Ivy
3 Desember 2024
Selamat datang dicerita Axcel & Annisa. Cerita ini lanjutan dari novel Me After You. Bagi kalian yang sudah punya novelnya bisa dibaca ulang untuk mengingat kisah mereka dari awal.
Untuk yang baru bergabung. Selamat menikmati rasa sakit ini. Seperti janjiku pada kalian untuk upload cerita Axcel & Annisa setelah cerita Nyimas Senja tamat.
Mari kita tes ombak dulu.
Cerita ini pasti akan banyak kontroversi jadi bijaklah dalam membaca ya.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
"Kamu bisa langsung kerja setelah tanda tangan. Pastikan kamu setuju dengan semua persyaratannya. Gaji akan kamu terima setelah kontrak kerja dengan klien selesai. Semua biaya hidupmu sepenuhnya akan ditanggung oleh klien. Perusahaan akan mengurus semua perubahan identitasmu dan membuat asuransi kesehatan. Kamu bisa mengajukan libur jika klien setuju. Kamu dilarang mengungkap identitas pribadi dan menjalani pernikahan sesuai keinginan klien. Pernikahan tidak bisa dibatalkan, jika salah satu dari kalian membatalkannya, pihak yang membatalkan akan dikenakan denda. Setelah itu kalian dilarang berkomunikasi satu sama lain."
Annisa melihat secarik kertas di atas meja yang berisi semua perjanjian dan peraturan. Kontrak kerja yang diberikan padanya, secara tidak langsung akan mengikatnya. Untuk saat ini Annisa memang tidak memiliki banyak pilihan, jika ingin melanjutkan hidup, jalan termudah sudah ada di depan mata. Annisa hanya harus sepakat dengan dirinya sendiri untuk tidak menyesal dikemudian hari. Ini adalah kesepakatan kedua yang tidak akan pernah dia ingkari setelah berjanji tidak akan pernah jatuh cinta lagi.
"Annisa."
"Ya?"
"Aku tau kamu sangat putus asa sekarang, tapi aku harap kamu tetap pikirkan baik-baik. Aku akan beri waktu sampai lusa jika kamu masih ragu. Sebenarnya kamu masih punya kesempatan untuk menjadi dokter, aku bisa mengusahakannya untukmu."
"Aku tidak suka berhutang, Katrina."
"Aku tidak akan menganggap kamu berhutang."
Annisa menggeleng. "Aku hanya ingin tidak menjadi Annisa lagi."
Katrina melihat Annisa beberapa saat. "Kamu tidak harus mengambil jalan seperti kami. Aku tau, kamu bukan perempuan yang suka bermain-main."
"Di dunia ini kita bekerja untuk sebuah alasan. Kita bekerja karena kita membutuhkan uang, atau hanya sekedar mengisi waktu luang, bukan karena kita sudah pasti akan bersenang-senang."
Annisa mengambil pulpen dan langsung menandatangani surat kontrak kerja itu dengan keyakinan penuh. Tanpa melibatkan perasaan dan hanya bersandar pada logikanya. Dia harus bertahan hidup di tengah kerasnya kota setelah skandal keluarganya tersebar, kini dia hidup tanpa dukungan finansial, ditambah dengan kenyataan bahwa laki-laki yang dia cinta hanya meninggalkan luka. Tuhan pernah ada dipihaknya, tapi Annisa merasa Tuhan terlalu pilih kasih. Untuk semua alasan yang sudah ada, untuk apa memikirkannya sekali lagi.
Ada banyak yang harus Annisa lakukan setelah ini, tapi dia tetap akan memegang pendiriannya. Bagaimana pun sekarang Annisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa dia andalkan selain menetapkan sesuatu yang paling menguntungkan. Annisa telah membuang hati nuraninya, hanya menyisahkan sedikit perasaan untuk bertahan. Menurutnya hidup memang berjalan terlalu konyol.
Bukan berarti Annisa tidak pernah berusaha menjadi baik, dia sudah sangat berusaha, sayangnya kehidupan tidak pernah baik-baik saja. Meski begitu dia tidak ingin lagi menyesali masa lalu. Bagi Annisa yang terpenting adalah dirinya sendiri. Semua yang tertinggal di belakang tidak akan pernah dia ingat lagi.
Perempuan berambut pendek yang duduk di seberang Annisa tersenyum setelah mendapati apa yang dia mau. Asap rokok mengepul di antara mereka seperti masalah yang telah menjerat Annisa selama berbulan-bulan ini. Katrina datang sebagai penyelamat. Tanpa sengaja mereka bertemu di tengah kondisi yang membingungkan, tapi mereka cepat akrab. Entah karena memang berada pada posisi yang sama atau karena mereka saling memahami saja. Annisa merasa Katrina lebih dapat dipercaya dari seluruh orang yang pernah dia kenal.
"Baiklah. Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah melepas kerudungmu. Pekerjaan kita tidak boleh membawa atribut agama. Coba pikirkan untuk mengganti namamu juga. Kira-kira, ada nama yang kamu sukai selain namamu sekarang?"
Annisa sudah memikirkannya. "Ivy."
"Ivy? Terdengar cocok. Untuk menghapus tentang Annisa dari mata semua orang kita butuh waktu. Ah, setahun yang lalu kamu pernah ke Indonesia, bukan? Apa ada seseorang di sana yang perlu kamu hindari sehingga kamu kembali lagi ke sini?"
"Tidak ada".
Bohong, tentu saja ada orang yang perlu dia hindari, tapi bukan berarti Annisa akan menyurutkan keinginannya untuk merubah identitas. Butuh banyak kemungkinan untuk bertemu lagi dengan laki-laki yang sudah membuatnya hancur berkali-kali setelah namanya berubah menjadi Ivy. Sepenuhnya mereka akan berada di dunia yang berbeda.
"Bagaimana kalau aku mencarikan klien yang berasal dari sana? Anggap saja itu sebagai masa trainingmu dan liburan ke kampung halaman. Setelah itu kamu bisa kembali ke sini dan memulai hidup baru."
"Aku ingin bertanya."
"Silahkan."
"Apa kamu bisa melindungi ibuku selama aku pergi?"
"Ya, tentu bisa. Ane akan menyiapkan segala hal untukmu. Kebetulan dia sedang berhenti untuk sementara."
"Aku hanya cuti dua minggu," balas Ane yang dari tadi duduk di antara Katrina dan Annisa. "Tapi aku tidak keberatan sama sekali. Kau tau bagaimana susahnya berurusan dengan laki-laki, aku butuh istirahat."
Katrina menarik bibirnya. "Pastikan kamu harus bisa mengatur perasaanmu. Aku bisa melindungimu secara fisik, akan ada orang yang akan memonitorimu secara berkala, tapi tentang hati. Aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Perusahaan tidak mau mengambil resiko dengan kelahiran anak yang tidak diharapkan. Jadi tetap berhati-hati, hapalkan manualnya, itu akan sangat membantu."
Ane menghela napas lalu bangkit berdiri. "Sekarang saatnya berubah menjadi Ivy."
Annisa mengangguk lalu berdiri mengikuti Ane, mereka meninggalkan ruangan itu bersama-sama, berjalan berdampingan melewati koridor menuju lift.
"Kita perlu banyak membeli sesuatu. Kamu juga perlu untuk make over. Kita bisa pakai kartu Katrina untuk memenuhi semua kebutuhan awalmu."
Annisa melihat Ane, gadis itu lebih muda beberapa tahun darinya, tapi terlihat lebih berpengalaman. Pembawaannya ceria dan sangat menyenangkan berlama-lama menatap wajahnya. Ane memiliki setengah dari daya pikat perempuan yang diperlukan untuk membuat laki-laki tertarik padanya. Meski begitu, Ane mengaku pada pertemuan pertama mereka dia sangat pemilih perihal laki-laki.
"Kita juga perlu ke dokter. Seperti kata Katrina, lebih baik menjaga diri sendiri daripada menyesal nanti. Iya'kan?"
Annisa mengangguk lalu pandangannya teralih ke pintu lift yang sudah terbuka. Mereka masuk beriringan dan Ane menekan tombol lantai tujuan mereka.
"Katrina pernah melakukan kesalahan delapan tahun lalu, dia kehilangan bayinya dan laki-laki itu pergi meninggalkannya. Beruntung pemilik perusahaan ini menerima Katrina lagi. Banyak rumor yang beredar di antara kami bahwa Katrina memang permata yang dijaga. Tapi itu pengecualian yang sangat jarang. Kamu jangan coba-coba melakukannya."
Pandangan Annisa kembali menatap Ane yang berdiri di sampingnya. "Bagaimana Katrina bisa kehilangan bayinya?"
"Kecelakaan mobil. Mungkin kamu sedikit mengingatkannya waktu muda."
"Aku? Kenapa?"
Ane tersenyum lebar. "Katrina juga bukan berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya kaya raya, pemilik saham perusahaan minyak Solid, tapi kedua orangtuanya dibunuh dan Katrina kehilangan seluruh hartanya. Aku sudah kenal Katrina lima belas tahun, tapi aku belum pernah melihatnya begitu hidup seperti saat dia melihatmu." Ane terkekeh saat bayangan masa lalu kembali berputar di kepalanya. "Ya benar, kamu seperti Ane waktu muda. Aku masih bisa mengingatnya meski samar. Cantik, lugu, jujur dan mudah diperdaya."
Pintu lift kembali terbuka tapi tidak ada satu pun di antara mereka berdua yang meranjak dari posisinya untuk keluar. Annisa masih berkutat pada rencana yang akan dia jalankan sedangkan Ane sendiri terlalu tenggelam di masa lalunya.
"Setelah keluar dari pintu lift ini, aku akan menjadi Ivy."
Ane tersadar, lalu dia menaruh perhatian pada Annisa. Untuk beberapa detik dia melihat Annisa dengan pandangan yang berbeda.
"Masih ada kesempatan untuk merubah pilihan. Aku rasa Katrina berharap hal yang sama untuk sekarang. Dia tidak biasanya bertanya dua kali mengenai keputusan anak-anaknya. Bahkan saat itu aku tidak mendapatkan pertanyaan seperti yang kamu dapati."
"Apa yang tersisa dari perempuan jika dia sudah kehilangan cintanya?"
"Masa depan, kita selalu punya masa depan."
"Ane, apa kamu percaya ada laki-laki baik yang akan menerima perempuan seperti kita?"
Ane mengangguk dengan semangat. "Kita juga masih manusia, lagi pula apa hebatnya pernikahan? Dua orang saling menandatangi janji di atas secarik kertas untuk terikat, bukankah itu berarti mereka berdua tidak dapat dipercaya?"
"Apa kamu tidak ingin benar-benar menikah suatu hari nanti?"
"Pernikahan sesungguhnya tidak ada dalam rencana hidupku. Aku bukan seperti Katrina atau kamu. Aku anak yatim piatu. Dari hari pertama aku datang ke dunia, aku tidak pernah mengenal cinta. Bagaimana dengan kamu, Nis? Aku yakin kembali ke Indonesia bukan pilihan yang menyenangkan, aku bisa tau dari raut wajahmu."
Annisa bisu beberapa saat sebelum mengambil langkah untuk keluar dari masalahnya. "Aku akan tetap menjadi Ivy meski dia datang kembali dalam hidupku."
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top