Ch 17. Semua tentang [Yourname]
Happy Reading
.
.
.
"Ranpo"
Ranpo menatap Yosano sebal
"Apa?"
"Bagaimana dengan kemarin?"
Mendadak mood Ranpo menjadi tambah buruk
"Jangan di bahas," Ranpo kembali menenggelamkan kepala di lipatan tangannya
"Kenapa? Apa yang terjadi?" Yosano benar-benar penasaran
"Cih. Cerewet sekali," Ranpo mengangkat kepalanya dan menatap Yosano dengan ekspresi sebal, Yosano baru menyadari ada sedikit kantung di bawah mata sang detektif
"Aku tau ada sesuatu yang terjadi sampai membuat sang detektif tidak bisa tidur, benarkan?" Yosano tersenyum melihat Ranpo yang hanya cemberut
"Biar aku tebak," Yosano terlihat berpikir
"Hari ini kau datang terlalu pagi, biasanya kau datang lima menit sebelum Dazai yang terlambat terus, dan sekarang kau mendahului Kunikida yang selalu datang pagi"
"Dan ada kantung di bawah matamu"
"Lalu kau tampak terlihat kacau, mood hancur, rambut berantakan, kau bahkan tidak menyentuh manisanmu sama sekali untuk hari ini, aku yakin kau sedang memikirkan sesuatu, biar aku tebak kau memikirkan apa--"
Yosano tampak berpikir dan menggantungkan kalimatnya, dia melihat wajah Ranpo sekali lagi
"Pasti [Yourname], benarkan?"
Yosano tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai melihat Ranpo yang terlihat tegang untuk sesaat tetapi dia terlihat biasa lagi.
"Tidak"
Ranpo menjawab singkat, padat, dan masih membuat Yosano kurang puas.
"Katakan padaku Ranpo, apa yang terjadi?"
"Aku sedang malas Yosano"
Yosano hanya menghela nafas.
"Baiklah kalau begitu, aku akan tanya langsung kepada [Yourname]," mata Ranpo yang sipit itu membulat
"Baiklah, kau menang," Yosano tersenyum puas melihat sang detektif yang akhirnya mengalah.
"Kalau begitu ayo," Yosano mengajak Ranpo untuk keluar ruangan
"Ayo?" Ranpo menatap bingung
Yosano hanya memutar bola mata malas
"Kau pasti tidak mungkin bercerita disini, jadi ayo kita ke tempat makan terdekat," Yosano tersenyum membuat Ranpo hanya mendengus sebal melihat senyuman Yosano yang terlihat penuh kemenangan itu.
Ketika Yosano dan Ranpo ingin keluar, tiba-tiba Kunikida datang dan menatap heran dua manusia di depannya
"Kalian mau kemana?"
Yosano menatap Kunikida
"Ra-ha-sia"
Kunikida hanya mendengus kesal
"Bye Kunikida," Yosano dan Ranpo segera keluar ruangan meninggalkan Kunikida yang kesal dengan Yosano
"Dasar wanita tua"
.
.
.
Kamu menatap sekeliling ruangan agency, seperti mencari sosok seseorang
"Mencari siapa [Yourname]-san?"
Atsushi bertanya
"Ah itu aku mencari Ranpo-san, tadi ketika aku bangun dia sudah menghilang begitu saja, aku pikir dia disini," kamu menjawab pertanyaan Atsushi
"Dia disini," Kunikida yang sedang mengetik tiba-tiba bersuara, "tapi dia pergi dengan si wanita tua," lanjutnya
"Wanita tua?" Kamu bertanya
"Ah itu maksudnya Yosano-san," ucapan Atsushi membuat kamu terdiam
"Dengan Yosano-san ya," ucapmu dalam hati, tiba-tiba kamu teringat adegan Ranpo yang mencoba menyelesaikan kasus di novelnya Poe, dari tatapan Ranpo terlihat sekali rasa khawatir ketika Yosano terkena tembakan.
"Jangan-jangan Ranpo memang menyukai Yosano-san," kamu menggeleng mengenyahkan pikiran anehmu
"Biarlah dia suka sama siapapun, aku tidak peduli," Kamu berucap lagi dalam hati.
.
.
.
"Jadi bagaimana?" Yosano melihat Ranpo yang sedang menikmati coklat panasnya
Ranpo hanya menghela nafas melihat Yosano yang sepertinya sudah tidak sabar mendengar ceritanya.
"Sebenarnya aku malas bercerita, tapi karena kau mentraktirku dengan makanan manis jadi apa boleh buat," Ranpo hanya bertopang dagu, Yosano hanya diam menunggu Ranpo bercerita
Flashback
Ranpo membaca lagi apa yang dia dapatkan dari pria yang entah darimana itu
Pilihan tidak bisa di pilih, Rasa tidak bisa dirasakan, Hidup seperti mati
Ranpo hanya mengernyit, baru dia mencoba ingin berpikir tiba-tiba lantai yang dia pijak terbuka dan membuat dia terjatuh, masuk ke dalamnya.
Tap
Ranpo tiba-tiba sudah berada di sebuah kamar yang tampak tidak asing baginya.
Terlihat dua orang gadis yang sedang bercengkrama
"Apasih bagusnya si detektif itu?" Salah satu perempuan bertanya ke perempuan lain
"[Yourname]-chan, kau tidak tau bahwa Ranpo itu keren," gadis yang satunya menjawab
Ranpo hanya menatap salah satu gadis yang tidak lain adalah kamu sendiri
"Aku sih tetep memilih Dazai," ucap kamu sambil tersenyum
Ranpo tau ini hanyalah sebuah skenario yang dibuat oleh Poe tetapi kenapa ada perasaan sakit yang menyerang dadanya
Tiba-tiba apa yang di lihat oleh Ranpo berubah menjadi tempat yang lagi-lagi di kenal olehnya. Agency.
Ranpo berada pada bangkunya, duduk dan melihat segala aktivitas teman-temannya.
Brakk
Pintu agency terbuka menampilkan sosok Dazai dan kamu
"Aku dan [Yourname]-chan sudah resmi jadi sepasang kekasih," ucap Dazai bangga dan kamu hanya tersipu malu, entah kenapa Ranpo menatap datar itu semua
Dazai menghampir Ranpo
"Maaf ya Ranpo, karena aku merebut penerus kalung yang seharusnya jadi pasanganmu, tapikan kamu tau sendiri kalau [Yourname]-chan dari dulu suka sama aku, yakan?" Dazai merangkul kamu dengan mesra, Ranpo malas melihat hal itu, apalagi setelah dilihat kalau kamu mengangguk mengiyakan kata-kata Dazai.
Brakk
Lagi-lagi pintu agency di buka dengan tidak elit
"Gawat, kita diserang," setelah Juunichiro mengatakan hal itu, terdengar suara tembakan dan kaca-kaca yang pecah.
"[Yourname]-chan, kau tetap disini ya, aku akan mengurus yang ada di depan," kamu hanya mengangguk
Setelah itu sebagian anggota detektif bersenjata ada yang langsung keluar untuk menyerang dan sisanya bertahan, termasuk Ranpo yang sedari tadi hanya duduk dan melihat kearahmu
Kamu menyadari hal itu
"Ada apa?" Tanyamu, Ranpo hanya menggeleng
Prangg
Brakk
Kaca jendela agency pecah dan pintu agency juga berhasil di dobrak oleh musuh yang kemungkinan berhasil lolos
Semua yang bertahan disitu seperti Yosano, Kyouka dan Juunichiro segera membagi tugas.
Tapi karena musuh yang terlalu banyak, akhirnya mereka lengah, membuat kamu di tangkap oleh musuh.
Musuh mengarahkan pistol kearah leher kamu
"Jangan bergerak, karena teman kalian akan mati," Musuh mengancam, kamu tampak ketakutan, Ranpo melihat hal itu tapi dia sama sekali tidak melakukan apapun.
"Ranpo," Yosano berteriak, berharap Ranpo dapat menolong karena posisi Ranpo yang dekat dengan kamu
Ekspresi muka kamu berharap bahwa Ranpo akan melakukan sesuatu tetapi Ranpo hanya diam saja
"Ranpo-kun," Ranpo menatap kamu yang memanggilnya
Kemudian Ranpo berjalan kearahmu, kamu terlihat senang karena Ranpo akan menolongmu
"Tembak saja," ucapan Ranpo membuatmu terkejut yang lain juga sama
"Ranpo apa yang kau lakukan!"
Yosano berteriak protes
"Tembak saja jika kalian bisa," Ranpo bersuara dengan ekspresi datar
"Karena aku tau bahwa kalian tidak akan menembak bos kalian sendiri," ucapan Ranpo membuat yang lain bingung
"Apa maksudmu?" Lagi-lagi Yosano yang berteriak
"Pilihan tidak bisa dipilih, Rasa tidak bisa dirasakan, Hidup seperti mati," Ranpo mengucapkan kata-kata yang telah di baca di kertas pada awal dia masuk ke dalam novelnya Poe
"Jawaban itu semua adalah [Yourname], jadi kalau ditanya siapa tokoh musuhnya, jawabannya adalah kau," Ranpo menunjuk kamu yang sedang di tangkap oleh musuh
Tiba-tiba Ranpo seperti ditarik keluar dan suasana kembali normal, dihadapan Ranpo sudah berdiri Poe yang tampak kesal
"Lagi-lagi aku kalah"
Ranpo mendekati Poe yang terlihat kesal
"Sekarang katakan padaku, siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini Poe?" Poe menatap Ranpo tajam
"Aku akui sekarang aku kalah darimu," Poe melempar sesuatu yang segera di tangkap oleh Ranpo, dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Ranpo
"Tapi aku akan terus berusaha untuk mengalahkanmu," Poe segera pergi dan menghilang, Ranpo menatap apa yang dia dapatkan dari Poe, kalung.
.
.
"Jadi seperti itu," Yosano mengangguk paham
"Lalu apa yang membuat kau tidak bisa tidur?" Lanjut Yosano bertanya
Ranpo tidak menjawab
"Ah aku tau, kau takut ya kalau apa yang ada di novel itu terjadi? Kau takut bahwa ternyata---,"
"Berisik," Ranpo memotong ucapan Yosano, sedangkan Yosano hanya terkekeh
"Seorang Ranpo menjadi kacau hanya karena seorang perempuan, hm?" Yosano tertawa
"Jangan tertawa," bukannya berhenti tetapi Yosano malah tambah tertawa keras.
.
.
.
"Berhenti bernyanyi Dazai," Kunikida terlihat emosi
"Kau belum tau ya Kunikida, kalau kita bernyanyi itu maka kita akan segera dapat pasangan," ucap Dazai serius
Kunikida terpengaruh
"Benarkah?"
Dazai mengangguk
"Catat," Kunikida mencatat
"Eh tapi aku bohong"
Segera saja ketika Dazai mengucapkan hal itu, Kunikida melompat kearah Dazai yang sedang duduk di sofa lalu mencekiknya
"Mati saja kau sana," ucap Kunikida emosi
Semua yang ada disitu sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini.
Pernah dulu, Kunikida ingin melempar Dazai ke jendela yang malah di respon antusias oleh Dazai.
Kamu yang sedari tadi melihat hanya tersenyum kecil
Tiba-tiba pintu agency terbuka, kamu menoleh dan mendapati sang detektif beserta Yosano yang memasuki ruangan
"Ah [Yourname], halo," Yosano tampak menyapa, kamu hanya mengangguk, kamu melihat Ranpo yang juga melihatmu
"Ayo pulang," ucapan Ranpo membuatmu dengan sigap berdiri
"Lho kalian cuma sebentar saja disini?" Yosano bertanya
"Aku capek," Jawab Ranpo dengan malas, kamu melihat Ranpo yang memang ada gurat lelah di wajahnya
"Jangan ditahan Yosano-san, mereka butuh waktu untuk berdua," Naomi menggoda dan kamu entah kenapa merasa panas di wajahmu
.
.
.
Di perjalanan kamu melihat Ranpo yang sedari tadi diam
"Maniak?"
Ranpo hanya berdehem.
"Tadi Hikari-obasan memberitahuku bahwa kalung itu sudah kembali, jadi kemarin kau sudah berhasil mengambilnya ya?" Kamu bertanya dan di balas anggukan oleh Ranpo.
Kamu hanya menghela nafas, entah kenapa kamu merasa sedih
"Kenapa? Kau sedih karena meninggalkan Dazai?"
Kalimat yang di ucapakan Ranpo membuatmu menoleh kearahnya
"Eh? Kenapa Dazai? Aku sedih karena harus meninggalkan kota ini padahal aku belum melihat-lihat kota ini lebih jauh," ucapan kamu membuat Ranpo mendengus.
Hening.
Kamu menatap Ranpo yang sedari tadi tidak melihatmu.
Tatap
Tatap
"Jangan menatapku," tiba-tiba Ranpo berhenti berjalan dan menatapmu sebal
"Kenapa?" Kamu bertanya dengan bingung. Padahal kamu hanya menatap Ranpo, tapi kenapa Ranpo terlihat sekesal itu.
"Pokoknya jangan tatap aku," Ranpo lanjut lagi berjalan
Kamu mengikuti Ranpo.
"Maniak, kau kenapa sih?"
"Aku tidak apa-apa," ucap Ranpo datar
Kamu menghela nafas
"Ne, Maniak, sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu," ucapmu dan Ranpo hanya berdehem menandakan bahwa dia mendengarkan.
"Kenapa kau tidak menyimpan kalung itu? Kenapa kau memberikannya ke sachou?" Kamu bertanya karena sedari tadi kamu penasaran setelah tadi Hikari-obasan memperlihatkan kalung yang sama dengan kalung yang kamu simpan, hanya saja yang satunya punya ukiran tidak seperti kalung yang kamu simpan yang terlihat polos tidak ada ukiran.
Ranpo lagi-lagi berhenti diikuti oleh kamu yang berada di belakang Ranpo.
Ranpo berbalik dan menatapmu
"Kau mau tau?" Pertanyaan Ranpo membuatmu mengangguk
"Karena aku tidak mau terikat dengan kalung itu"
Kalimat Ranpo entah kenapa membuatmu tertegun, ada perasaan sakit yang menelusup ke dalam hatimu, apalagi setelah melihat ekspresi Ranpo yang sangat datar
"Aku benci menjadi penerus kalung bodoh itu"
To be contined
.
.
.
Ini apa? Wkwk
Kejam sekali kau Ranpo menyakiti hati para readers, maafkan Ranpo, Ranpo jadi jahat hikss *sedih*
Finally.. sebentar cerita ini akan tamat *joget* ahahah aku senang sekali, makasih ya buat Reader maupun silent reader yang telah membaca cerita ini.
Terus ikutin sampe habis ya.
Jangan lupa vote dan komen.
See you
Salam ikemen BSD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top