Ch 8. Who is he?
Happy Reading
Normal Pov
"Ranpo"
"Ranpo"
Ranpo membuka matanya dan seketika mengerjapkan matanya karena cahaya terang yang tiba-tiba muncul.
"Ranpo," setelah membiasakan diri dengan cahaya itu, Ranpo melihat kearah orang yang sedari tadi memanggilnya.
"Sachou?" Ranpo menatap orang yang ternyata adalah Fukuzawa, ketua agency detective bersenjata.
"Ranpo kenapa kau tidak kembali?" Sachou mengeluarkan pertanyaan yang seketika di jawab oleh Ranpo
"Sachou, aku tidak tau caranya kembali,"
Fukuzawa melihat Ranpo dengan serius
"Pikirkanlah, dan cepatlah kembali,"
"Tapi.." kalimat Ranpo terpotong dengan kalimat Fukuzawa selanjutnya.
"Dunia itu bukan duniamu, segeralah kembali atau kau akan sangat berat untuk kembali," Fukuzawa segera menghilang dan membuat Ranpo celingukan mencari Fukuzawa.
"Sachou?" Tiba-tiba Ranpo mendapati cahaya yang begitu silau hingga membuat Ranpo menutup mata.
Dan ketika Ranpo membuka mata, yang dia dapati hanya atap rumah yang sekarang dia tempati di dunia ini.
Ranpo seketika teringat ucapan Fukuzawa sebelum dia bangun dari tidur
"Dunia itu bukan duniamu, segeralah kembali atau kau akan sangat berat untuk kembali"
Ranpo mengernyit bingung "berat?" Tanyanya dalam hati.
"Aku sangat ingin pulang dan sama sekali tidak merasa berat untuk meninggalkan tempat ini," gumamnya menatap langit atap.
.
.
.
Reader Pov
.
.
.
"Huaaa rasanya kepalaku ingin meledak," kamu bersuara keras ketika kamu sedang belajar di ruang TV tepatnya di lantai bawah.
Ranpo yang sedang menonton Televisi sambil memakan dango buatan Hikari hanya melihatmu sekilas dan tidak peduli, dia lanjut menonton kotak persegi itu dengan penuh minat.
Selamat siang, kami dari saluran TV JJP menginfokan bahwa baru saja terjadi sebuah kasus orang hilang secara misterius. Sudah beberapa Minggu ini banyak orang yang hilang dan rata-rata mereka adalah penjahat kelas atas Dengan kasus yang berat yang akan di eksekusi mati, berikut ini ialah beberapa fotonya.
Kamu dan Ranpo secara bersamaan melihat foto yang di tampilkan di televisi tersebut, ada 3 orang.
Jika kalian melihat orang-orang tersebut segara beritahu pihak yang berwajib.
Ranpo langsung mengganti saluran tersebut.
"Kenapa harus di cari? Bukankah malah bagus mereka menghilang begitu saja, berarti tidak perlu eksekusi mati atau hal-hal yang lain,"
Ranpo melirikmu yang sudah duduk di dekatnya.
"Seorang bocah tidak akan mengerti hal-hal yang seperti ini," kata Ranpo yang membuat kamu menatap sebal.
"Oh ya? Kalau aku bocah, bagaimana denganmu yang seenaknya tidur sambil memeluk 'bocah' ini, bukankah itu tandanya kau Om pedophil?" Ucapanmu membuat Ranpo mengernyit tidak suka dengan kalimatmu, tapi dia hanya diam saja.
"Tidak bisa berbicara, eh?" Kamu hanya menyeringai, senang bisa membuat Detektif yang menyebalkan itu diam, tapi kamu juga agak malu membicarakan perihal tidur itu, tapi jika hal itu membuat sang detektif tidak berkutik ya kamu tentu mengesampingkan hal yang memalukan itu. Ah kenapa jadi terlihat ambigu.
Kamu melirik buku yang terdapat huruf-huruf kanji, padahal kamu tinggal di Jepang tetapi entah kenapa rasanya kamu lebih menyukai huruf hiragana atau kanji yang dasar saja. Ah kamu jadi menyesal kenapa memilih jurusan sastra Jepang.
Kamu menggerang frustasi.
"Aku butuh refreshing," kamu tiba-tiba berdiri membuat Ranpo yang ada di sebelahmu, menatapmu heran.
Kamu segera berlari keatas untuk mengambil beberapa pakaian ganti, tapi sebelum kamu keatas, kamu menatap Ranpo.
"Ayo"
Ranpo mengernyit "ayo?"
Kamu hanya memutar bola matamu bosan, "kau ini selain maniak ternyata kuno ya, itu tanda aku mengajakmu," kata kamu malas.
"Ayo cepat bersiap," ucapmu, tanpa menunggu respon dari sang detektif kamu langsung pergi begitu saja
Ranpo hanya menatapmu heran, tidak mengerti jalan pikiranmu.
.
.
.
"Ini baru namanya hidup," ucapmu sambil menyeruput minuman coklat dengan tambahan es cream diatasnya.
Ranpo yang berada di sampingmu hanya menikmati minuman cokelat yang sangat enak itu, dari matamu, kamu melirik Ranpo yang tampak tenang-tenang saja tapi sepertinya ada hal yang berbeda dari raut muka seorang Ranpo.
"Maniak," Ranpo menoleh, kamu hanya menahan tawa.
"Kau menoleh lho jadi kau sudah terima aku panggil maniak?" Ranpo hanya memutar mata bosan.
"Aku sedang malas berdebat," Ranpo berucap datar, sesaat kamu merasa merinding dengan nada bicaranya yang dingin.
Kamu seketika terdiam, tidak jadi menanyakan kenapa Ranpo terlihat berbeda.
Saking asyiknya melamun sambil berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang menabrakmu, untungnya kmu sigap memegang minumanmu agar tidak jatuh.
"Maaf," ucapmu, tapi kamu berpikir sepertinya ini bukan salahku.
"Ah tidak apa-apa ini memang salahku," kamu mengernyit merasa familiar dengan suara itu. Ketika kamu melihat, orang itu juga melihatmu sambil tersenyum. Entah kenapa senyumannya sedikit ganjil.
Orang itu menatap Ranpo tiba-tiba dan tersenyum.
"Maaf aku telah menabrak kekasihmu," orang itu menatap Ranpo yang hanya menatapnya datar, kamu yang mendengar kata kekasih hanya kaget dan baru saja ingin menyangkal, orang itu sudah pergi berlalu melewatimu.
"Maafkan aku sekali lagi," ucapnya dan ketika orang itu melewati Ranpo, dia terdiam sebentar sambil melirik Ranpo dan kemudian berbisik.
Ranpo terdiam beberapa saat ketika pria itu berjalan pergi. membuat kamu hanya menatap Ranpo heran.
"Maniak?" Panggilmu. Tapi Ranpo malah membalikan badannya dan seperti mencari sesuatu.
Dia terdiam cukup lama dan kamu melihat Ranpo terlihat menegang.
Kamu menatap bingung dan seketika Ranpo langsung berbalik menghadapmu.
"Ayo pulang," katanya dan kamu hanya menatap Ranpo dengan pandangan bertanya-tanya.
.
.
.
"He? Dia tau namamu?" Kamu tidak sadar mengeluarkan suara yang kencang membuat Ranpo hanya menatapmu tajam. Sekarang kalian sudah berada di rumah dan Ranpo sedang bercerita perihal dia dan pria itu, sebenarnya kamu yang memaksa Ranpo karena kamu penasaran.
Ranpo hanya berHm.
"Dia bilang apa tadi?" Tanyamu memastikan.
Ranpo hanya memutar bola matanya bosan tapi dia menjawab juga
"Dia berkata kepadaku bahwa 'kusarankan agar kau bersiap-siap untuk melihat Perempuanmu terancam, Edogawa Ranpo-san'," Ranpo mengucapkan kalimat pria asing itu tanpa merubah kalimatnya sedikitpun. Kamu seketika merinding.
"Eh perempuan itu maksudnya siapa? Aku?" Ranpo tidak menjawab pertanyaanmu, dia hanya tiduran di sofa dengan santai sama sekali tidak peduli akan hidupmu yang terancam.
"Eh maniak," kamu emosi tapi Ranpo hanya menutup matanya dan kamu kesal, tapi daripada berbicara terus terhadap Ranpo yang sama sekali tidak merespon lebih baik kamu pergi saja ke kamar dan beristirahat dengan tenang. Oke bukan berarti kamu mati, tapi maksudnya tidur tanpa memikirkan ancaman yang mengerikan itu.
Setelah kamu pergi, tanpa sepengetahuanmu Ranpo membuka mata lagi dan menatap langit-langit ruangan dengan pandangan yang sulit di artikan.
To be continued
.
.
.
Tadaaaaa aku kembali.. ada yang nungguinkah?
Aku berterimakasih yang sudah memvote dan komen cerita ini. Dan jg terimakasih yang vomment cerita aku yang lain.
Arigatou ^^
Semoga suka sama chap ini. Kasih saya semangat ya supaya bisa up lebih cepet.
Sankyu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top