I'd Rather Die: 6

【TRUE FEELING'S】

══⛧⌒*。

"kamu gak capek, Ray?"
"karena ada kamu, makanya aku gak capek"
"ya udah kalau aku gak ada kamu capek, gitu"
"iya"
"ngawur"

Ray terkekeh, tangannya meraih kepalaku dan melepaskan topi putihku yang sedari tadi kupakai.

"jangan pake topi, nutupin muka kamu soalnya" ucapnya yang memegangi topiku.

"suka-suka aku lah" ucapku, aku mengambil topi yang Ray pegang dan hendak memakainya lagi tetapi tangan Ray menahanku.

"dibilang jangan ya jangan, ngeyel deh" dia melepaskan tangannya lalu beralih pada surai putihku yang terurai bebas. diselipkannya helaian rambut yang menutupi wajahku ke belakang telingaku, aku sontak sedikit merona karena tingkah laku Ray.

"nah, kalau gini 'kan cantiknya terlihat jelas" Ray mengelus suraiku lembut sembari tersenyum.

'manis..' batinku melihat senyuman Ray yang baru diperlihatkan.

"kamu udah capek, ya?" tanya Ray yang sudah menurunkan tangannya dari kepalaku.

"gak terlalu 'sih, cuma takut dicariin Giin aja" jawabku.

langit kini sudah berwarna kejinggaan, matahari juga ingin mengganti posisinya dengan sang rembulan. hembusan angin yang lembut berhasil membuat suraiku kembali menutupi wajahku, tapi dengan sigap aku menghalangi dengan tanganku.

"feb" aku menoleh kearah Ray.
"ya?"

"langitnya, indah ya"

aku menatap Ray, aku tahu betul makna dari perkataannya barusan.

aku menarik senyum tipis, "iya" balasku.

"feb" panggilnya lagi.
"yaa?"

"meskipun baru.. beberapa hari deket sama kamu, tapi aku merasa.." aku memiringkan kepalaku tanda bingung kala Ray menggantung perkataannya, dia terlihat sedikit gugup dengan rona merah muda tipis yang menjalar dari telinganya.

"aku ingin memilikimu.. aku ingin hubungan kita lebih dari sebatas teman ataupun sahabat" lanjutnya yang berhasil membuatku memerah padam dan salah tingkah.

"e-eh?"

"tapi ya, itu tergantung kamunya 'sih. kalau gak mau tidak apa一" ucapan Ray terpotong karena aku menarih jari telunjukku tepat didepan mulut Ray yang membuat Ray bungkam.

"prediksimu kali ini sepertinya salah, ya" aku menarik kembali jariku.

"eh? bukankah kau.. tidak menyukaiku?" ucapan Ray mampu membuatku tertawa.

"ahahha! haah.. darimana kau tahu soal itu?" tanyaku, Ray memalingkan wajahnya yang memerah karena malu.

"h-habisnya Emma mengatakan padaku bahwa kau selalu mengeluh ketika bersamaku.. jadi kupikir kau tidak nyaman dan tidak menyukaiku" jelas Ray yang masih mengalihkan wajahnya.

"alasan yang logis karena kamu memakai nama Emma, tapi kalau menurut kondisi sekarang sepertinya tidak logis" ucapku sambil menahan tawa.

"tidak logis..?" gumamnya.

"kalau aku merasa tidak nyaman aku pasti tidak akan menyetujui ajakanmu tadi siang, soal yang Emma bicarakan itu, aku mengeluh karena waktu itu kamu 'kan masih pacaran sama Anna, jadi Anna itu terus menggangguku" aku memperjelas keadaan.

"jadi, itu semua karena Anna terus menganggumu?" tanya Ray.

aku mengangguk, "salah satunya waktu kita berdua ditugaskan untuk menjaga perpustakaan, dia terus meminta padaku untuk bertukar posisi agar dia bisa bersamamu"

"keterlaluan" gerutu Ray.

aku menepuk-nepuk pundak Ray, "sudahlah lupakan saja tentang Anna. dan, bisa kau perjelas lagi perkataanmu dari awal? ingatanku sedikit buruk kalau soal menghafalkan, ahaha"

Ray meraih tanganku dan mengelusnya pelan, "cantik" ucapnya dengan nada memanggil.
"iya?" balasku.

tangannya yang memegang tanganku diarahkan pada dadanya, dirinya menarik senyum manis.
"apakah kamu bersedia untuk mengobati hati yang sempat terluka ini dan menempatinya?"

senyumnya.. manis sekali.
aku tak bisa tak terpesona dengan apa yang dihadapanku ini, ditambah dengan suasana yang mendukung. membuat jantungku berdegup kencang dan wajah yang merona.

aku membalas senyumannya, "kalau untuk Ray, aku bersedia"

Ray dengan segera memeluk diriku sambil mengelus surai putihku, "terimakasih" ucapnya.

aku membalas pelukannya dan menyembunyikan wajahku pada dada bidangnya, "terimakasih kembali karena sudah berjuang menghadapi sikap Anna yang sebelumnya", Ray mengangguk.

perlahan Ray melepaskan pelukannya, "udah hampir gelap, mau pulang?" tanya nya, aku mengangguk.

dan lagi-lagi suraiku dielus, ya tidak apa sih.
"takut abangmu cariin ya? aku antar pulang, ya" tawarnya, mendengar Giin disebut sebagai abangku lantas aku sedikit kesal.

"gak boleh manggil Giin abangku! kembaran tetep kembaran, gak ada abang adik hmp!" aku menyilangkan kedua tanganku didepan dada dan mempoutkan bibir.

tangan Ray yang tadinya mengelus suraiku beralih ke pipiku dan mencubitnya pelan, "iya iyaa, lucu deh kalau ngambek"

"Raayy!" rengekku, Ray terkekeh dan mengusap pipiku yang dicubitnya tadi.

'WOI COK一' batinku salah tingkah akan perilaku Ray yang sangaaat manis.

"mau izin" ucapku.

"izin apa?" tanya Ray yang terheran.

"izin melayang akibat kelakuan kamu" aku menyenderkan kepalaku dibahunya, dan Ray terkekeh akibat ucapanku.

"ada-ada saja albino punyaku ini"
"RAAAYY"

⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰

-✰ғʙʏʀᴀʏ81.

702 word.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top