I'd Rather Die: 9
【MASALAH APA NIH?】
══⛧⌒*。
"Febyy, ayo kekantin! Ray sama Norman udah nunggu tuh!" Emma berseru dari balik pintu, aku bangkit dari kursiku dan menghampirinya.
"iya iya, ayo" ucapku dan kita berjalan menuju kantin.
sesampainya dikantin, samar-samar aku mendengar gibahan para adik kelas yang sepertinya sedang membicarakan Ray.
"ehh, aku dengar kak Anna yang pacaran sama kakak ketos itu udah putus ya? sayang banget padahal mereka cocok"
"tapi kabarnya kak Ray udah punya yang baru, ntah benar atau nggak"
"kak Ray cepet banget move on nya! atau jangan-jangan ceweknya yang baru itu melet kak Ray lagi"
'walach walach, begitu rupanya. belum juga sebulan hubunganku sama Ray, baru seminggu malah' batinku memahami alur pembicaraan mereka. karena sedikit kesal, aku menghampiri meja mereka dan duduk disalah satu bangku yang masih kosong ditengah-tengah mereka.
"waduh setenang apa hidup kalian sampai-sampai bisa membicarakan orang yang tidak-tidak? yang kalian bahas itu kekasihnya ketua osis loh" tanyaku dengan seringaian, menatap tajam kearah para adik kelas itu.
"k-kak Feby?!" pekik sebagian dari mereka yang mengenalku karena posisiku di osis.
"halo adik-adik kelas yang manis" sapaku dengan senyuman hingga menutup mataku.
"kak Feby.. kenalan pacar b-barunya kak Ray, ya?" tanya salah satu dari mereka.
aku mengerjapkan mataku, "loh, kukira kalian sadar kalau pacarnya Ray itu aku" ujarku sambil menatap mereka semua.
"h-hah?!" pekik mereka berbarengan, membuat aku sedikit terkejut dengan pekikannya.
"tenang kawan, kalem aja" ucapku pada mereka, mereka masih terlihat kurang percaya dengan apa yang kukatakan.
tapi memang benar 'kan aku ini kekasihnya Ray?.
"k-kak, beneran??" salah satu dari mereka bertanya, aku menganggukan kepalaku pelan.
"emangnya aku terlihat berbohong? kalau tidak percaya tanyakan saja langsung pada Ray一"
ucapanku terpotong karena kepalaku ditepuk oleh seseorang, aku menoleh kearah sang pelaku.
"oh, kamu" ucapku begitu mengetahui bahwa yang menepuk kepalaku adalah kekasihku sendiri, Ray.
adik kelas yang duduk disekelilingku ini terlihat terkejut dengan kedatangan Ray, dalam batinnya mereka panik karena sedang membahas sang ketos.
"dicariin kemana-mana taunya nimbrung sama dekel, Emma jadi rusuh tuh ditinggalin sama kamu" omel Ray padaku, memang salahku sih tadi meninggalkan Emma begitu saja.
"maaf, habisnya lagi membahas sesuatu yang cukup seru" ucapku sambil terkekeh lalu perlahan bangkit dari duduk.
"baiklah, ayo. sampai bertemu dilain waktu, adik kelas yang manis!" seruku lalu menggenggam tangan Ray dan segera pergi dari meja itu.
"k-kak Feby!" panggil salah satu dari mereka, aku membalik badanku.
"m-maafkan kami yang sudah menuduh kakak yang tidak-tidak!" seru mereka, aku menarik senyum mendengar pengakuan itu. pasalnya aku tahu mereka mengenalku sebagai sosok yang baik, bukan seperti yang mereka bicarakan tadi.
"tidak apa! kalian lanjutkan saja istirahatnya" seruku membalas mereka, terlihat mereka menghembuskan nafas lega dan aku segera melangkah kembali dengan menggenggam tangan Ray.
"kalian bahas apa tadi? kok mereka sampai minta maaf ke kamu?" tanya Ray.
aku memakan takoyaki yang kupesan, Emma dan Norman sudah kembali kekelas sedari tadi jadi dimeja ini tersisa aku dan Ray yang duduk bersampingan.
aku menaruh jari telunjukku tepat didepan bibirku, "that's a secret, babe".
.
.
.
seminggu berlalu setelah penggibahan itu dan kini terjadilah perseteruan antara dua kubu yang saking memihak beda orang.
satu kubu Anna, dan satunya lagi kubu ku, Feby.
entah apa yang mereka seterukan, selama itu tidak mencoret nama baikku ya masih ku awasi saja.
lalu disinilah aku dan Ray berada pada jam istirahat kedua, taman belakang sekolah.
"Feb" Ray memanggil, lantas aku menoleh kearahnya.
"ya?" jawabku.
"You really don't want to tell me about that secret you said? aku penasaran, loh" tanya nya, aku terdiam karena bingung mau menjelaskan dengan bagaimana.
"yaa gimana ya, aku bingung jelasinnya" jawabku.
"tapi aku berniat kasih tau ke kamu kok, cuma bingung aja ceritainnya" lanjutku sambil mengusap tengkukku.
Ray terdengar menghela nafasnya, lalu tangannya meraih kepalaku dan ditaruh pada bahunya, menyuruhku bersender pada dirinya, sembari sesekali suraiku diusap olehnya.
"if there something is bothering you, just tell me" ucapnya membuatku menarik senyum, semilir angin yang berhembus membuatku memejamkan mataku karena kelembutannya.
"I'll definitely tell you"
.
.
.
jam sudah menunjukkan waktu pulang, aku mengemasi alat tulis dan buku pelajaranku.
"kak Feby, kak Feby!" namaku diserukan dari balik pintu kelas, aku sontak terkejut dan menghampiri pintu kelas yang dihadangi oleh beberapa adik kelas.
"ada apa?" tanyaku begitu melihat mereka berbondong-bondong memanggil namaku.
"itu! kak Anna bilang ia ingin bicara sama kakak dibelakang sekolah, tentang rumor pemaksaan kehendak yang kakak sampaikan waktu itu!" ujar mereka menjelaskan keadaan, aku lantas menghela nafas.
"baiklah, aku akan bicara. tidak apa 'kan kalau Ray ikut serta?" tanyaku.
"tidak apa, kak! malah bagus!"
"baik baik, bilang pada Anna aku akan segera menemuinya"
lalu kerumunan itu seketika bubar menyisakan aku yang berdiri sendiri dibalik pintu kelas, aku kembali ke mejaku untuk mengambil tas dan memberitahukan pada Ray.
"Ray, ikut aku, ya?" pintaku pada Ray yang sedang mengutak atik ponselnya.
begitu aku bertanya, ia langsung mematikan ponselnya dan menaruhnya disaku celananya "ikut kemana?" tanyanya balik.
"ikut menjelaskan semua kehadapan publik" oke, aku tau aku agak berlebihan menyebutkannya dihadapan publik, tapi setidaknya memang begitu keadaan sekarang.
Ray yang mengerti langsung mengangguk mantap, "baiklah, ayo".
.
.
.
ditaman belakang sekolah, terlihat ada sosok seorang gadis bersurai blonde yang dikepang dua masih mengenakan seragam sekolah tengah berdiri disana sembari menunggu seseorang.
dan seseorang yang ditunggu adalah aku, Feby.
aku berniat langsung menghampirinya tetapi Ray menahanku dan mengatakan.
"kita panggil Natt supaya dia tahu kelakuan asli Anna" usulnya, aku lantas menyetujukannya dan meminta tolong pada salah seorang adik kelas yang berada dipihakku untuk memanggil Natt dengan namaku.
"baiklah, kalau Anna macam-macam padamu aku akan langsung menghampirimu" Ray menggenggam tanganku, terlihat dari raut wajahnya ia cemas.
aku menarik senyum, "tidak akan, tenang saja" ucapku menenangkan Ray dan menghampiri Anna.
"yang ditunggu-tunggu datang juga akhirnya, aku menunggu cukup lama loh~" ucap Anna yang menyadari kehadiranku, seorang diri.
aku menyilangkan kedua tanganku didepan dada, "maaf, tadi ada sedikit urusan. jadi, untuk apa memanggilku?" tanyaku dengan sorot mata datar.
"baiklah, untuk awalan mungkin aku akan menanyakan kabar hubunganmu dengan Ray? apa baik-baik saja atau sedang ada masalah~?" tanya nya berbasa-basi. jujur, aku paling tidak suka orang yang berbasa basi terlebih dahulu baru menyampaikan tujuan utamanya.
tapi karena ini Anna, aku rasa aku perlu meladeninya sedikit.
aku menarik ujung bibirku, "heh, apa pedulimu?" tanyaku balik.
"oh ayolah, aku 'kan hanya sekedar bertanya~" balasnya dengan kekehan.
"terimakasih sudah bertanya, tapi hubunganku dengannya berjalan sangat amat baik" ucapku menjawab pertanyaan basa-basinya.
"lalu, apa tujuan utama mu memanggilku, Anna sang mantan kekasih Ray yang kini tengah menjalani hubungan dengan Natt?"
⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰
-✰ғʙʏʀᴀʏ81.
1078 word.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top