I'd Rather Die: 4
『AFEKSI』
══⛧⌒*。
(third person POV!)
sekolah berjalan damai seperti biasa selepas hari kemarin diadakannya festival, bel pulang sekolah berbunyi dan anak-anak murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing.
pemeran utama laki-laki kita, Ray, kini sedang berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju kelas Anna.
Ray berdiri didepan kelas dan mulai membuka pintunya, "permisi, ada Anna tidak一"
"halo, Ray!" seruan Anna memotong ucapan Ray.
Ray sempat terkejut dengan kemunculan Anna yang secara tiba-tiba.
"ikut aku" Ray menarik tangan Anna dan membawanya ke halaman belakang sekokah.
"ada apa, Ray?" tanya Anna dengan polosnya.
"hubungan kita, sampai disini saja. aku minta maaf apabila terkadang aku terlalu keras membentakmu, dengan begini kita selesai" tegas Ray dengan sorot mata yang amat dingin.
"kenapa?"
"kenapa apanya?"
"kenapa kau memutuskanku secara sepihak?!" ujar Anna dengan air mata yang perlahan mengalir dari matanya.
"kalau kau bilang aku memutuskanmu secara sepihak, lalu ini apa?!" Ray yang kesal langsung memperlihatkan foto Anna dan natt yang Feby kasih.
Anna terkejut, "d-darimana kau mendapatkan itu??" tanya Anna dengan terbata-bata.
"bukan urusanmu" balas Ray.
"tapi yang jelas, ini benar kau dan natt 'kan" Ray mempertanyakan kembali masalah foto.
"iya.. itu aku dan Natt" jawab Anna dengan suara yang mengecil.
"perselingkuhan? peduli setan, aku memang semenjak naik kelas kemarin ingin memutuskanmu" Ray menarik kembali ponselnya dan berbalik badan.
"tapi Ray!一"
"apa? masih menginginkan sesuatu dariku? enyahlah" aura yang dikeluarkan Ray seketika membuat Anna gemetar ketakutan dan tak kuasa menatap Ray.
"kau bisa kembali. oh, dan selamat bersenang-senang dengan pacar barumu.
tunggu, atau bisa dibilang 'dompet' barumu?" ujar Ray dengan seringai nya.
Anna sedikit terkekeh dengan pandangan yang masih menunduk, lalu perlahan ia mengangkat kepalanya.
"ya, tepat sekali" ucapnya dengan senyuman licik.
.
.
.
(Feby's POV!)
aku menunggu dikelas disaat Ray menyelesaikan urusannya dengan Anna.
gimana ya keadaan Ray sekarang..
/kriet..
ah, pintu terbuka. Ray sudah selesai kah?.
aku menoleh kearah pintu dan benar, Ray yang membukanya.
aku bangkit dari kursiku dan menghampiri Ray, begitu pula dengan Ray yang berjalan kearahku.
"bagaimana?" tanyaku dengan raut cemas.
Ray terdiam dihadapanku sambil menunduk, lalu
/grep!
Ray memelukku dan menyembunyikan wajahnya dibahuku.
aku terkejut untuk beberapa saat lalu membiarkan Ray dengan posisi seperti ini untuk sementara.
"Ray?" dapat kurasakan bahuku yang mulai basah karena Ray yang menangis, aku sontak membalas pelukannya dan mengelus surai hitamnya.
"Anna.. benar-benar mempermainkan ku.." ucapnya disela-sela isakannya.
"udah, gak usah pikirin dia lagi. anggap aja cuma angin lalu, okey?" aku mencoba menenangkannya.
ternyata Ray seperti ini jika sudah berada dititik terendahnya, lucu tapi sebenarnya juga kasihan.
"hm.." tangisan Ray sudah berhenti, tetapi Ray masih memelukku dan menyembunyikan wajahnya.
"gak boleh nangis, Ray kan strong!" ujarku menyemangati Ray, sebenarnya menjahili sih, hehe..
"masa?" ucapanku berhasil membuat Ray mengangkat kepalanya.
"iya strong, stress tak tertolong, hehe" begitu aku menyelesaikan kalimatku, Ray memelukku lebih erat dan menaruh wajahnya diceruk leherku.
"R-Ray?!" aku memekik karena bagian leherku itu bisa dibilang sedikit sensitif apabila ada sesuatu disana.
"kebiasaan jahil, orang lagi sedih juga" protesnya.
"ehehe, ya maaf"
aku harap Ray bisa mencari pasangan yang lebih baik selanjutnya, seperti aku contohnya.
AHAHAHA GAK KOK, bercandaa~.
.
.
.
semenjak Ray putus dengan Anna, dia jadi menempel terus denganku.
setiap aku kesana pasti dia ikut, aku kesini juga dia ikut.
pengecualian ketika aku ke toilet, YA IYALAH一
terkadang Ray bisa menjadi sangat posesif padaku, melarangku mengerjakan tugas osis dan tugasku akan dikerjakan oleh dia.
tapi itu kan memang tugasku, ketos..
tak jarang dia terlihat sangat khawatir jija mendengar aku sedang banyak urusan maupun tugas.
ini jadi temen serasa pacaran, tau gak sih..
lalu sekarang aku dan Ray sedang berada diruang osis, Ray sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkas serta tugas milikku di mejanya.
"Ray sang ketua osis serta ketua kelas yang amat sangat kuhormati, bisakah aku saja yang mengerjakan tugasku dan anda mengerjakan tugas anda sendiri??" ujarku yang mulai merasa kesal, aku merasa tugas-tugasku menambah beban Ray.
Ray melirik kearahku sekilas dan kembali fokus, "tidak, lebih baik kamu duduk diam disitu" perintahnya.
aku menghela nafas dan duduk disofa ruang osis, "baiklah..".
(third person POV!)
"permisi pak, saya dan Feby izin tidak masuk kelas terakhir karena sedang dilanda tugas osis"
"..."
"baik pak, terimakasih. saya permisi"
telepon diputuskan secara sepihak oleh Ray, lalu Ray menoleh kearah sofa dimana tempat Feby berada.
"dibilang juga apa. dia tuh kecapean, masih tetep aja maksa mau ngerjain tugas" gumam Ray sembari menghampiri Feby yang sedang tertidur dengan posisi duduk disofa.
Ray melepas cardigan berwarna cream nya dan menyelimuti Feby dengan cardigan itu, lalu Ray kembali kemeja nya dan menyelesaikan tugas-tugasnya sembari sesekali melirik kearah Feby untuk memeriksa, Ray menarik senyum memandang Feby yang tertidur saking lelahnya.
"sepertinya aku mulai jatuh padamu"
⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰
-✰ғʙʏʀᴀʏ81.
775 word.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top