15. Kau tidak mengerti
Happy Reading
Vote komen skuy
Baca sampai bawah karena ada hal penting
.
.
~Author~
Keesokan harinya.
Hari ini adalah hari sebelum diadakannya pernikahan, saat ini Mitsuki dan Yuna sedang berjalan-jalan di halaman rumah milik ayahnya Yuna.
"Mitsuki-kun, kau beneran sudah sehat?" Tanya Yuna, matanya menatap Mitsuki yang berjalan dibelakangnya, ekspresi pemuda itu sama sekali tidak ada perubahan, kulit Mitsuki juga tambah pucat.
"Ya."
Bisa dibilang Yuna seperti berjalan dengan boneka hidup, tapi gadis itu tetap berusaha berkomunikasi dengan pemuda dibelakangnya.
"Ah.. pernikahannya besok, aku tidak menyangka secepat itu," ucap Yuna.
"Aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk Mitsuki-kun," lanjutnya lagi dan tatapannya kembali melihat Mitsuki yang ternyata ekspresinya masih sama. Datar. Dingin.
"Mitsuki-kun ingin punya anak berapa?" Tiba-tiba Yuna menanyakan itu, niatnya ingin membuat Mitsuki bereaksi tapi ternyata pemuda itu masih sama tidak tertarik. Diam-diam Yuna menghela nafas, tapi dia tetap mencoba tersenyum. "Kalau aku dua, yang satu laki-laki dan satunya perempuan," lanjutnya lagi.
"Pasti kita akan menjadi keluarga yang manis,"
Ketika Yuna mengucapkan itu, Mitsuki tiba-tiba mendekati Yuna, mereka saling berhadap-hadapan, untuk Yuna, dia mendongak karena pemuda itu lebih tinggi darinya, gadis itu menatap dengan bingung.
Tangan Mitsuki terjulur ke pundak Yuna, dia menarik gadis itu mendekat, merangkulnya secara perlahan, dagunya diletakkan dibahu gadis itu.
"M-Mitsuki-kun?"
"Sebentar saja," ucap Mitsuki terdengar lemah membuat Yuna jadi tidak berbicara lagi.
Beberapa detik hingga Mitsuki kembali mengangkat wajahnya, kedua mata emasnya memandang Yuna dengan ekspresi tidak bisa ditebak, lalu beberapa saat kemudian gadis dihadapannya merasakan pukulan cukup keras dari arah belakangnya, tepat mengenai tengkuknya dan membuat Yuna terjatuh tidak sadarkan diri. Mitsuki menangkapnya.
"Kenapa kau pakai adegan meluk-meluk?" Sebuah suara terdengar tepat dibelakang Yuna, ternyata dialah pelaku pembuat Yuna pingsan.
"Aku hanya mengalihkan dia dan juga ninja bayaran ayahnya yang terus mengawasi," jawab Mitsuki tenang, walaupun tangannya masih menahan berat badan Yuna.
"Kalau begitu ayo kita pergi," ucap orang yang ada dihadapan Mitsuki.
"Aku tidak bisa, Boruto."
"Kenapa tidak bisa?" Orang yang ternyata adalah Boruto tampak bingung dengan perkataan Mitsuki, padahal mereka hanya keluar dan pergi begitu saja.
"Ada sesuatu yang ingin aku pastikan," jawab Mitsuki, lalu tangannya mengangkat tubuh Yuna ala pengantin.
"Tapi..."
"Kau awasi dari belakang saja Boruto, sekarang kembalilah sebelum ada yang melihatmu," ucap Mitsuki.
Boruto berdecak. "Kau ini." Lalu kemudian pemuda itu menghilang dari pandangan Mitsuki, pada awalnya memang Boruto yang dia lihat hanyalah kloningan.
Setelah Boruto pergi, kemudian Mitsuki membawa Yuna masuk ke dalam, beberapa pelayan langsung menghampirinya tapi Mitsuki mengabaikan dan tetap membawa gadis itu ke kamarnya.
Ketika di kamar gadis itu, Mitsuki membaringkannya dengan perlahan.
"Kenapa dengan anakku?" Ayah Yuna datang dengan pakaian ala jepangnya, dia menatap curiga kepada Mitsuki, dibelakang pria itu ada Orochimaru.
"Dia tertidur," jawab Mitsuki tanpa ekspresi.
Ayah Yuna langsung menghela nafas. "Kasihan sekali anakku, pasti dia susah tidur memikirkan acara besok," ujarnya.
"Terimakasih sudah menjaganya Mitsuki-kun, aku memang tidak salah memilihmu," lanjut pria itu lagi.
Mitsuki mengangguk. "Sekarang aku ingin istirahat." Ucapnya.
"Ah ya benar, lebih baik kita semua istirahat dan mengumpulkan energi untuk besok," kata Ayah Yuna tersenyum senang, dia menepuk beberapa kali bahu Mitsuki sebelum pria itu pergi keluar dari kamar Yuna.
Orochimaru menatap Mitsuki beberapa saat, sebelum dia berbalik untuk pergi.
••••••••
"Mitsuki"
"Mitsuki"
"Mitsuki!!!"
Gadis itu memajukan bibirnya, cemberut. Matanya memandang pemuda yang saat ini sedang tersenyum melihat gadis itu.
"Kenapa kau tersenyum?" Tanya gadis itu.
"Hanya senang melihatmu seperti itu."
"Aku sedang kesal."
"Aku tau," jawab Mitsuki kalem.
Diam beberapa saat sebelum Mitsuki menghampiri gadis yang sedang marah, dia duduk disamping gadis itu dan menepuk-nepuk kepalanya.
"Aku punya sesuatu untukmu," ucap Mitsuki memberitau, dia merogoh kantung celananya tapi tidak mendapati apapun, Mitsuki mengenyit.
"Sebelumnya ada disini," ucap dia, mencoba mencari benda yang dimaksud di saku yang lain tapi tetap saja tidak ada.
"Sudahlah," ucap gadis dihadapannya. Mitsuki melihat gadis itu dan terkejut mendapati tatapannya yang dingin.
"Aku akan membelinya lagi."
"Aku tidak butuh barang pemberianmu," tolak gadis dihadapannya dengan nada yang tidak biasanya.
"[Yourname] apa kau benar-benar marah?" Tanya Mitsuki, dia berusaha untuk menyentuh bahu gadis itu tapi ditepis.
"Jangan menyentuh, kau menjijikan."
Terkesiap. Mitsuki merasakan tangannya berdenyut karena ditepis cukup keras oleh [Yourname].
"Kau... Kenapa?" Mitsuki menatap tidak percaya bahwa gadis dihadapannya berubah.
"Aku hanya jijik dengan manusia buatan sepertimu,"
[Yourname] berdiri dan pergi meninggalkan Mitsuki.
"[Yourname]!!" Mitsuki mencoba mengejar tapi langkahnya langsung tertahan oleh sesuatu yang mengikat kakinya. Rantai.
"[Yourname] tunggu. Jangan pergi!!"
Mitsuki mencoba melepaskan rantai itu, tapi tidak bisa, dia melihat [Yourname] semakin jauh, dan jauh.
Tiba-tiba dihadapannya muncul banyak tabung berisi dirinya sewaktu kecil. Banyak dan semakin banyak, menghalangi pandanganmu dari [Yourname] yang sudah menghilang.
"Kau menjijikan."
Dirinya dari dalam tabung menatap Mitsuki dengan datar.
"Kau menjijikan"
"Kau menjijikan"
Mitsuki menggeleng, rasanya dia sulit bernapas dan sesak, mencoba bernapas tapi sulit, kalimat menjijikan seperti memenuhi otaknya. Mitsuki terjatuh.
Menjijikan.
Mitsuki membuka matanya dan mencoba bernafas, rasanya sesak, dia mengubah posisinya jadi duduk dan bersandar pada tempat tidur.
Ternyata itu mimpi.
Ada kelegaan dalam dirinya sekaligus rasa cemas. Lega karena mimpi, cemas katena takut itu menjadi nyata.
Dia harus cepat-cepat menyelesaikan ini dan kembali ke Konoha untuk menemui [Yourname], sebenarnya Mitsuki ingin langsung pulang akan tetapi Karin menghampirinya sehabis Orochimaru memberikan surat perjanjian [Yourname] dan dirinya.
"Aku memang tidak mengenalnya begitu jelas, tapi setidaknya aku sudah lama bersamanya dan aku tau bahwa dia pasti punya alasan," ucap Karin.
"Setidaknya lihatlah sampai selesai, jika itu merugikanmu, kau bisa langsung memberontak, aku akan membantumu," lanjut Karin lagi.
Jadi pada akhirnya perempuan itulah yang membuatnya berpikir beberapa kali untuk melarikan diri, mau bagaimanapun Orochimaru tetaplah orangtua yang menciptakannya.
Mitsuki melihat tangan kirinya, rasa berdenyut ketika ditepis oleh [Yourname] seperti nyata, membuatnya merasa cemas, takut semua itu menjadi kenyataan.
Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Karin dan Suigetsu. "Mitsuki, segera bersiap," ucap Karin, wanita itu sebenarnya ingin sekali membiarkan pemuda itu pergi akan tetapi dia tidak bisa.
Mitsuki tidak menjawab, dia hanya bangkit untuk berdiri, sebelumnya dia melihat Karin. "Apakah alat ini tidak bisa dilepas?" Tanya Mitsuki melihat kearah perutnya yang masih ditempeli alat penyegel kekuatannya.
"Aku akan membukanya nanti,"
••••••••
Acara pernikahan dihadiri oleh beberapa orang, tempatnya tepat dihalaman belakang kediaman mempelai wanita.
"Jadi dimana anakmu?" Tanya seorang pria kepada ayahnya Yuna.
"Dia akan segera tiba," ucap ayahnya Yuna dengan senyuman. Sedangkan Mitsuki sudah sedari awal menunggu bersama Orochimaru, dia benar-benar tidak sabar dan ingin segera menyelesaikan ini.
Seperti hal yang biasanya akhirnya mempelai wanitanya datang memakai gaun putih dan tudung yang menutupi wajahnya, melihat itu Mitsuki menatap datar.
"Baiklah karena mempelai wanita sudah datang, akan sangat menyenangkan bila kita memulai janji suci ini," ucap pembawa acara dengan riang, beda sekali dengan suasana mempelai prianya.
Beberapa sudah mulai berbisik-bisik sebelum Mitsuki mendapatkan kode dari Karin, lantas pemuda itu langsung mengangkat penutup wajah mempelai wanita. Semua terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Mitsuki.
"Mitsuki!!" Teriak ayahnya Yuna.
"Kalian menipuku?" Sebuah pertanyaan retoris Mitsuki keluarkan, dia memperlihatkan wajah mempelai wanitanya.
"Apa? Dia.."
"Ini bukan Yuna," ucap Mitsuki.
Mempelai wanita itu menunduk dan merasa malu atas apa yang dia lakukan, tentu saja wajahnya itu memperlihatkan ketakutan karena dia menipu dan menggantikan majikannya.
"Tunggu Mitsuki, aku juga tidak tau," ucap Ayahnya Yuna tapi Mitsuki hanya menatapnya datar.
Setelah itu beberapa shinobi dengan topeng anbu Konoha berdatangan, diikuti oleh seseorang dengan jubahnya yang membuat siapa saja tau bahwa dia adalah Hokage.
"H-hachidaime-sama!" Pekik salah satu orang.
Bahkan ayahnya Yuna juga sama terkejutnya, kemudian dia membungkuk. "H-hachidaime-sama sungguh kehormatan anda datang ke kediaman saya," ujarnya.
Konohamaru menatap ayahnya Yuna. "Aku datang kesini karena mendengar ada yang melakukan sesuatu yang tidak aku ketahui," ucap Konohamaru.
"A-apa maksud anda?"
Konohamaru memberikan isyarat kepada salah satu anbunya, lalu anbu itu mengangguk dan kemudian menghilang sebentar, beberapa saat kemudian dia datang diikuti oleh anbu yang lain, membawa sebuah kantung dan memberikannya ke Konohamaru.
"Kau pasti mengetahui ini apa, ini adalah salah satu dari barang yang kau gelapkan, seharusnya ini menjadi hak warga desa tetapi malah kau yang mendapatkan ini semua," ujar Konohamaru dingin.
Kedua bola mata ayahnya Yuna membesar, tangannya gemetar. "I-itu.."
"Tidak hanya itu saja, kau tau apa yang dilakukan anakmu?"
Perkataan Konohamaru terjeda karena Karin datang dengan Yuna yang berusaha memberontak. "Anakmu berusaha untuk membangkitkan seseorang yang mati," ucap Konohamaru.
Ayahnya Yuna melirik anaknya, dia sepertinya tidak tau untuk kasus Yuna. "Sudah aku bilang orang itu sudah mati!" Ayahnya Yuna berteriak, sedangkan Yuna menatap ayahnya dengan dingin.
"Aku mencintainya. Seharusnya aku menikah dengannya tapi ayah tidak pernah setuju dan membunuhnya!!" Yuna memekik dan memberontak bahkan Karin nyaris dicakar oleh gadis itu.
"Dasar anak sialan!"
"Kau tidak perlu menyalahkan anakmu, sekarang sesuai hukum yang berlaku, kau ditangkap atas penggelapan dana," ucap Konohamaru. Langsung saja beberapa anbu memegang tangan ayahnya Yuna.
"T-tunggu Hachidaime-sama!"
Konohamaru tidak mendengarkan. "Bawa mereka dan tahan di penjara," perintahnya.
"Tunggu.. tunggu!"
Tiba-tiba tangan Karin di gigit oleh Yuna dan akhirnya tangan itu terlepas. Yuna mengeluarkan pisau lipat, dia ingin sekali membunuh ayahnya.
"Kau.. mati!"
Grep.
Mitsuki langsung menahan tangan Yuna dan menguncinya, dia membuang pisau itu, gadis itu memberontak.
"Lepaskan aku, biarkan aku membunuhnya!" Dia meraung.
"Apakah dengan cara kau membunuhnya, kekasihmu itu akan kembali?" Mitsuki mengucapkan itu dengan nadanya yang datar.
"Aku melakukan itu untuk membalaskan dendam orang yang aku cintai," ucap Yuna, dia mendongak untuk menatap Mitsuki.
"Kau seharusnya mengerti bagaimana posisiku, bukannya kita sama?" Lanjutnya.
Mitsuki menggeleng. "Kita tidak sama."
Yuna diam beberapa saat sebelum terkekeh. "Tentu saja kau bilang begitu, karena pacarmu belum mati, kau tidak akan mengerti karena belum merasakan yang namanya kehilangan."
Mitsuki terdiam dia melihat sorot mata gadis itu yang hampa, sebuah tangan menyentuh bahunya. menyadarkannya, Karin menepuk bahu Mitsuki dan menyuruhnya untuk menyerahkan Yuna kepada anbu yang lain, Mitsuki mengangguk.
Kemudian dua orang itu dibawa pergi, beberapa bawahannya juga.
Konohamaru menghampiri Mitsuki. "Maaf tidak memberitaumu," ucapnya. Mitsuki mengangguk.
Beberapa detik kemudian Boruto dan Sumire datang, tangan Boruto bersidekap menatap Konohamaru jengkel. "Kenapa tidak bilang?" Tannya Boruto.
"Orochimaru-san yang tidak ingin mengatakannya," ucap Konohamaru, matanya melirik Orochimaru yang sedang menghampiri mereka.
"Terimakasih sudah membantu kami Orochimaru-san," lanjut Konohamaru.
Orochimaru mengangguk, lalu matanya memandang Mitsuki. "Maaf Mitsuki sudah membawamu ke masalah ini,"
Mitsuki tidak menjawab, Orochimaru sudah tau bahwa pemuda itu akan sangat marah padanya, lalu dia mengeluarkan dua kertas yang sudah dia simpan dengan aman di dalam tas Karin. Dia menyerahkannya ke Mitsuki.
"Itu adalah surat perjanjian kalian, dan alamat dimana [Yourname] berada," ucap Orochimaru.
Mitsuki melihat ada kertas kecil, jadi benar [Yourname] tidak di Konoha.
"Terimakasih."
Kemudian Boruto melihat Mitsuki. "Ayo Mitsuki."
Mitsuki mengangguk.
Selama diperjalanan Boruto terus memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana Mitsuki begitu percaya dengan Orochimaru.
"Aku tidak menyangka kau masih percaya."
"Aku hanya mengikuti insting ninjaku," ucap Mitsuki kalem.
Boruto berdecak, lalu mata birunya memandang gadis yang sedari awal setia mengikutinya. "Kau tidak lelah Sumire? Apa tidak sebaiknya kau kembali ke gedung penelitian?"
Gadis berambut ungu itu menggeleng. "Aku juga ingin melihat [Yourname]-san."
"Baiklah." Boruto tersenyum. Mitsuki hanya melihat pemandangan itu dalam diam, kemudian dia fokus kembali pada tujuannya.
•••••••••
Ketika sudah sampai di salah satu rumah dengan halaman luas yang ditumbuhi oleh beberapa pohon, lokasi ini cukup tersembunyi karena banyaknya pohon dan tanaman yang cukup tinggi.
Mitsuki langsung berlari diikuti oleh Boruto dan juga Sumire, dia melihat salah satu anak manusia berkulit pucat sedang menyirami tanaman. Anak itu mempunyai mata merah Sharingan. Ketika dia melihat Mitsuki, langsung saja dia masuk ke dalam, seperti menyuruh Mitsuki dan yang lainnya untuk menunggu.
Baru kali ini Mitsuki merasakan rasa tidak sabar yang berlebihan.
Kemudian dari dalam keluar pria yang wajahnya pucat juga, Mitsuki kenal orang ini.
"Ah, Mitsuki-kun," ucapnya.
"[Yourname],"
Pria itu mengerjap. "Ah soal itu.."
"Dimana dia?" Mitsuki benar-benar tidak sabar, Boruto juga ikut gemas.
Karena pria itu tidak menjawab apa-apa, Mitsuki masuk dan tatapannya langsung menajam menelusuri setiap ruangan, bahkan ada beberapa anak-anak yang terkejut dan menatap penuh siaga.
Mitsuki mencari ke setiap ruangan dari atas sampai bawah dan hasilnya nihil. Tidak ada.
"Mitsuki-kun." Sumire bersuara disamping Boruto, jujur dia merasa iba melihat Mitsuki yang begitu kalut.
"Hei Mitsuki, tenangkan dirimu dulu." Teriak Boruto, tapi Mitsuki tetap mencari bahkan ke halaman bekalang.
"Sebenarnya kemana [Yourname]-chan, Kabuto-san?" Tanya Boruto kepada pria pemilik rumah ini.
"Beberapa hari yang lalu, dia memang disini, Orochimaru-sama menyuruhku untuk membawanya, tapi ketika dua hari tinggal disini, tiba-tiba dia menghilang, kami sudah mencarinya menelusuri wilayah ini, tapi dia tidak ditemukan," jawab Kabuto.
Sumire dan Boruto saling pandang sebelum tiba-tiba Mitsuki menghampiri mereka dan menatap dingin kearah Kabuto. "Apa maksudmu dengan menghilang?"
"Dia tidak membawa apapun Mitsuki, aku juga tidak tau dia kemana," jawab Kabuto.
Mitsuki mengepalkan tangannya, mengapa dadanya kembali sesak dan dia merasa takut, tiba-tiba dia terjatuh dan memegangi perutnya.
"Mitsuki!" Mereka langsung menghampiri Mitsuki.
"Chakramu belum pulih Mitsuki, kau sudah menggunakannya secara berlebihan sekarang," ujar Boruto memarahi.
"Aku hanya mengeluarkan ular-ularku untuk memeriksanya," ucap Mitsuki. Mungkin ini efek alat yang ditempelkan oleh Karin.
"Lebih baik kau istirahat,"
"Aku ingin mencari [Yourname], Boruto." Mitsuki menatap Boruto sorot matanya putus asa dan frustasi, bahkan Boruto baru melihatnya selama dia berteman dengan Mitsuki.
Mitsuki mencoba berdiri dengan dibantu oleh Boruto, dia tidak boleh menyerah sampai disini.
"Boruto, Mitsuki-kun sudah lelah sekarang lebih baik kalian istirahat," ujar Kabuto, dia melihat chakra pemuda itu sedang dalam kondisi tidak baik.
Boruto mengangguk, dia berusaha merangkul Mitsuki, akan tetapi pemuda itu justru terjatuh, beberapa ularnya menghilang dan pemuda itu benar-benar tidak sadarkan diri.
To be continued
Sebelum kalian close, aku punya tantangan sekaligus permintaan kalau chap ini tembus 100 vote, aku bakalan update cepet chapter endingnya.
Sankyu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top