Ch 19. Isi Hati Ranpo
Huruf miring: flashback dan mimpi
Happy Reading
.
.
.
Ranpo menatap aliran sungai yang terpampang jelas di hadapannya dengan ekspresi datar
Tuk
Tuk
Ranpo melempar batu kearah sungai yang mengakibatkan batu-batu itu memantul dan akhirnya tenggelam
"Tidak semua manisan dapat kau miliki dan simpan begitu lama, karena manisan itu akan membusuk dan membuat dirimu sakit"
Ranpo mendengus ketika mengingat ucapan Dazai
"Memang apa salahnya jika aku menyimpannya hanya untukku?"
Ranpo berucap entah pada siapa, dia berbaring di rumput, sama sekali tidak memperdulikan bajunya yang kotor
"Tentu saja, jika kau tidak memakannya, mereka akan basi dan terbuang begitu saja"
"Kalau kau tidak ingin memakannya sebaiknya kau memberikan ke orang lain atau mungkin kau tidak perlu membeli terlalu banyak"
Ranpo menatap langit yang seolah menertawakannya karena langit hari ini begitu cerah dan berwarna biru terang, tidak seperti suasana hatinya yang sedang berawan mendung
Ranpo menutup matanya dan menghela nafas, bukan sikapnya sekali jika dia akhir-akhir ini terlalu sering menghela nafas.
"Menyebalkan"
Ranpo merasa isi kepalanya penuh dan membuat kepalanya terasa berat dan pusing, dia ingin lepas dari ini semua.
.
.
.
"Jadi mania--maksudku Ranpo-san sudah tau?" Kamu menatap tidak percaya dua orang yang berada di depanmu
Hikari hanya melihat Fukuzawa yang tampak terlihat biasa-biasa saja.
"Maaf [Yourname]-chan tapi memang sedari awal Ranpo sudah tau," Hikari melihatmu dengan tatapan bersalah
Kamu menatap kesal
"Jadi hanya aku yang tidak tau? Berarti selama ini Ranpo hanya akting?"
Hikari menggeleng atas ucapanmu yang terkesan sangat kesal kepada Ranpo
"Dia tidak akting, dia hanya ingin menyelesaikan tugasnya dengan baik"
Kamu mendengus mendengar ucapan Hikari
"Lalu kenapa dia tidak segera menyimpan kalung itu dan mengakui bahwa dia penerusnya? Bukankah dia ingin aku agar cepat pergi dari dunianya?"
"Itu karena---"
"Kau tanyakan sendiri kepada Ranpo," Fukuzawa memotong ucapan Hikari
Kamu akhirnya memutuskan untuk mencari Ranpo.
Sepeninggalnya kamu, Hikari melihat Fukuzawa yang tampak tenang-tenang saja
"Yukichi, kenapa kau bisa bersikap sesantai itu?"
Fukuzawa melihat Hikari
"Karena aku yakin Ranpo bisa menyelesaikannya"
.
.
.
"Maniak"
Ranpo membuka mata, tanpa sadar dia tertidur di rerumuputan yang membuat jubah detektif kebanggaannya kotor.
"Maniak"
Ranpo mendengus, dalam hati dia merutuki kenapa panggilan dan suara itu terus menghantuinya
"Ranpo"
Kali ini suaranya nyata, Ranpo bangun dan menengok kebelakang
"Bocah"
Kamu segera menghampiri Ranpo, tampak napas kamu yang tidak beraturan.
"Aku mencarimu," ucapmu kepada Ranpo
"Untuk apa kau mencariku?"
Pertanyaan Ranpo membuatmu kesal
"Kau pikir aku bodoh, hah?"
Kamu menunjuk tepat di depan muka sang detektif
"Kenapa kau tidak memberi tauku bahwa kau sudah tau semuanya sedari awal?" Tanyamu
"Memangnya aku tidak memberi taumu?" Kamu sebal karena Ranpo malah balik bertanya
"Maniak aku serius"
Ranpo tidak menjawab, dia kembali berbaring lagi
Kamu yang melihat Ranpo tiduran hanya menghela nafas, akhirnya kamu duduk di samping Ranpo
"Ranpo-kun," kamu memanggilnya dengan embel-embel 'kun' karena kamu sudah lelah
"Sebenarnya kau kenapa?" Akhirnya kamu menurunkan nada suaramu, entah kenapa kamu melihat Ranpo yang tampak kusut
"Tidak"
Jawaban yang singkat itu membuatmu jengah
"Hei aku sudah berbaik hati lho menanyakan hal ini," ucapmu kesal sedangkan Ranpo hanya memasang wajah tidak peduli.
"Aku tau kau hanya ingin pulang ke duniamukan? Yasudah sana pulang," ekspresi Ranpo tiba-tiba berubah seperti anak kecil yang sedang ngambek.
Kamu diam menatap Ranpo. Lalu tiba-tiba tertawa.
"Dilarang tertawa"
Tetapi bukannya berhenti, kamu malah tertawa kencang
"Ampun deh, jadi seperti ini ya ikemennya Suzu," ucapmu tanpa sadar dan melihat Ranpo
"Suzu?"
Kamu hanya menggeleng dan berbaring di samping Ranpo.
Tiba-tiba suasana menjadi hening.
Kamu melihat langit yang sudah mulai sedikit berwarna orange, pertanda sore hari akan segera tiba.
"Ne, maniak"
Kamu memanggil Ranpo tetapi pandanganmu masih belum lepas dari langit
"Aku tidak menyangka akan terlibat begitu jauh denganmu, padahal aku tidak menyukaimu," ucapanmu membuat Ranpo melihat kearahmu
"Kenapa kau tidak menyukaiku?"
Kamu melihat Ranpo dan kamu bisa melihat mata hijaunya yang ternyata baru kamu sadari begitu memikat.
"Entahlah," ucapmu masih melihat Ranpo
"Kalau kau bagaimana?"
Ranpo mengalihkan pandangan dan kembali menatap langit.
"Rahasia"
Kamu mendengus.
"Apakah kau--"
Ranpo menggantungkan kalimatnya
"Ingin kembali ke duniamu?"
Pertanyaan Ranpo yang tiba-tiba itu membuatmu bangun dengan posisi duduk
"Tentu saja," nada suaramu terlihat yakin dan membuat Ranpo sedikit kecewa
"Oh" Ranpo hanya berOh saja
Kamu melihat Ranpo yang sepertinya terlihat kecewa, entahlah tapi kamu berpikir demikian, kamu jadi terlihat terlalu percaya diri.
"Ada apa?"
"Tidak," lagi-lagi Ranpo menjawab tidak
Kamu menghela nafas
"Lalu kenapa kau tidak menyimpan kalung itu Ranpo? Kau taukan bahwa aku tidak akan kembali jika kau sama sekali tidak mengakui kalung itu," ucapanmu membuat Ranpo terlihat tegang.
Ranpo hanya diam
"Aku sudah tau, bahkan kau tidak menceritakan bagian itu kepadaku," kamu menatap Ranpo dengan tatapan serius
Tiba-tiba Ranpo bangkit berdiri.
"Aku lapar"
Ranpo langsung berjalan meninggalkanmu begitu saja
"Maniak"
"Ranpo-san, tunggu"
.
.
.
Flashback
Ranpo pov
"Ranpo, kau yakin dengan tugas ini?" Aku hanya mengangguk
"Tentu saja, aku inikan detektif yang paling jenius," ucapku bangga, memang kenyataannya begitu.
"Kau taukan, jika kau mencintai dia terlalu dalam maka akan sulit bagimu mengambil keputusan," aku melihat sachou yang seperti menasehatiku, aku hanya menatap bosan.
"Iya, aku mengerti, tenang saja, hal yang seperti ini sih mudah bagiku"
Sachou melihatku ragu, tetapi aku hanya mengacuhkannya
....
"Hikari-san, jangan bilang kepadanya kalau aku sudah tau ya," aku mengucapkan hal itu ketika aku sudah berada di dunia yang berbeda dengan duniaku, sekarang aku sedang berada di rumah Hikari
"Kenapa Ranpo?" Hikari bertanya kepadaku
"Aku ingin menyelesaikannya cepat dan aku yakin misi ini akan selesai begitu saja"
Aku mengucapkan dengan penuh keyakinan.
Ya. Awalnya aku begitu yakin
Sampai aku melupakan satu hal
Bahwa aku tanpa sadar sudah masuk kedalam sebuah perasaan yang baru aku kenal.
Aku kesal ketika [Yourname] memanggil Dazai dengan embel-embel kun
Aku kesal bahwa [Yourname] ternyata begitu suka dengan Dazai
Padahal kejeniusanku dengan Dazai juga hampir sama, bahkan setara atau bahkan aku yang lebih pintar
Tetapi kenapa pipi [Yourname] berwarna merah muda hanya karena gombalan yang tidak bermutu dari Dazai?
Aku sebal
Aku kesal
"Kau egois Ranpo"
Kenapa Dazai bilang aku egois?
Aku hanya ingin sesuatu yang harusnya jadi milikku itu tetap berada disini
Aku kesal dengan kenyataan
Aku kesal dengan kalung itu
Aku kesal dengan perasaan bodoh ini
Apasih nama perasaan bodoh ini
"Perasaan itu sama dengan apa yang aku rasakan terhadap Hikari," sachou mengatakan itu sambil menyesap tehnya, aku melihat sachou yang kini pandangannya berubah jika melihat wanita yang bernama Hikari itu, entahlah tapi mungkin lebih lembut.
"Itulah perasaan yang menyenangkan sekaligus bisa merusak sesuatu hal"
"Perasaan itu adalah--"
.....
Ranpo terbangun tepat pukul tengah malam, seketika kepalanya terasa pusing, dia bermimpi kejadian yang telah dia lalui waktu itu.
Ranpo melihat kesamping dan futon yang biasanya terdapat seorang gadis, tampak kosong
Ranpo segera bangkit berdiri dan berjalan keluar, entah kenapa dia merasa takut
Ketika Ranpo sudah menemukan orang yang ternyata adalah kamu yang sedang menyesap minuman cokelat panas, Ranpo akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar, tetapi sebelum Ranpo kembali ke kamar, Kamu memanggil Ranpo
"Ranpo-san kemari"
Ranpo menoleh kearahmu dan dengan langkah yang seolah tidak terjadi apa-apa, Ranpo segera duduk di sofa tepat di sebelahmu.
"Mau cokelat?" Ranpo menggeleng ketika kamu manawarkan secangkir cokelat.
"Kenapa kau ada disini?"
Kamu menatap Ranpo yang bertanya kearahmu
"Tidak bisa tidur," ucapmu pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Ranpo
"Kenapa?" Tanya Ranpo lagi
"Entahlah tapi aku merindukan duniaku, Ranpo"
Ranpo hanya diam saja tidak merespon.
"Lalu kenapa denganmu Ranpo?"
"Aku terbangun karena mimpi"
Ranpo mengucapkan dengan kalimat yang datar, kamu hanya mengangguk dan kamu berpikir bahwa Ranpo sepertinya sedang banyak masalah.
Kamu bergeser mendekat kearah Ranpo dan tanganmu mengelus kepalanya.
Ranpo melihat kearahmu
"Sewaktu aku terbangun karena mimpi buruk, ibuku selalu mengusap kepalaku dan berbisik kata-kata yang menenangkan, lalu ibuku menemani aku tidur," ucapmu tanpa sadar tersenyum mengingat kejadian sewaktu kamu kecil.
Ranpo tanpa sadar merasakan elusan pada kepalanya, entah kenapa dia merasa nyaman.
Ranpo menyandarkan kepalanya pada bahumu.
Entah kenapa dia teringat ketika dia memelukmu sewaktu sakit, dan itu nyaman. Ranpo ingin merasakan lagi.
"Eh?" Kamu terkejut ketika Ranpo tiba-tiba merengkuhmu kedalam pelukannya, kamu jadi teringat kejadian ketika dirimu dan Ranpo sakit.
"M-maniak?" Kamu seketika gugup sedangkan orang yang menjadi tersangka utama dirimu gugup malah tampak menikmati saja.
"Panggil namaku"
"Hah?"
Kamu tidak mengerti kenapa Ranpo menyuruh memanggil namanya, kamu bingung.
"Panggil namaku," ucapnya lagi memerintah
"R-Ranpo," suaramu jadi tersendat
"Pakai embel-embel"
Kamu mendengus
"Ranpo-san"
Ranpo melihat kearahmu
"Bukan itu," ucapnya merajuk, tunggu kenapa kamu merasa nada suara Ranpo jadi merajuk seperti itu.
"Aku tidak mau"
Ranpo sebal, dia menempelkan sebelah pipinya ke pipimu, kamu merinding karena merasa nafas Ranpo menerpa telingamu.
"Baiklah Ranpo-kun," kamu menyerah
"Ulangi," nada memerintah lagi
"Ranpo-kun," ucapmu mengulangi.
Entah kenapa ketika kamu memanggil namanya dengan embel-embel 'kun', Ranpo sangat senang.
Ranpo malah menempelkan wajahnya ke rambutmu lalu mengusaknya pelan dengan pipinya, seperti kucing.
"Ranpo, kau kenapa?" Kamu risih, bukan risih karena jijik tetapi kamu risih karena jantungmu seperti berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ranpo tidak menjawab, dia lagi menikmati sensasi hangat dari tubuhmu dan aromamu yang sangat manis menurut Ranpo
"Kau egois Ranpo"
Ya. Ranpo memang egois, apalagi jika menyangkut tentang manisan.
Ranpo tidak pernah tau bahwa dia akan terlihat sefrustasi ini.
"R-Ranpo?"
"Kenapa misi ini begitu berat?"
Pertanyaan Ranpo membuatmu bingung. Kamu ingin melihat wajah Ranpo tetapi Ranpo menahan badanmu agar tetap memeluknya.
"Tetap begini"
Ranpo bersuara dan kamu hanya menuruti.
Ranpo tidak tau dia begini
"Perasaan itu adalah..."
Ranpo teringat kalimat Sachou, ya. Dia sudah tau apa nama perasaan itu tetapi dia terlalu berat untuk mengucapkannya. Ranpo benar-benar merasa dirinya seperti seorang pengecut.
"[Yourname]"
Kamu kaget ketika Ranpo tiba-tiba menyebut namamu untuk pertama kali.
"Besok keatap gedung agency"
"Eh?" Kamu bingung
"Turuti saja, bocah," kamu mendengus ketika Ranpo memanggilmu bocah lagi.
"Ne, sekarang bisa lepaskan aku?"
Ranpo melepaskan pelukannya.
"Temani aku tidur"
Kamu tersentak kaget
"Apa?"
"Temani aku tidur," ulang Ranpo lagi. Kamu tidak habis pikir Ranpo mengajakmu untuk tidur?
"Ti-tidur bersama?"
Suaramu gugup
"Bukankah tadi kau bilang bahwa ibumu menemanimu tidur setelah kamu bermimpi buruk?"
Kamu jadi paham.
"Ah itu--"
"Ayo"
Ranpo menarikmu ke kamar
Kamu speechless.
Setelah di kamar Ranpo mendorong futonmu untuk mendekat ke futonnya
"Ayo"
Kamu jadi gugup setelah Ranpo sudah berbaring dan menepuk-nepuk futon di sebelahnya.
Kamu dengan langkah kikuk merebahkan tubuhmu di samping Ranpo.
Grep
Ranpo langsung memelukmu, kamu kaget.
"Nyaris aku jantungan," ucap batinmu
"R-Ranpo--"
"Aku ngantuk"
Kamu kembali diam, wajahmu terbenam di dada Ranpo.
Kamu bisa merasakan wangi khas Ranpo yang entah kenapa membuatmu nyaman dan kamu menyukai hal itu.
Menyukai?
Kamu tiba-tiba menggeleng
"Aku menyukai Ranpo?" Tanyamu dalam hati
"Ranpo"
Ranpo hanya berdehem, berarti dia belum tidur
"A-aku rasa sekarang aku menyukaimu," ucapmu pelan tetapi kamu yakin Ranpo mendengarnya karena tiba-tiba tubuhnya menjadi tegang
"Ah maksudku aku tidak lagi kesal terhadapmu, maksudku--"
Ranpo mengelus rambutmu
"Aku juga"
Kalimat Ranpo yang ambigu itu entah kenapa membuatmu gugup.
"Oyasumi [Yourname]-chan"
Ranpo mengeratkan pelukannya.
Kamu masih gugup.
Ranpo seperti mengaduk-ngaduk perasaanmu.
Tetapi kamu berusaha mengeyahkannya.
Pelan-pelan kamu berusaha untuk tidur dan ketika rasa kantuk mengalahkan rasa kagetmu, kamu mendengar suara yang samar-samar terdengar olehmu
"Aku mencintaimu"
To be continued
.
.
.
Tadaaaaa udah chapter 19, next chapter tamat deh wkwkwk
Akhirnya...
Jangan lupa vote and comment ya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top