I'd Rather Die: 2
『FESTIVAL』
══⛧⌒*。
memang tidak buruk menjaga perpustakaan dengan Ray, tapi sangat buruk!.
sungguh, Anna sedari tadi terus membujukku untuk menukar posisi agar dia yang menjaga perpustakaan supaya dia bisa bersama Ray.
"ayolah Feb, kumohon ya?" tuh, dia masih membujukku.
aku menghela nafas, sudah berapa kali aku menghela nafas di book ini? entahlah.
"maaf Anna, ini bukan keputusanku melainkan keputusan pak James. aku tidak bisa menolak karena memang sudah diputuskan".
terlihat Anna memasang raut sedih dan kecewa, "ya sudah tidak apa, kalau sudah keputusan guru mau dibuat apa ya kan? haha" lalu ia keluar dari kelasku dan mungkin kembali ke kelasnya?.
aku melanjutkan perjalananku menuju perpustakaan, mungkin Ray sudah sedari tadi berada disana bersama pak James. duh karena Anna jadi telat kan.
/cklek..
"permisi" salamku begitu memasuki perpustakaan.
tidak ada yang membalas.
ku melihat sekeliling isi perpustakaan, kosong, tapi lampu dinyalakan.
apa Ray belum tiba? masih sibuk dengan urusan osis kah?.
aku berjalan ke meja tempat peminjaman buku dan melihat ada buku yang selalu Ray bawa disana.
aku mengambil buku itu, "ini buku Ray kan ya? orangnya kemana ini"
aku menaruh kembali buku itu dan memutuskan mengecek buku-buku yang ada diperpustakaan ini, siapa tau ketemu Ray.
oh ya, perpustakaan di SMA Gracefield ini ada dua lantai. tapi diatas jarang ditempati kebanyakan murid karena terlalu malas untuk naik tangganya.
"apa Ray diatas ya?" karena penasaran aku menaiki tangga menuju lantai atas.
aku mendapati seorang murid yang sedang menelungkupkan kepalanya diantara kedua lengannya yang ditekuk diatas meja, lengkap dengan buku yang terbuka.
"siapa lagi kalau bukan si ketos emo" gumamku sambil mendekati murid itu, dan duduk disebelahnya.
karena kebetulan dia tidur, jadi aku mencoba mengusap kepalanya.
gak tau kesambet apa, tapi pengen aja gitu.
baru juga usap dikit tapi dia langsung memposisikan kepalanya jadi miring, malah dijadiin wajahnya menghadap ke aku dong..
karena iseng dan ditambah niat ingin membangunkannya, aku menusuk-nusuk pipinya menggunakan jari telunjukku.
"Ray, Ray, bangun udah malem" jahilku.
Ray perlahan membuka matanya, "uh.. Feb?" tanyanya ketika sudah sepenuhnya membuka matanya.
"iyaa, ayo bangun yuk kita kebawah, takutnya ada murid yang dateng" ucapku sembari bangkit dari duduk.
Ray mengangkat kepalanya dan merapihkan buku yang sempat dibacanya, lalu bangkit dan mengikutiku turun kebawah.
"ah! maaf menunggu semua!" aku berseru melihat sudah ada beberapa murid yang berada didepan pintu perpustakaan yang masih ditutup.
samar-samar aku mendengar suara kekehan dari Ray yang melihatku sedikit kepanikan.
kekehan itu.. benar dari Ray..?
.
.
.
"kira-kira gimana keadaan kelas sekarang ya" tanyaku memecah keheningan diantara kita berdua yang sedari tadi hanya membaca buku.
"entah, semoga saja lancar" balas Ray yang masih fokus terhadap bukunya.
"semoga".
seorang siswi mendekati meja kita, "kak, aku mau minjam buku ini, boleh gak??" tanyanya sambil menyodorkan buku yang ia bawa.
"boleh kok, sebentar ya" aku mengambil buku itu dan mengeceknya, lalu aku kembalikan pada siswi tadi.
"mohon dikembalikan paling lambat satu minggu, ya" ucapku disertai dengan senyuman.
siswi itu mengangguk "baik, terimakasih kak! kalau begitu aku permisi".
sedari tadi para murid hanya meminta izin meminjam buku padaku, iya, hanya padaku dan Ray tidak sama sekali.
"Ray, kamu juga ikut bantu dong, jangan baca buku aja terus" protesku.
"aku sedia kok, cuma gak ada yang menghampiriku dari tadi" balas Ray sambil mengangkat bahunya.
"ya kalau kamu masang muka kayak gitu gimana ada yang mau ke kamu coba" ya iya lah, tatapannya dingin betul.
"eh, memangnya kenapa?" dia malah bertanya dengan raut wajah sok polos, haduh.
"matamu itu seakan menusuk saking dinginnya tatapanmu loh!" ujarku sambil menunjuk kearah Ray.
"apa iya?"
"iya!"
"gak tuh, biasa aja"
"kan yang liat aku dan para siswa, bukan kamu"
"tapi kan yang punya muka aku"
"justru karena itu mohon tatapannya sedikit lebih lembut!"
"hah, aku tidak一"
"a-anu kak.." suara seorang siswa memecahkan pertengkaran kecil kita berdua, aku segera membalas perkataan siswa itu.
"ya ada yang bisa dibantu?" tanyaku seramah-ramahnya.
"aku mau meminjam buku, apa bole一"
"kalau mau meminjam buku silahkan ke teman saya yang ini ya!" ujarku dengan senyuman yang amat manis.
Ray melihat senyumanku hanya bisa sweatdrop dan mengambil buku yang siswa itu sodorkan.
"jangan lupa untuk mengembalikannya paling lama satu minggu" datar bener bang.
"baik kak, terimakasih!"
.
.
.
"tumben Anna gak ketemu kamu" ucapku pada Ray, kini kita tengah jalan menuju kelas kita.
"gak usah bahas dia dulu" balas Ray dengan raut wajah yang kesal?.
"hubungan kamu sama Anna itu kenapa sih? kok gak bucin kayak orang pacaran biasanya" aku memang penasaran, tapi bukan berarti aku mengomentari hubungan kalian loh ya!.
Ray menghela nafas yang cukup berat, "pemaksaan" jawabnya singkat.
"pemaksaan? apa yang dipaksa?"
"dia selalu memaksaku untuk memenuhi keinginannya, kalau aku menolak ia akan terus menerus memintaku untuk memenuhinya. hanya ketika dihadapan banyak orang ia gak bisa melawan aku, karena itu sewaktu aku membentak dia, dia langsung pergi" jelas Ray panjang lebar, wow cukup rumit ya.
"masa Anna kayak gitu? jahat banget"
"tapi, kamunya pribadi suka sama dia gak?" aduh ngapain sih aku nanya ginian.
Ray menoleh kearahku, "siapa yang bilang suka?".
aku sontak terdiam menghentikan langkahku, dan Ray ikut berhenti.
"kenapa?" tanyanya.
"sebentar.. kalau misalnya kamu gak suka kenapa kamu jadiin Anna pacarmu?!" nadaku tidak sengaja meninggi, aku merasa sedikit kesal tapi entah rasa kesal itu merujuk ke siapa.
"sudah kubilang bukan, paksaan" jawab Ray dengan menekan kata paksaan sambil menatap tajam diriku.
sontak aku terkejut, "o-oh.."
Ray mulai berjalan kembali dan aku mengikutinya dengan diam dibelakangnya.
aku terus memikirkan perkataan Ray tentang Anna yang memaksanya, apa itu benar?.
.
.
.
"oh! Febyy!!" begitu aku masuk kelas aku disambut dengan teriakan Emma yang memanggil namaku.
"iya Emma" balasku.
"bagaimana, lancar?" tanyaku menghampiri Emma.
"lancar! meskipun ada beberapa kendala sih, hehe" jawab Emma dengan senyuman khasnya.
aku ikut tersenyum, "baguslah"
"oh ya, Ray kemana??" tanya Emma, loh iya juga, kemana perginya ketos emo itu??.
"entah, kukira dia sudah sampai duluan kesini" jawabku seadanya.
"ya sudahlah, ayo Feb kamu pasti belum makan 'kan?? akan kubuatkan crepe!" ahh Emma lucu dan baik sekali.
aku tersenyum menanggapi Emma, "baiklah, terimakasih Emma"
...
aku duduk dibangku taman sekolah untuk memakan crepe buatan Emma sembari mengecek rencana-rencana festival yang telah kutulis dibuku kecilku.
aku merasa ada seseorang yang duduk disebelahku, aku segera menoleh dan mendapati Ray yang duduk disana dengan membawa dua buah minuman.
"yo" sapanya.
"hai.."
sumpah, bukannya samperin pacarnya malah samperin sekretaris osis. biar ngapa cui?.
"kenapa kau kesini?" tanyaku yang heran.
"memangnya tidak boleh?" dia bertanya balik.
"bukan begitu, kenapa kau malah kesini dan bukannya bersama Anna?"
"sudah kubilang jangan bahas dia"
"tapi kalau kita posisinya duduk berdua gini bisa salah paham dianya"
"kau ini terlalu mengkhawatirkan perasaan orang yang belum tentu mengkhawatirkan dirimu. ini untukmu, aku pergi" Ray menaruh salah satu minumannya lalu pergi menjauh dariku.
"eh.. oh! makasih Ray!!" ucapku sedikit berteriak, agar Ray mendengarnya.
"yaaa" itu yang kudengar selepas aku bilang makasih.
tanpa berbasa-basi aku meminum minuman dari Ray, dan lanjut memakan crepeku.
tapi melihat Ray yang perhatian begini rasanya dia..
jadi manis..
⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰
-✰ғʙʏʀᴀʏ81.
1146 word.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top