah, Omega. Dengan presentase yang sangat sedikit, hanya sekitar 5% populasi manusia di dunia, 4.5% dimiliki oleh perempuan dan 0.5% nya laki-laki.
Belum selesai membaca semua paragraf, dahiku menjerngit. Dengan helaan napas aku pindah ke paragraf lain.
Alpha dan Omega memiliki feromon yang menarik satu sama lain. Meskipun begitu feromon omega jauh lebih kuat sehingga bisa dirasakan oleh alpha, beta, dan omega lain. Sedangkan feromon alpha hanya bisa dirasakan jika alpha mengalami masa rut, mengeluarkan glare, dan dengan sengaja mengeluarkan feromonnya untuk scenting.
Aku menutup buku pelajaran yang diberikan sekolah ketika kami sudah menginjak umur 10 tahun atau kelas 4 SD.
"Omong kosong. Kenapa semua orang membuat Omega seolah-seolah sampah masyarakat dan menyebabkan kerusuhan? Mereka bukan kaum barbarian." Omelku pada dinding kamar. Memeluk boneka dinosaurus hijau kesayanganku dan berguling-guling dikasur.
Pintu diketuk, aku berdehem mempersilahkan seseorang dibalik pintu masuk. Pemuda tinggi dengan rambut coklat muda menampakkan dirinya dengan senyum.
"Kei, jangan nendang-nendang dinding ya, kamarku tepat di sebelahmu."
"Oh... maaf kak." Kakakku Akiteru protes dengan telepon genggam di tangannya. Ia masuk ke kamarku dan duduk di pinggir kasur. Tatapannya menyorot padaku.
"Kenapa marah-marah."
"Gak ada." Akiteru melirik buku pembelajaran seksualitas yang kubaca tadi dan mengambilnya. Tangannya sibuk membolak-balik membaca cepat. "Kakak. Saat tes second gender kemarin kakak dapat Alpha kan."
Akiteru meliriku, kemudian berbalik menghadapku memgangguk. "Ayah dan ibu dua-duanya Alpha sih,"
"Jadi kemungkinan aku Alpha, juga besar?"
"Biasanya sih begitu, ya. Kenapa? Kau resah? Tes second gender baru ada di kelas 6 kan?"
"Cuma kesal dengan orang yang memberikan pendejalan di bagian Omega. Dengan penjelasan begitu kau menyebut ini buku pelajaran? Anak-anak memproses informasi lebih cepat dari orang dewasa, namun mereka belum mengerti yang mana yang benar dan mana yang salah. Jika buku pelajaran sekolah dasar saja sudah memgatakan Omega merepotkan, sudah jelas negri ini akan memandang Omega dengan sebelah mata terus menerus."
Aku memandang Akiteru yang tersenyum miris. Kakakku sudah SMP tentu saja pasti dia mengerti apa yang aku katakan.
Tapi kenapa aku semarah itu? Tentu saja karena bagiku. Omega adalah orang paling lembut, ramah, dan penyayang yang pernah aku temui. Aku tidak pernah mendengar mereka meninggikan suara mereka kepada orang-orang kesayangan mereka. Mereka lembut namun memiliki kesabaran setebal baja, tangguh, dan pemaaf.
Nenekku omega, nenekku selalu sayang padaku, saat aku bilang aku suka stroberi nenekku memberikan satu dus untukku. Ia tak pernah marah, dan selalu memaafkanku ketika aku berbuat salah, dan mengajarkanku melakukan sesuatu dengan benar agar aku belajar dari kesalahanku. Guru kesehatan sekolahku adalah Omega. Ia lemah lembut, ia yang mengajarkan bahwa semua gender adalah setara. Namun karena fokus pada kesehatan siswa, pembelajaran seks bukan bagiannya. Padahal jika guru kesehatan sekolah yang mengajar, aku yakin semua tidak ada lagi yang menganggap Omega sampah masyarakat.
Dan terakhir tetangga sebelah, ia bahkan lebih penyayang dari ibuku. Dan anaknya yang seumuran denganku, bersekolah di sekolah yang sama, dan sekelas, bahkan sebangku denganku. Tante Yamaguchi dan anaknya Tadashi. Berteman dengannya sangat menyenangkan, Tadashi selalu mendengarkan ocehanku tentang dinosaurus meskipun aku yakin dia tidak setertarik itu. Namun ia tetap mendengarkan.
Kami mempunyai hobi yang sama, ketertarikan musik yang sama. Tadashi adalah sahabat terbaikku.
Jendela kamarku diketuk oleh sesuatu, baru saja aku memikirkannya, ia langsung muncul. Aku melompat dari kasurku menimbulkan guncangan yang cukup besar untuk Akiteru kehilangan keseimbangan. Dengan cepat aku membuka jendela. Dan berlari ke balkon.
"Kei? Siapa malam-malam begini?"
"Selamat malam kak Aki!!" Tadashi sahabatku masuk dengan buku tulis di pelukannya. Akiteru terkejut dan bertanya bagaimana cara Tadashi melompat dari balkon kamarnya ke kamarku. Rumah kami berseblahan dan jarak antara balkon kami tidak sampai 1 meter. Mudah untuk kami melompat dari kamar satu ke kamar lain.
"Hari ini mau menginap lagi?" Tanyaku pada Tadashi, ia memggeleng.
"Cuma mau nanya tugas sih, aku gak ngerti nomor lima dan tujuh."
"Ah, pelajaran bahasa ya."
Akiteru keluar kamar, karena ku-usir. Dan aku menghabiskan malam itu bersama Tadashi mengerjakan tugas. Aku tidak pernah merasakan kenyamanan yang lebih nyaman dibanding ketika aku bersamanya. Kami berdua berguking ke kasur ketika tugas kami selesai, meskipun Tadashi bilang tidak jngin menginap, tapi ia muncuk sudah dengan piama bahkan sempat kembali mengambil bantal dan beberapa komik untuk dibaca.
Tadashi melihat buku pelajaran gender sekunder yang lupa kutaruh ke tempat semula. Ia menggiring topik.
"Tsuki percaya fate mate gak?"
"Ehh? Maksudnya ketika alpha dan omega yang bahkan saling tidak mengenal bisa mengetahui pasangannya dengan sekali pandang?"
"Um! Ibuku selalu cerita loh, katanya ibu dan ayahku adalah fate mate." Ujarnya ceria. Aku duduk menghadapnya ketika ia menceritakan kisah ibu dan ayahnya dulu. Dengan mata berbinar dan pipi merona menceritakan kisah cinta orang tuanya. Aku tidak bisa menahan gemas dan melompat menubruknya. Menggigut pipi tembamnya dengan gemas.
"Aduh aduh Tsukii sakit!!"
"Maaf aku kira bakpau hahahaha," kami tertawa bersama malam itu sampai ibuku membuka pintu dan terkejut dengan posisiku yang mengukungnya. Padahal kami cuma bercanda. Alhasil Tadashi menginap di kamarku sampai besok pagi ia kembali ke rumah untuk bersiap sekolah.
.
.
.
.
Kami menaiki tangga kelas enam yang berada di lantai paling atas. Tahun ini kami menginjang tahun terakhir. Dimana anak-anak sangat bersemangat karena adanya tes gender sekunder. Di kelas pagi itu ramai anak-anak membahas mereka ingin menjadi alpha, atau berdoa agar tidak menjadi omega. Aku mendengus dan melirik Tadashi yang sedari tadi asik membaca buku IPA kelas enam.
"Tadashi aku kira kau akan semangat untuk ikut tes."
"Ehh mana mungkin semangat kalau bab 5 saja belum aku hapal?" Ah kurasa dia mengingat tes lain.
"Hmm, benar sih hari ini ada ulangan IPA tiga bab ya, 3, 4, 5. Tapi bukan itu, sekelas dari tadi membicarakannya loh."
"Ah, gender sekunder ya? Palingan aku dapat beta sih."
"Kenapa?"
"Ya dilihat dari manapun aku gak ada alpha-alphanya" jawabnya terkekeh. Aku ikut tertawa dan mengiyakan.
"Tsuki mah pasti Alpha ya."
"Gimana ya, meskipun orang tuaku alpha, tapi kemungkinannya tidak 100%" jawabku. Tadashi memggeleng.
"Aku bertaruh Tsuki Alpha. Kalau ternyata bukan Tsuki akan kubelikan susu stroberi."
"Dih murah, itu mah aku bisa beli sendiri."
Tes akan diakan 2 jam pelajaran terakhir pada hari itu, anak-anak sekelas langsung menjerit ketika guru IPA membawa kertas ujian dan membagikannya ke anak sekelas. Haha mampus. Aku juga gak belajar sih.
Siang itu kami membahas jawaban ujian IPA tadi. Karena aku tidak belajar, aku lebih percaya dengan jawaban Tadashi dibanding jawabanku sendiri.
"Hmm nomor 15 dan 17 aku salah ya. Dan essay nomor 4 juga salah."
"Kira-kira nilaimu berarti 88?"
"Ahh gak sampe 90."
"Hahaha aku 92 dong"
"Yamaguchi Berisik."
"Hehehe gomen Tsukii~"
Menyebalkan sekali ketika aku harus kalah dalam akademis. Meskipun aku tau Tadashi memang jenius dalam sains dan hitungan matematika. Sementara aku lebih suka sejarah dan pengetahuan sosial. Aku menyeruput susu stroberiku, memerhatikan Tadahsi yang dengan nikmat melahap nugget dino yang kuberikan karena kekenyangan.
"Lagi musim ujian ya sekarang, besok ada?"
"Hm matematika."
"Mau belajar bareng?"
"Biasanya juga gitu kan? Nanti aku aja yang ke kamarmu. Kakak bilang kita berisik."
"Yokaii~"
Dari belakang kasak kusuk cewe-cewe terdengar sangat mengganggu telingaku. Tadashi nampaknya juga mendengarnya.
"Tsukishima-kun pasti Alpha..."
"Pastinya gak sih, dia ganteng, tinggi, pinter, volinya juga jago banget kan?? Katanya dia kapten??"
Kapten voli SD ini Tadashi, cewe-cewe bodoh.
"Tsukii cewe-cewe gosipin kamu loh."
"Nee, kalian yang bisik-bisik disitu."
"Eh, tunggu Tsukki!" Tadashi berusaha menghentikanku menyerobot kalimat cewe-cewe.
"Jangan ngomongin orang dibelakang, dikira kami gak punya kuping? Dan kalian salah paham, kapten klub voli itu Tadashi, tes gender sekunder belum diadakan, dan aku belum tentu alpha. Jangan berspekulasi kalau tidak punya bukti."
Cewe-cewe itu terdiam. Kemudian kembali berbisik.
"Tsukishima-kun memang ganteng tapi kasar ya."
"Cuekin aja yuk."
Lagian siapa juga yang minta perhatian kalian. Tadashi menyentil dahiku keras dan menceramahiku, tidak boleh kasar sama cewek lah, bicara harus sopan, dan lain-lain. Aku hanya merengut. Lagian cewe-cewe itu menyebalkan. Kami bergegas ke meja masing-masing ketika bel berbunyi, di kelas 6 ini aku merasa sangat sial karena wali kelas memisahkan kami. Kami terlalu sering mengobrol saat kelas katanya. Padahal yang kami obrolkan juga pembelajaran.
3 jam pelajaran berlangsung sebelum tes. Kenapa aku seolah tidak sabar begini? Karena aku bingung mau menulis apa untuk narasi. Bercanda. Dari pada itu lebih baik aku fokus pada pembelajaran. Jam berdetang dan menunjukkan dua jam terakhir, siswa diminta satu persatu untuk mendatangi ruang kesehatan sekolah untuk di tes. Jika kau bertanya bagaimana cara tesnya. Akan aku beritahu nanti saat aku dipanggil.
Tadashi membereskan tasnya karena setelah ini siswa akan langsung di pulangkan. Hasil tes akan diberikan besok saat homeroom dengan wali kelas.
"Tsukki, absenku dipanggil duluan,"
"Hm, pulangnya boleh nunggu?"
"Oke."
Tadashi pergi ke ruang kesehatan, mataku masih mengekorinya sampai ia tidak terlihat. Aku menyilangkan tanganku dan menenggelamkan wajahku disana. Pikiranku berkecamuk.
Aku akan memberi tau kalian satu rahasiaku.
Yamaguchi Tadashi adalah sahabatku. Tapi dia juga, orang yang aku suka.
Umm, mungkin? Aku sendiri tidak terlalu memgerti. Tapi berada disisinya sangat menyenangkan, aku merasa nyaman dan tenang. Tadashi baik pada siapa saja, jadi mungkin perasaanku ini hanya sepihak, dan Tadashi yidak memperlakukanku spesial.
Tapi jika memang boleh. Aku ingin membiarkan perasaan ini tumbuh. Entah saat kami dewasa nanti, Tadashi akan bertemu dengan orang yang ia cintai, atau aku yang menemukan orang yang tulus mencintaiku. Aku ingin perasaan ini tetap ada, meskipun kebersamaan kita hanya sebatas sahabat.
Walau kurasa jika aku dewasa nanti membaca cerita ini, pasti akan mengolokku karena terlalu naif.
Sehari setelah tes diadakan, homeroom bersama wali kelas sangat ramai siswa yang tidak sabar untuk mengetahui hasil tes gender sekunder mereka. Amplop coklat diberikan kepada kami masing-masing. Ada yang memilih membukanya sekarang dan memamerkan kepada anak sekelas, ada juga yang langsung menyimpannya ke dalam tas dan memilih untuk membuka bersama orang tua di rumah.
Aku membuka amplop milikku, hasil tes bertuliskan ALPHA dengan huruf besar yang dicetak tebal tidak membuatku terkejut sama sekali. Dengan begini seluruh keluargaku adalah alpha.
"Hehe Tsukki hutang susu stroberi padaku. Ganti dengan rasa melon juga gapapa~"
"Yamaguchi berisik." Jawabku dengan senyum tertahan. Namun senyumku langsung memudar ketika tangan-tangan centil memegang pundakku tiba-tiba. Dan mulai memujiku dengan genit.
Menggelikan. Aku menyingkirkan tangan para perempuan itu dan memasukkan hasil tes ke dalam tasku.
"Tsukishima-kun Alpha loh!!"
"Eh keren!! Tsukishima-kun, kedua orang tuamu juga alpha kan?"
"Katanya kakaknya juga loh!"
"Keluarga elit yaa!!"
Pujian mulai berdatangan membuat kupingku berdenging. Aku mebgacuhkan mereka dan beralih pada Tadashi yang memasukkan amplop yang sudah terbuka tergesa-geda ke dalam tas. Air wajahnya seolah tidak percaya, namun ia berusaha menenangkan diri dan bersikap biasa.
Aku menepuk pundaknya pelan dan bertanya.
"Kenapa?"
Ia menggeleng pelan dan tersenyum berkata tidak apa-apa. Aku yakin ada apa-apa. Jika spekulasiku benar maka... hasil tes tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Maka Tadashi bukanlah Beta.
Namun aku menahan diri untuk tidak bertanya. Aku akan menanyakannya ketika pulang sekolah. Pikirku, namun kembali lagi pada anak-anak menyebalkan yang sedang menggadrungiku.
"Heii, Yamaguchi-kun bukannya sudah waktunya kamu menjauh dari Tsukishima-kun?"
Hah?
Apa maksud para sialan itu?
"Apa maksudmu?" Tanyaku dengan nada tak ramah.
"Ehh Tsukishima-kun kenapa marah? Yamaguchi-kun jelas-jelas tidak selevel dengan Tsukishima-kun 'kan? Tsukishima-kun alpha loh, masa berteman dengan beta biasa seperti Yamaguchi-kun?"
"Hah?! Brengsek apa masalah-"
"Oi Tsukki, sudahku bilang jangan bicara kasar pada perempuan!" Tadashi memegang pundakku dan menatapku dengan sorot yang sulit ku artikan. Anak lelaki jahil di kelas merogoh tas Tadashi dan mengambil amplop hasil tesnya.
"Yamaguchi kan lemah! Meskipun jadi kapten voli tapi ia hanya pinch server!! Apakah benar dia hanya Beta?"
"Hei amplop-"
"Woi! Jangan sembarangan mengambil hasil orang!" Aku bangkit dan merebut amplopnya. Namun kertas hasil tes Tadashi tertinggal di tangan anak nakal.
"AHAHA SUDAH KUDUGA! YAMAGUCHI OMEGA!!"
"Ehhh?? Yang benar?"
"Yamaguchi-kun? Laki-laki tapi omega?"
"Oi kembalikan!" Tadashi bangkit dan merebut kembali hasil tesnya.
"Ehh kok sok banget sih padahal omega loh? Laki-laki omega kan bisa hamil seperti perempuan, wekk jijik mikirinnya."
Tadashi meremas kertasnya dan mengantonginya. Tawa anak sekelas bergema, kepalan tangan Tadashi bergetar dan air mata menumpuk di kelopak matanya.
"OI BERHENTI." Suaraku meninggi. Sontak seluruh kelas diam dan anak laki-laki yang mengganggu Tadashi terlihat ketakutan. Namun masih bisa tertawa.
"Haha seperti yang diharapkan dari alpha!! Tsukishima-kun keren sekalii!"
Tadashi mengambil tasnya dan berlari keluar kelas. Berusaha mengejarnya namun lengan seseorang bertengger di leherku.
"Tsukishima, kau kan alpha? Jangan berteman dengan omega, mereka merepotkan. Kau juga tidak mau kan, suatu hari Yamaguchi pasti akan heat dan...."
Bisikannya membuatku gelap mata. Tanpa sadar aura sekelilingku menggelap. Dihadapanku anak lelaki itu menangis dengan wajah babak belur dan buku jariku terasa sakit. Para siswi berteriak memanggil guru. Setelah itu aku tidak ingat apa yang terjadi.
.
.
.
.
Tiga hari Tadashi mengacuhkanku.
Ia selalu berangkat sekolah lebih dulu, kabur saat istirahat siang, menolak untuk menemuiku, selalu kabur saat pulang sekolah juga. Malam hari aku mengetuk jendela kamarnya ia sontak menutup gorden dan mematikan lampu. Itu membuatku sangat kesal dengan sikapnya.
Sampai tante datang ke rumah pada hari itu. Menanyakan apa yang terjadi di sekolah.
Aku menceritakan semuanya, saat itu ibuku juga ikut mendengarkan. Ibu Tadashi menghela napas. Dan mengucapkan terimakasih karema sudah menjelaskan semuanya.
"Kei-kun. Yang bisa menenangkan Tadashi sekarang, hanya Kei-kun. Jadi boleh tante minta tolong? Jangan menyerah ya?"
Aku memgangguk pelan. "Tapi... Tadashi menjauhiku."
"Kei-kun pasti bisa, Tadashi sendiri yang bilang kakau Kei-kun adalah sahabat terbaiknya. Pasti Tadashi mau mendengarkan."
Aku menggaruk tengkuk leherku dan mengangguk sekali lagi.
Di kelas, pembelajaran dimulai. Siswa siswi masih ramai membahas apa yang terjadi beberapa hari lalu. Ada yang melihatku dengan pandangan terpana, namun majoritas ketakutan. Siapa sangka aku bisa menggunakan glare ku di usia yang tergolong masih sangat muda.
Tadashi duduk sendirian, sementara seorang siswa ada yang membagi satu meja untuk 3 orang. Sudah pasti ini ada kaitannya dengan kemarin.
"Bu guru, aku tidak mau duduk sebelah Yamaguchi."
Ah sudah kuduga. Bu guru sibuk membujuk siswa tersebut untuk mau duduk di sebelah Tadashi. Namun itu hanya membuatku semakin emosi. Guru itu bukannya membujuknya dengan mengatakan bahwa semua gebder setara atau membela Tadashi, beliau malah meminta maaf pada siswa tersebut dan menyogoknya dengan hadiah jika ia mau duduk di kursinya kembali.
Omong kosong. Pasti orang tuanya donatur.
Aku bangkit dari kursi dengan sengaja mengeluarkan suara geretan yang keras, membawa tas dan alat tulisku ke kursi sebelah Tadashi. Wajah kebingungan anak sekelas menatapku, namun aku tidak peduli dan duduk di sebelah Tadashi.
"Pindah saja ke kursiku. Kebetulan sebelahku Kyoka-chan yang kau taksir."
Sekelas menyoraki mereka berdua, sementara aku menghadap Tadashi. Wajahnya berpaling, aku meraih dagunya dan membawa pandangannya menuju mataku.
"Jangan acuhkan aku."
"Tsukki..."
Aku menggenggam tangannya di kolong meja sementara pandanganku ke papan tulis. Tadashi berusaha melepaskan tangannya dengan dalih ingin menulis. Namun aku menggenggam tangan kirinya, Tadashi tidak kidal.
"Katakan padaku. Kenapa kau menjauhiku?"
"...tidak ada apa-apa, hanya ingin fokus pada pelajaran saja."
"Pembohong."
"Tsukki juga. Kenapa pindah duduk kesini?"
"Sejak awal aku tidak menerima arahan wali kelas memisahkan kita berdua."
"..."
"Tadashi, katakanlah."
"..."
"Jika kau tidak ingin mengatakannya disini, pulang nanti aku akan ketempatmu."
"..."
"Aku mohon..."
"...baiklah," Tadashi menarik tangannya dan fokus mengerjakan tugas yang diberikan guru. Ia sudah mengiyakan permintaanku, sekarang tinggal menunggunya untuk siap.
Aku tidak melepaskan tangannya semenjak bel pulang berbunyi, membuatnya menampilkan wajah terganggu. Beberapa kali ia memintaku melepaskannya, selama kita belum keluar lingkup sekolah banyak anak-anak yang menyoraki. Nampaknya berita adanya Alpha yang bisa menggunakan glare di usia 12 tahun dan Omega laki-laki yang populasinya hanya 0.5% dari seluruh manusia di bumi sudah menyebar keseluruh sekolah.
Aku penasaran. Apakah mereka memasangkanku dengan Tadashi?
Aku menggeleng cepat, aku emmang menyukai Tadashi tapi belum tentu perasaan kami mutual.
Aku duduk di kasurnya saat itu, Tadashi berdiri di depanku dengan tangan kami yang masih terkait. Tatapannya sendu dan selalu saja menolak kontak mata.
"Tadashi... Aku tidak akan pergi, aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan mendengarkan, apapun itu. Aku tidak akan merasa jijik, aku tidak pernah sekalipun merasa jijik atau tidak nyaman ketika bersamamu Tadashi."
Ujarku terlebih dahulu, dengan niat agar kekhawatiran Tadadhi sedikit berkurang.
"Jadi katakanlah. Jangan biarkan aku kebingungan sendiri. Aku tidak suka melihatmu memasang wajah itu tiap hari."
Tadashi membuka mulutnya dan perlahan berbicara dengan suara lirih.
"Tsukki... labih baik kamu menjauh dariku.."
Alisku menukik isyarat menanyakan maksud dari perkataannya.
"Tsukki alpha, dan aku omega, benar kata teman-teman, suatu hari pasti aku akan merepotkan Tsukki. Dan lagi jika kita terus bersama seperti ini Tsukki akan dijauhi, suatu saat Tsukki akan menemukan pasangan takdir Tsukki, jika terus bersamaku pastinya pertemuan itu akan terus tertunda....
Aku omega, jika nanti heatku datang pasti Tsukki akan kesulitan, aku tidak mau itu terjadi karena... aku..."
Tadashi memggantungkan kalimatmya aku berdiri dari kasur. Masih belum melepaskan tautan kami, aku mengeratkan jariku membuatnya sedikit terlonjak.
"Intinya begitu, Tsukki. Alpha dan omega tidak bisa berteman-"
"Ibuku dan ibumu berteman."
Tadashi mendongak, aku mengulas senyumku.
"Alpha dam omega bisa berteman. Buktinya sudah ada. Ibuku dan ibumu, aku dan kamu. Tadashi adalah temanku bukan?"
"Tapi jika Tsukki tetap berteman denganku, mereka akan-"
"Siapa yang peduli dengan orang luar-"
"JIKA TSUKKI MEMANG TEMANKU... tolong... menjauhlah..." aku tertegun Tadashi meninggikan suaranya. Air mata mulai berjatuhan dari pelupuk matanya, dengan sugap tanganku menyeka.
"Apa yang terjadi Tadashi..."
"Hiks.. menjauhlah Tsukki, aku tidak mau... mereka terus mengangguku jika aku tetap bersama Tsukki..."
"Mengganggu..?"
Tadashi menceritakan dengan kalimat terputus akibat sesunggukan. Para cewek yang ngefans denganku kerap mengejeknya, dan mengancamnya untuk tidak mendekatiku lagi. Sementara anak laki-laki mengejek gendernya, dan merundungnya ramai-ramai. Mengatakan bahwa sudah sepantasnya karena ia omega.
Hatiku seolah teriris, penjelasan Tadashi membuatku geram. Lenganku terjulur membawa Tadashi kepelukan, memendamkan wajahnya ke dadaku dan membiarkannya menjadikan bajuku lap air mata. Kedua tangannya meremat belakang bajuku, pelukan kami semakin erat.
"Maaf Tadashi, aku tidak sadar... mereka melakukan itu padamu. Tapi... kenapa kamu diam saja? Kenapa kamu tidak bilang? Mereka mengancammu?"
Tadashi hanya menggeleng pelan di dekapanku dan meminta maaf lirih.
"Mulai sekarang jangan menjauh dariku, biarkan aku melindungimu. Bukan bersrti aku menganggapmu lemah atau tidak bisa jaga diri, tetapi... anggap saja ini keegoisanku yang ingin bersamamu setiap waktu."
"Biarkan saja anak-anak menyebalkan itu, Tadashi hanya lerlu bersamaku. Aku yakim tidak ada dari mereka yang berani melawanku."
Tadashu mendongak melihatku dengan mata berair, dengan lembut aku mengusap air matanya. Namun keliahatannya kegelisahan belum terhapus dari hatinya.
"Tsukki... aku omega. Meskipun untuk saat ini mereka tidak berani melawanmu, tapi, pasti suatu saat, Tsukki pasti akan diejek oleh orang-orang seperti mereka lagi..."
"Tidak akan,"
"Tapi..."
"Aku tidak peduli meskipun itu terjadi, lagian aku tidak peduli dengan pendapat orang lain. Tadashi adalah sahabatku."
"Tapi jika kita terus begini, suatu hari Tsukki akan kesulitan mencari fated mate Tsukki..."
"Hei kita masih 12 tahun, masih terlalu cepat untuk membahas jodoh." Aku mengusak rambutnya sampai berantakan, Tadashi menunjukkan reaksi protes. Aku menenangkannnya sekali lagi, membuat lelucon untuk mencoba menghiburnya. Senyum kecil perlahan mengembang di wajah manisnya, nampaknya Tadashi sudah mulai tenang.
Aku melepaskan pelukan kami namun dengan jemari yang masih terkait, Tadashi sudah menghapus air matanya sendiri meskipun kelopaknya masih memerah.
"Tadashi, kalau kamu mengkhawatirkan aku tidak bisa mendapatkan mate jika bersamamu terus... kenapa tidak kau saja yang jadi mate-ku?"
Kalimat itu terlepas begitu saja dai bibirku, sedetik aku mengutuk diri sendiri, namun ketika aku melihat ekspresi yang terlukis di wajahnya. Kurasa kutukan itu malah menjadi berkah.
"Benarkah?! Boleh?!"
Aku tersenyum speechless dan mengangguk kecil. Tadashi melompat memelukku sehingga kami berdua jatuh ke kasur.
"Aku boleh jadi mate-mu Tsukki??"
"Uhmm nanti kalau sudah dewasa ya."
Kami berguling dikasur dengan pelukan erat, tawa kami menghiasi sore menjelang makan malam. Saat itu kami membuat perjanjian untuk terus bersama, sampai suatu hari kami benar-benar bersatu dengan ikatan Alpha dan Omega.
Kalau diingat lagi rasanya ingin tertawa sendiri, anak 12 tahun bisa-bisanya membuat proposal seperti itu.
"Papaaa!! Mau sampe kapan di kamar mandi sampai kapaannn otou-san marah nih!"
Aku membuka pintu kamar mandi dengan cepat setelah memakai bajuku. Gadis mungil dengan jambul pirang mencuat di kepalanya terlihat menggemaskan dengan alis merengut seperti itu.
"Maaf, tadi ketiduran."
"Dihh hari ini kan ulang tahun pernikahan kalian, masa bisa ketiduran, biasanya Papa selalu nempel otou-san bahkan sampe kamar mandi berdua-"
"Cangkemmu di jaga nak, duh turunan siapa sih." Aku menggendong gadis kecil itu ke pundakku meski ia protes karena kepalanya hampir menabrak lampu gantung. Dia mewarisi tinggi badan kami rupanya.
Di dapur makan malam yang lebih meriah dari biasa, sosok pemilik hampir seluruh hidupku dungan senyum manis menghampiri kami.
"Selamat ulang tahun pernikahan ke-10, Kei."
"Selamat ulang tahun pernikahan ke-10, Tadashi."
-End-
.
.
.
.
.
.
.
HALO AKU BIKIN ONESHOT BUAT TSUKIYAMA DAY HAHAHAHAHA KEMBALI LAGI DENGAN SAYA KASUMI YG BILANGNYA BAKAL PRODUKTIF TAPI WATTPAD AJA KAGAK DIBUKA
Oke stop
Btw aku baca ulang kok krinj banget ya ceritanya.... bocil SD aja main cinta cintaan
Yaaaahhhhh gitu deh jujur ini menurut saya ceritanya masih berantakan banget tapi baiklah saya publish aja kali ada yg baca- mungkin suatu hari akan saya perbaiki (kalo ada kata 'mungkin' biasanya 99% tidak akan terjadi)
TSUKIYAMA TUH BENER2 COMFORT SHIP YA JADI KALO STRESS BACA FANFIC MEREKA TUH RELIEVER BANGET
Asal jangan yg angst- soalnya nanti malah tambah overthinking
ANYWAY AKU GAMBAR LAGI HAHAHA
Instagram https://www.instagram.com/p/DCTmLSryjzY/?igsh=MWc1d25zdm44bmh0Mg==
Pinterest https://pin.it/NL1VUH3Al
Mohon support fanficthor nyambi fanartist ini gays
Kalau linknya tidak bekerja baik kalian ke @inouekasu ya, yes benar ig saya uname nya sama kek wp
Like doang boleh kalo mau follow boleh tapi mungkin gak sering post TsukiYama. Saya juga punya OC yg harus di rawat :')
Btw saya post di pinterest juga kalo kalian mau donlot buat simpenan gitu. Hehe. GEER BANGET SIH TAPI GAPAPA LAH
OKE GITU AJA MAKASIH ATAS SUPPORTNYA SELAMA INI
MUACH AKU SAYANG READERKU
.
.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top