I'd Rather Die: 8

【SAKIT】

══⛧⌒*。

(Feby's POV!)

tuh 'kan, apa ku bilang.
pagi ini Ray mengabariku lewat ponsel bahwa ia izin tidak masuk hari ini karena demam.
pasti karena kemarin hujan-hujanan, bukan salahku loh ya. aku 'kan sudah memperingatinya, tapi ia tetap keras kepala menyuruhku yang memakai payungnya.
alhasil beginilah.. ya sudah, sepulang sekolah nanti aku akan pergi ke minimarket dan mampir kerumah Ray untuk menjenguknya.

selama pelajaran berlangsung aku tak bisa fokus, pikiranku bertanya-tanya bagaimana kondisi Ray saat ini.

argh gak boleh begini, aku gak boleh khawatir yang berlebihan!

lamunanku dipecahkan oleh Emma yang menyerukan namaku.
"Febyy!! hellooo~??"

"ah- maaf, Emma, aku sedang melamun" balasku dengan senyuman tipis.

"hmp! pasti kamu mikirin Ray, kan! udah anak itu gak bakal kenapa-kenapa kok kalau cuma demam! lebih baik kamu ikut aku ke kantin" ucapnya, aku mengulas senyum.

'benar, dia cuma demam dan akan segera sembuh jika istirahat yang cukup dan minum obat sesuai dosis'

.
.
.

akhirnya, bel pulang sekolah.
aku dengan segera mengemasi buku dan alat tulis ku dan keluar kelas.
lalu tidak sengaja aku berpapasan dengan Anna, tatapan matanya sinis sekali ketika melihat kearahku.

"oh, ada ceweknya Ray disini" ucapnya.

aku menatapnya tajam, "kau sudah bukan siapa-siapa Ray lagi, bukan?" tanyaku dengan penuh penekanan.

"tentu! aku sudah cukup puas dengannya, jadi silahkan bersenang-senang dengannya sesuka hatimu~" ucapnya sambil perlahan menjauh dariku, aku acuh dan langsung melangkahkan kaki menuju minimarket.

aku membeli buah untuk Ray, dan mengambil beberapa cemilan untukku.
aku membayar dikasir dan langsung menuju rumah Ray.

sesampainya rumah Ray aku menekan bel dan pintu dibukakan oleh Ray yang terlihat lemas.
"Ray?! kok malah kamu yang bukain pintu? mama gak ada kah?? ayo balik lagi kedalam" ujarku panik.

Ray dan aku duduk disofa, "ini aku beliin buah buat kamu, udah makan belum?" tanyaku.
Ray menggeleng lemah, aku menepuk jidatku pelan.
"mama gak tau kalau kamu sakit?" Ray kembali menggeleng.
"aduh.. ya udah aku masakin bubur sebentar kamu balik ke kamar, nanti aku anter buburnya kesana" ucapku dan Ray menatapku.
"gak usah.. repot-repot" ucapnya lirih.
"gak repot, udah aku anter kamu kekamar dulu aku masak buburnya terus kamu makan dan minum obatnya, ya!" Ray mengangguk pasrah, aku mengenggam tangannya dan menemaninya menuju kamarnya yang searah dengan dapur.
begitu selesai dengan Ray, aku segera melesat kedapur.

"mama, dapurnya aku pinjem, maaf kalau dibikin berantakan sama aku"

.
.
.

buburnya sudah matang dan aku menyajikannya didalam mangkuk, aku menaruh mangkuk itu dinampan dengan segelas air putih hangat. lalu aku menuju kamar Ray.

begitu aku masuk kamar Ray, terlihat Ray sedang membaringkan badannya. aku menaruh nampan itu dimeja dan mencoba membangunkan Ray.

"Ray, makan dulu"
lalu Ray perlahan mendudukkan dirinya dikasur, dan aku duduk dipinggiran kasur dan mengambil mangkuk dan menyendoknya, tak lupa meniupinya agar tidak terlalu panas lalu kuarahkan ke Ray.

"buka mulutmu" pintaku.
"aku bisa sendiri, Feb一"
"jangan ngebantah"
Ray pasrah, "baiklah" lalu aku menyuapinya.

.
.
.

"minum obat setelah itu istirahat, oke?" Ray hanya mengangguk lemas, diminumnya obat penurun demam itu lalu ia meminum air putih sebagai pendorong obat itu masuk.

"aku mau rapihin ini sebentar, kamu tidur aja一" ucapanku terhenti kala Ray menggenggam tanganku.
"kamu.. disini aja" pintanya dengan nada yang lirih.
aku menghela nafas, "ya sudah, aku temani kamu sampai tertidur" ucapku.

Ray merentangkan tangannya seakan ingin memeluk sesuatu, "can I have a cuddle, please..?"

sontak wajahku langsung memerah karena melihat ekspresi Ray yang sangat imut ditambah dengan permintaannya yang luar biasa diluar nalar.

ingat kata bocah yang disuruh angkat kardus atau galon atau apalah itu tapi keberatan? iya, benar sekali. GAK KUAAAT AKU GAK KUAAAAAAATTTT.

".. can I? " Ray bertanya kembali, aku langsung menghamburkan pelukan hangat padanya sesekali aku mengusap kepalanya.

"jangan lucu-lucu ah, bisa diabetes akunya nih" ucapku jahil sambil terkekeh.

Ray tersenyum tipis, "mana ada, orang kamu yang lucu kok"

teringat sesuatu aku mengarahkan jariku pada dahi Ray dan menyentilnya pelan.
"duh一 kamu kenapa sentil aku?" tanyanya.

"kan kemarin aku bilang kalau kamu sampai sakit bakal aku sentil, ya sudah itu tadi sentilannya hmp" jawabku sambil memalingkan wajah.

"ya maaf.. aku juga gak tahu kalau bakalan sakit habis hujan-hujanan kemarin" ucap Ray sambil terus memelukiku dengan erat.

"iya iya, aku maafin. udah sekarang istirahat, tutup matanya"
Ray berdehem dan menuruti perkataanku, ia menutup matanya mencoba mengistirahatkan tubuhnya yang sedang demam.

tak butuh waktu lama untuk Ray menuju ke alam mimpinya, aku tersenyum puas melihat Ray yang kini sudah tertidur pulas.

aku mengecup pipinya singkat dan mengusap surai hitamnya.
"sleep well, maniskuu. cepat sembuh, ya"


⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

-✰ғʙʏʀᴀʏ81.

742 word.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top