Ch 15. Because of Manisan
Huruf Miring = Mimpi
Happy Reading
.
.
.
"Ne, [Yourname]-chan, lihat ada Dazai lho," Kamu melihat arah tunjuk Suzu, temanmu
Benar. Ada Dazai, Ikemenmu
Tiba-tiba Dazai mendekat, kamu hanya bisa terdiam, seperti di film-film romance yang pernah kamu lihat, seorang lelaki tampan menyudutkanmu ke tembok. Tunggu, kamu juga tidak tau sejak kapan ada tembok di belakangmu
Mendekat
Mendekat
Beberapa centi lagi wajah Dazai dekat denganmu
"Da-Dazai," ucapmu gugup dengan muka memerah, Dazai hanya tersenyum tampan, memang dia selalu tampan.
Kalau di film-film sang perempuan hanya menunggu dan memejamkan mata, kamu memejamkan mata menunggu.
Menunggu
Menunggu
Kenapa Dazai lama sekali, ketika kamu membuka mata, yang kamu dapati malah sosok yang berbeda.
Ranpo.
Seketika kamu terbangun dan mendapati orang yang ada di dalam mimpimu, menatapmu dengan tatapan aneh dengan jarak yang cukup dekat
"Huaaaah"
Kamu tiba-tiba teriak, menyangka bahwa Ranpo ada di mana-mana
Ranpo menatap sebal
"Jangan teriak," ucap Ranpo sambil membekap mulutmu dengan tangan
Kamu melotot
"Ranmphhh," kamu berontak
Ranpo akhirnya melepaskan dan menjauh darimu
"Kau ngapain sih? Jangan-jangan kau mau melakukan yang aneh ya?" Kamu langsung melayangkan protes dan Ranpo hanya menatapmu malas
Ranpo melenggang pergi tidak memperdulikanmu
"Oi maniak," Kamu sebal di abaikan seperti itu
"Dasar detektif menyebalkan," ucapmu pelan, lalu kamu mencoba bangun dan menggerakan tanganmu yang terasa kaku karena habis tidur di sofa yang keras. Tunggu. Tapi kenapa kamu bangun di atas futon yang empuk
"Eh?" Ucapmu bingung sambil melihat kamarnya Ranpo
"Benar ini kamarnya si maniak," kamu melihat ke sekeliling ruangan dan mendapati di sebelah futon yang kamu tiduri juga ada futon juga.
Kamu baru menyadari sesuatu.
Kamu segera melesat keluar kamar dan mencari Ranpo yang sedang meminum coklat hangat sambil memakan cemilan.
"Maniak," kamu berdiri berkacak pinggang di depan Ranpo yang sedang duduk di sofa. Ranpo melihatmu dengan alis terangkat
"Kau mengerjaiku ya, sebenarnya ada futon lagikan, dan kau menyuruhku tidur di sofa," Ranpo memasang muka pura-pura tidak tau
"Kau!!"
Rasanya kamu ingin mencekik Ranpo saat ini, tetapi karena kamu merasa lapar akhirnya kamu hanya mengambil cemilan Ranpo dan memakannya.
Ranpo protes tetapi kamu tidak peduli
Ketika Ranpo ingin merebut cemilannya, kamu menyembunyikannya di balik punggung.
Ranpo berdecih
"Jangan sampai aku menggunakan cara kasar," ucapan Ranpo hanya membuatmu terkekeh
"Coba saja," ucapmu mengejek
Ranpo berdiri dan mendekatimu, lalu dengan sangat cepat tiba-tiba dia memegang kedua pipimu
Kamu terdiam memandangi mata hijaunya Ranpo
Cup
Matamu membulat
Ranpo mencium keningmu, lalu kemudian memelukmu, dia berbisik
"Aku lebih baik daripada Dazai"
Ranpo bersuara rendah atau mungkin itu hanya perasaanmu saja
Tiba-tiba
Srak
Ranpo mengambil cemilan yang kamu sembunyikan di balik punggungmu
"Aku tidak suka berbagi," ucap Ranpo dengan ekspresi datar, lalu kemudian dia pergi
.
.
.
Kamu menepuk-nepuk pipimu, sudah sejam lebih kamu melakukan itu karena masih membayangkan wajahnya Ranpo
"Kenapa aku mengingat wajah menyebalkan dia terus," ucapmu sebal
"Siapa yang menyebalkan?"
Kamu melihat Ranpo yang keluar dari kamar dengan rambut yang basah
Kamu terdiam
"Apakah tokoh fiksi bisa setampan itu?" Pikirmu dalam hati
Tiba-tiba ponsel yang ada di dekat sofa berdering, Ranpo menghampiri ponsel itu
"Moshi moshi," ucapnya malas
Kamu ingin tau siapa yang menelepon Ranpo jadi kamu memutuskan untuk mendekati Ranpo
"Hmm" Ranpo hanya berdehem dan menjauhkan diri dari kamu yang tampak terlihat ingin tau
"Ya aku paham," ucap Ranpo dan kemudian mematikan ponselnya karena mendengar suara Dazai dari seberang telepon
"Siapa?" Tanyamu ingin tau
"Kunikida," ucapan Ranpo hanya di balas "oh" oleh kamu
"Apakah kita hari ini ke agency?"
"Tidak," ucap Ranpo
Kamu mendesah kecewa, Ranpo melihatmu
"Ayo beli cemilan," Ucapan Ranpo membuatmu berbinar, setidaknya jalan-jalan, itulah pikiranmu
.
.
.
Ranpo tidak pernah tau bahwa perempuan yang ada di depannya ini lebih muda dari dia tiga tahun jika saja perempuan ini tidak menunjukkan identitasnya, masalahnya saat ini Ranpo melihat perempuan yang bernama [Yourname], yang sering di panggil olehnya bocah ternyata memang bocah, lihat saja tingkah lakunya yang tampak antusias melihat toko manisan, sampai-sampai penjualnya hanya geleng-geleng kepala
"Ne, ne, Maniak, lihat ini, apakah ini asli? Apakah enak?" Kamu tampak menunjuk donat yang ada di depanmu, bukannya kamu tidak pernah melihat, hanya saja, kamu pikir karena ini beda dimensi jadi kamu berpikir donat ini juga dua dimensi, itu hanyalah pikiran yang konyol.
Ranpo hanya menatapmu malas.
"Maniak lihat ini, aku mau ini," Ranpo hanya mendengus mendengar kamu yang tampak makin seperti anak kecil.
Dan akhirnya Ranpo membeli apa yang kamu tunjuk, bukan karena kamu yang menunjuknya tetapi Ranpo memang menyukai makanan manis jadi dia membelinya, itulah kira-kira yang di pikirkan seorang Ranpo saat membeli itu.
"Maniak, Arigatou," ucapmu dengan senyuman
"Aku membeli itu bukan karenamu, tetapi karena memang aku ingin," isi pikiran Ranpo di keluarkan lewat ucapannya
Kamu tampak tidak peduli dengan respon Ranpo dan kemudian kamu mengambil permen dari bungkusan yang kamu pegang
Hap
Kamu memakan permen yang berbentuk lingkaran tersebut dengan memegang gagangnya, setelah membuka bungkus permen atau yang biasa di sapa dengan lolipop
Ranpo tiba-tiba terdiam di tempat dan hal itu membuatmu juga ikut terhenti dengan melihat Ranpo menggunakan ekspresi heran
"Ada Ap--"
Hap
Ranpo ikut mengemut permen yang kamu pegang, tepat di tempat tadi kamu mengemutnya.
Kamu speechless.
Setelah Ranpo selesai mengemut permenmu, dia langsung berkata
"Sudah kubilang aku tidak suka berbagi," ucap Ranpo sambil berlalu tetapi yang anehnya dia sama sekali tidak mengambil permenmu.
Jantungmu berdetak tidak normal.
Seperti ada kupu-kupu yang beterbangan dalam perutmu, kamu berpikir apakah ini masih efek cemilan yang tadi pagi kamu makan ataukah permen?
"Bocah, ayo cepat"
Kamu melihat Ranpo yang memanggilmu dari kejauhan, ekspresinya tampak biasa-biasa saja, padahal dialah yang membuatmu seperti ini
"Dasar karakter fiksi menyebalkan," ucapmu kesal
"Dasar manisan menyebalkan"
Benar-benar manisan yang sangat-sangat membuat hidupmu maniskan?
To be Continued
.
.
.
Tada.. kembali lagi, jangan lupa vote and comment see you
Salam ikemen BSD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top