1. Pemuda tanpa ekspresi

Happy Reading

•••••••

"Ini laporannya Hokage-sama"

"Terimakasih"

Dua orang yang berada dihadapan Hokage itu mengangguk, menunggu perintah selanjutnya walaupun mereka sudah tau apa itu.

"Ngomong-ngomong emm Neko-san"

Seseorang yang dipanggil Neko berdiri tegak, membuat orang yang disebelahnya berjengit tidak suka.

"Panggilan itu agak tidak enak ya, walau sudah beberapa kali dipakai," kata Hokage sambil meletakkan dokumennya di laci meja.

"Sudah kubilang bukan, kau lebih cocok dipanggil Hebi," kata orang disebelahnya.

"Tapi tidak cocok dengan topengku," balas pemuda yang dipanggil Neko itu dengan nadanya yang datar.

"Sudah-sudah kalian jangan ribut," ucap Hokage menenangkan, padahal dua anbu ini tadi sangat sopan tapi beberapa saat kemudian bahasanya tidak formal lagi, ya. Memang salah Hokagenya juga sih.

"Sebenarnya bukan itu yang aku ingin bahas, melainkan.." Hokage kedelapan itu menggantungkan kalimatnya dan melihat kearah anbu dengan topeng kucing. "Orochimaru-san tadi datang dan ingin menemuimu, dia menyuruhku untuk memberitaumu agar kau sesekali harus mengunjunginya," lanjutnya lagi dengan nada yang prihatin.

Anbu bertopeng kucing itu terlihat menghembuskan nafasnya, kemudian dia mengangguk. "Akan aku usahakan"

"Baiklah jika ada apa-apa kalian bisa langsung datang padaku tapi jangan pakai topeng itu ya," ucap Hokage kedelapan itu dengan sedikit candaan walaupun dua orang didepannya hanya diam sama sekali tidak tertawa.

"Kami permisi Hachidaime-sama"

Dalam hitungan detik, dua orang itu menghilang meninggalkan Hokage mereka yang hanya bisa menggelengkan kepala.

"Padahal masih muda, tapi selera humor mereka seperti hilang," katanya entah pada siapa.

••••••

Dua orang itu keluar dari salah satu gedung, setelah sebelumnya melaporkan misi mereka pada atasan anbu, saat ini keduanya sudah melepaskan topeng dan memakai baju biasa.

"Jadi kau akan menemui orangtuamu, Mitsuki?" Tanya Inojin, sedari tadi dia cukup gatal ingin menanyakan itu selepas dari pertemuan mereka dengan Hachidaime.

"Mungkin, aku juga tidak tau," balas Mitsuki.

"Kau selalu kabur dari dia"

"Aku tidak kabur," protes Mitsuki masih dengan nadanya yang datar.

Inojin tertawa, jujur saja dia merasa terhibur dengan penderitaan rekan seangkatannya ini. "Jika Boruto ada disini, pasti dia akan terhibur dengan semua yang kau alami," ucap Inojin dengan kekehan.

Mitsuki tidak membalas, dia hanya diam. "Ngomong-ngomong setelah ini kau mau kemana?" Tanya Inojin lagi.

"Pulang"

Inojin melenguh. "Membosankan sekali hidupmu, Mitsuki, pantas saja Orochimaru-san ingin menikahkanmu dengan seorang gadis," ucapnya dengan kalimat yang cukup pedas.

"Itu tidak ada hubungannya"

"Sudahlah, kau tidak akan mengerti jika kau hanya melakukan itu seperti alat besi yang diproduksi oleh keluarganya Denki," ucap Inojin dengan kepala yang menggeleng. "Aku prihatin padamu, lebih baik nanti malam kau ikut denganku"

"Kemana?"

"Aku dan teman-teman ingin melakukan pesta kecil-kecilan, sebenarnya yang mengajak ini Denki sih karena dia telah berhasil meresmikan minidroid 9 bijuu," ucap Inojin dengan nadanya yang terlihat tertarik.

"Minidroid?"

"Kalau kau penasaran datanglah, oke, sampai jumpa Mitsuki, maaf aku tidak bisa berlama-lama denganmu karena harus bertemu Shikadai." Inojin mengucapkan itu dengan lambaian tangan meninggalkan Mitsuki yang hanya menatapnya dengan tanda tanya besar.

Kemudian tanpa terasa detik berlalu menjadi menit, menit berlalu menjadi jam, hingga siang hari berganti malam. Akhirnya tibalah para generasi muda itu berkumpul di salah satu restoran daging terenak, apalagi kalau bulan Yakiniku Q.

"Terimakasih teman-teman karena sudah datang," ucapan pertama kali Denki membuka suasana yang tercipta diantara mereka terpecah.

"Kami yang harusnya berterimakasih karena diundang secara gratis, Denki," respon Iwabe dengan cengirannya.

Denki tersenyum dan mengangguk. "Selain mentraktir kalian atas keberhasilanku, aku juga mengizinkan kalian untuk membawa satu minidroid buatan perusahaanku, silahkan kalian bisa pilih, ini limited." Kata Denki yang langsung disambut oleh mereka dengan kata wow.

"Sebelum itu apakah hanya kalian yang hadir?" Tanya Denki, dia melihat kelima temannya.

"Tadi aku mengajak Mitsuki, mungkin dia akan datang," kata Inojin yang saat ini duduk diantara Shikadai dan Choucho.

"Beberapa diantara mereka sibuk," kata Metal Lee, dia duduk disamping Iwabe.

"Konbawa"

Semua menoleh kearah dua orang yang baru datang. "Halo apakah kami terlambat?" Tanya gadis dengan kacamatanya.

"Mitsuki-kun, Sarada-chan." Denki berseru senang. Ternyata dua anggota team tujuh itu datang juga.

"Maaf kami terlambat ada urusan di rumah sakit dan aku juga baru tau tentang keberhasilanmu Denki," kata Sarada, dia mengambil tempat disebelah Choucho, sedangkan Mitsuki memilih duduk diantara Inojin dan Metal Lee.

"Iya maaf ini terkesan tiba-tiba"

"Tidak apa-apa," ucap Sarada. "Untungnya Mitsuki memberitauku tadi," tambahnya lagi.

"Aku diberitahu oleh Inojin, jadi kupikir lebih baik mengajak Sarada juga," kata Mitsuki masih dengan wajah tanpa ekspresi.

"Baiklah jika begitu, ayo sekarang kita makan." Denki berseru. "Setelah ini kalian bisa ambil minidroid yang kalian inginkan," tambahnya lagi.

"Untuk keberhasilan Denki, ayo kita bersulang." Iwabe berteriak.

"Kanpaii"

••••••••

Sebuah desisan membangunkan Mitsuki, dia membuka matanya dan mendapati sebuah ular putih mendesis kearahnya.

"Mitsuki kapan kau akan pulang ke rumah?"

Suara itu berasal dari ular tersebut, jelas Mitsuki tau siapa pemilik suara itu, dengan sangat kejam, dia menghancurkan ular itu menggunakan tangannya, untuk kali ini Mitsuki hanya ingin berbaring dikasurnya dan memeluk bantal gulingnya yang hangat.

Mitsuki tidak tau bahwa tidur di kasurnya akan sangat senyaman dan sehangat ini, dia pikir hanya sinar matahari yang mampu menghangatkan tubuhnya, ternyata kasur dan gulingnya juga bisa hangat.

"Mmhh"

Lenguhan menerebos masuk ke telinga Mitsuki, ketika dia memeluk gulingnya, bau yang lembut memaksanya untuk tersadar bahwa gulingnya bukan beraroma seperti ini, dia menjauhkan gulingnya dan menatap apa yang dia peluk.

Sebuah ralat seorang gadis dengan rambut cokelat lembut seperti kapas tertangkap retinanya, matanya yang semula hanya terbuka malas-malasan kini benar-benar terfokus pada gadis yang saat ini sedang menggosok-gosokan matanya, sebelum kedua matanya itu terbuka menampilkan bola mata yang hangat.

Beberapa detik hanya saling pandang.

Beberapa detik saling menilai.

Beberapa detik melihat situasi.

"Ahh"

"Ah?" Mitsuki membeo, dia tidak tau apa maksudnya.

Gadis didepannya mengerjap hingga.

"Huaaa"

Mitsuki terdorong cukup keras karena tidak menyangka akan mendapat serangan dadakan dari tangan-tangan mungil itu, punggungnya terlebih dahulu menyapa lantai dengan bunyi yang keras, hingga rasanya Mitsuki ingin mengaduh.

"Kenapa kau mendorongku?" Mitsuki mengelus punggungnya, walau terasa sakit tapi ekspresi Mitsuki masih biasa saja, tidak berlebihan walaupun masih ada ringisan disana.

"Kau siapa?" Tanya gadis itu dengan melihat Mitsuki waspada.

"Aku Mitsuki"

"Bukan itu maksudku, tapi kenapa kau ada disini?"

"Ini rumahku," jawabnya lagi sambil membereskan bantal yang terjatuh dilantai.

"R-Rumahmu?" Gagap gadis itu tidak percaya, ekspresinya masih belum menyadari keadaan, sehingga membuat Mitsuki menatapnya dengan tatapan dinginnya.

"Tubuhmu"

Gadis itu dengan refleks menutup tubuhnya dengan selimut, apalagi setelah tau bahwa dia tidak memakai apapun, tatapannya horror.

"Kau.."

"Aku tidak melakukan apapun"

Melihat ekspresi Mitsuki yang sama sekali tidak mendukung tindakan dengan apa yang dia lakukan pada saat ini membuat gadis itu hanya bisa mengerutkan dahinya, mencoba berpikir ulang apa yang terjadi, tapi hasilnya nihil, dia tidak ingat apa-apa.

Disisi lain Mitsuki juga melakukan hal yang sama, dia curiga ini adalah perbuatan Orochimaru.

"Kau kenal Orochimaru?" Tanya Mitsuki dengan mata emasnya yang menatap tajam.

"O-Oro apa?" Gadis itu merinding melihat tatapan itu, seperti ular beracun yang siap kapan saja membunuhnya.

Tiba-tiba beberapa ular keluar dari tubuh Mitsuki, membuat gadis itu tambah ngeri. "Astaga apa itu?" Dia berdiri diatas kasur dengan selimut yang dia tahan di dada.

"Kau kenal Orochimaru?" Mitsuki mengulang kalimatnya lagi. Gadis itu menggeleng. "Aku tidak kenal," jawabnya.

"Siapa namamu?"

"[Yourname]"

"Darimana kau berasal?"

[Yourname] terdiam, dia bingung harus menjawab apa.

"Kau tidak bisa menjawab?" Ular-ular itu berdesis sehingga membuat [Yourname] berjengit.

"Aku tidak bisa"

Ular-ular itu semakin mendekat kearah [Yourname] yang saat ini sudah ingin menangis, tapi tiba-tiba bunyi poof membuatnya melirik kearah tempat hewan melata itu, ternyata mereka sudah lenyap.

"Ikut aku"

Mitsuki menarik tangan [Yourname] sehingga membuat gadis itu terhuyung kedepan, jatuh dipelukan Mitsuki. Wajah gadis itu menempel pada dada bidangnya.

"Tunggu dulu!" [Yourname] menahan Mitsuki yang seperti ingin menggendongnya.

"A-Apa tidak ada pakaian yang bisa aku pakai?" Tanyanya dengan menggeliat tidak nyaman, merasa aneh dengan pemuda bermata emas yang sama sekali tidak mempedulikan dia telanjang.

Mitsuki terdiam beberapa saat, sebelum melepas [Yourname] untuk duduk di kasur, langkah kakinya membawa dia kearah lemari pakaian tidak jauh darisana, membuka, lalu mencari pakaian yang cocok.

"Ini"

Mitsuki melempar kaus putih polos dan celana panjang, [Yourname] menatap beberapa saat, sebelum pandangannya memelas. "Tidak adakah jaket?"

"Memangnya kenapa dengan itu?" Tanya Mitsuki dengan ekspresi penuh tanda tanya, membuat [Yourname] ingin sekali memukulnya, apakah dia harus bilang kalau dadanya nanti akan terlihat?

"Aku ingin yang tebal"

Mitsuki menghela nafas, dia mencari lagi, sebelum pandangannya jatuh kepada sebuah plastik berisi jaket pemberian Boruto.

"Tidak ada lagi selain ini." Mitsuki memberikan jaket berwarna biru dengan motif hitam itu kepada [Yourname], gadis itu mengangguk.

"Terimakasih eum.."

"Mitsuki"

"Terimaksih Mitsuki"

Ketika [Yourname] ingin membuka selimutnya, ekor matanya menangkap Mitsuki yang masih ada disana.

"Kau tidak keluar?"

"Aku memastikan kau tidak kabur," ucap Mitsuki dengan pandangannya yang mengawasi [Yourname], seperti tahanan saja, padahal dia sendiripun tidak tau mengapa ada di tempat Mitsuki.

"Aku tidak akan kabur"

Mitsuki diam. Tidak bergerak.

"Janji"

Masih diam.

"Aku mohon"

Akhirnya Mitsuki keluar walaupun dia masih berjaga di depan pintu. [Yourname] hanya menggeleng melihat itu, dia baru pertama kali mendapati ekspresi dari pemuda yang begitu kaku melihat perempuan telanjang.

"Mungkinkah dia impoten?" Batin [Yourname] bertanya-tanya.

To be continued

Keterangan: minidroid itu murni karangan author ya jadi semacam mainan kecil gitu, kalau disini bentuknya mirip boneka Shukaku dan Kyuubi di episode boruto waktu Himawari jalan-jalan sama Naruto. Lupa episode berapa hehehe

Jadi gimana? Next?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top