✨Chapter 8✨

"Tunggu, kita gak salah dengarkan? Riku ulangi perkataanmu tadi." Ucap Kairo.

"Aku ingin menjadi idol." Ulang Riku.

"Tapi, dengan asma mu apa kau yakin?" Tanya Mina sedikit khawatir. Riku tersenyum dan mulai menjawab.

"Daijobu, selama ini aku juga sudah bisa mengatasinya. Buktinya lihat sendiri, aku jarang kambuh lagi dan juga sekarang aku jarang masuk rumah sakit." Jelas Riku tenang.

"Kenapa Riku-ni bisa setenang ini?" Tanya Hikari heran.

"Entahlah, yang aku tahu selama aku tenang aku baik baik saja." Jawab Riku asal.

"Walaupun begitu, Otou-san tetap khawatir." Ucap Kairo.

"Ayolah, boleh ya? Otou-san, Okaa-san, Hika-chan boleh ya?" Pinta Riku dengan puppy eyes andalannya.

"Kalau menurut Hikari, boleh asal tidak memaksakan diri." Ucap Hikari.

"Otou-san rasa, sudah saatnya Riku mulai mandiri." Lanjut Kairo.

"Okaa-san sebenarnya masih ragu, tapi juga selama 5 tahun ini Riku lebih baik dari sebelumnya. Jadi Okaa-san setuju." Riku langsung memeluk mereka bertiga dan berterima kasih berkali kali.

Saat ini, Riku sedang berada dikamar untuk menghubungi Otoharu. Dia sangat senang sekali karena akhirnya dia mendapatkan persetujuan dari orang tuanya.

"...."
"Otoharu-san, orang tuaku setuju kalau aku menjadi idol."
"...."
"Ha'ik."

Setelah itu, Riku pun bersiap siap untuk kekantor agensi besok. Saat tengah membereskan barang keperluannya seperti handphone, powerbank, headset, inhaler, obat, dan tentu saja yang harus selalu ia bawa walaupun didalam rumah, kunai.

Sebenarnya Riku bisa mengeluarkan kunai sihirnya, tapi itu perlu waktu. Tiba tiba ia teringat lagu lagu yang diberikan Hikari kepadanya.

"Aku bawa saja lah, lalu aku berikan ke Otoharu." Kata Riku berbicara sendiri. Kalau kalian menanyakan dimana Aka, dia sedang berpatroli.

Riku menyuruh Aka untuk berpatroli 2 hari sekali. Saat sudah selesai, Riku memutuskan untuk memeriksa keamanan rumah lewat cctv.

Saat sedang melihat lihat, ia menemukan sosok aneh dan samar disalah satu kamera yang ia pasang diam diam dikamar sang adik, lebih tepatnya balkon.

"Apa itu?" Riku mengotak atik monitor dihadapannya, hingga saat gambar tersebut sudah jelas. Riku langsung mencari informasi tentang orang tersebut.

Setelah 20 menit, akhirnya ia mendapatkan informasi tentang orang yang ia lihat dari cctv kamar Hikari.

"Waktunya bermain." Kata Riku lalu ia memakai penyamaran berupa pakaian serba hitam, topi hitam, kacamata, ia juga memakai rambut palsu berwarna hitam dan jubah hitamnya.

Riku langsung melesat mendekati pria yang ia lihat dari cctv. Sesampainya di tempat pria tadi, pria yang ada disitu terkejut dengan kedatangan Riku.

"S...siapa.....kau?....a...pa mau...mu?" Tanya pria itu gagap.

"Aku kemari hanya ingin bermain, apa tidak boleh?" Tanya Riku polos.

"Tunggu aku sepertinya kenal dengan suara ini? Apa kau sang dewa kematian?" Tanya pria itu.

"Siapa dia? Aku tidak mengenalnya. Yang aku kenal hanyalah...." Lalu ia melesat kearah pria itu dan memenggal kepalanya dengan kunainya sekali tebas.

"Dewa kematian." Lanjut Riku, lalu ia pergi dari tempat itu tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Ditengah jalan, ia bertemu dengan Aka yang kebetulan sedang berpatroli disekitar wilayah tersebut.

"Aka, kau berpatroli disini?" Tanya Riku.

"Ya, kau sendiri?" Tanya Aka balik.

"Membasmi hama yang berterbaran." Jawab Riku santai.

'Memang copy-an Erin-sama 100%.' batin Aka sembari memandang Riku. Menyadari Aka yang memandanginya secara seksama, Riku berdehem kecil.

"Gomen ne Riku." Ucap Aka, Riku membalasnya dengan senyuman dan iti artinya tidak apa.

Mereka berdua berjalan hingga 500 meter dari rumah Riku dan ia langsung melesat dan mendarat dibalkon kamarnya.

"Aka, aku ingin kau besok berada dirumah untuk menguatkan pelindungnya." Kata Riku sembari melepas wig dan jubahnya.

"Ha'ik, apa Rei akan mengikutimu saat kau bekerja menjadi idol?" Tanya Aka.

"Iya, dia akan menyamar menjadi asisten menejer. Kakek sendiri yang memberitahukan lewat pesan." Jawab Riku lalu ia merebahkan tubuhnya dikasur.

"Wakarimashita." Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Ri-chan, ada yang ingin bertemu denganmu." Ucap Mina dibalik pintu.

"Suruh langsung kesini." Jawab Riku sedikit berteriak.

"JANGAN TERIAK!!!" Sahut Hikari yang berada dikamarnya.

"Situ juga teriak!!" Kata Riku. Setelah itu, Riku menulis sesuatu di buku hitamnya ( bukan death note ya. )

"Permisi, Riku-kun." Kata seseorang sembari membuka perlahan pintu kamar Riku.

"Sogo-san, ternyata kamu. Ayo masuk, anggap aja kamar sendiri." Ucap Riku yang masih juga sibuk dengan bukunya.

"Aku masuk, Riku-kun kau sedang apa?" Tanya Sogo saat masuk.

"Hanya menulis quotes. Biasanya aku menulisnya setiap minggu." Jawab Riku sambil menunjukkan kumpulan quotesnya.

Sogo mulai membaca semua quotes yang Riku tulis dan salah satu quotes menarik perhatiannya.

Tak peduli kau sendiri atau bersama keluargamu karena yang bisa menentukan mimpi dan tujuan hanyalah dirimu seorang

Nanase Riku-****

"Nande Sogo-san? Apa ada yang salah dengan salah satu dari quotes ku?" Tanya Riku.

"Ie, tapi aku seketika mengingat mimpiku yang aku tinggalkan." Jawab Sogo.

"Kalau boleh tahu apa itu?" Tanya Riku.

"Menjadi seorang idol." Jawab Sogo.

"Ternyata mimpi kita sama. Aku juga dahulu sepertimu Sogo-san, mengubur mimpi karena penyakitku. Tapi aku bangkit lagi setelah bertahun tahun." Jelas Riku dengan senyum cerianya. Sogo terpukau dengan kata kata Riku dan juga auranya Riku.

"Kau benar. Arigato Riku-kun." Lalu mereka memutuskan untuk bernyanyi bersama.

Keesokan hari....

Sinar mentari menembus jendela kamar Riku. Nampak Riku sudah rapi dengan hoodie putih, topi hitam, sepatu kets dan celana jeans hitam sedang sibuk mengutak atik monitor dihadapannya.

"Ohayou Riku, pagi sekali kau bangun." Sapa Aka.

"Ohayou Aka, kebetulan tadi aku merasa ada penyusup dan ternyata benar. Jadi ya sekalian menghirup udara pagi." Jawab Riku santai.

"Souka, Riku kau pergi ke agensi dengan siapa?" Tanya Aka.

"Sendiri, tapi nanti Otou-san akan jemput." Jawab Riku santai, lalu ia berjalan menuju balkon untuk menghirup udara segar.

'Kurasa aku harus berjalan jalan dahulu. Cuacanya sedang bagus, sekalian aku mampir kemansion mungkin.' batin Riku. Riku pun mengambil perlengkapan yang akan ia bawa dan kemudian ia pergi.

Tak lupa ia mengunci kamarnya. Saat menuruni tangga ia melihat Mina sedang berada didapur memasak sarapan.

"Ohayou Okaa-san." Sapa Riku.

"Ohayou Ri-chan. Tumben udah bangun?" Jawab Mina sambil memasak.

"Aku ingin pergi ke agensi." Kata Riku santai.

"Sepagi ini?" Tanya Mina. Riku mengangguk dan menjawab.

"Sekalian jalan jalan, nikmati udara segar. Lagipula, cuacanya bagus kok." Mina hanya tersenyum.

"Baiklah, tapi nanti Otou-san akan menjemput mu." Pesan Mina, sembari memberikan bento.

"Arigato Okaa-san. Ittekimasu." Lalu Riku mulai berjalan santai menyusuri jalan. Cuaca yang indah, bunga sakura bermekaran dan angin sejuk yang memanjakan kulit.

Suasana yang cocok untuk merilekskan diri. Riku berjalan menyusuri jalan setapak dan tanpa sadar ia berhenti disebuah bangunan yang sangat bersejarah yaitu Zero Arena.

'Zero Arena, tempat dimana Zero tampil untuk terakhir kali sebelum ia dinyatakan menghilang. Kira kira dia kemana ya?' batin Riku menatap bangunan didepannya.

"Riku-kun, ohayou." Sapa seseorang, Haruki.

"Ohayou Haru-san. Bagaimana kau ada disini?" Tanya Riku sembari menatap Zero Arena.

"Hampir setiap saat aku kemari. Aku merasa sedikit lega sesaat aku menatap bangunan ini." Jawab Haruki yang juga menatap bangunan itu dengan tatapan sendu.

"Sudah 5 tahun ia menghilang tanpa jejak. Seketika aku menyerah untuk mencarinya." Keluh Haruki, Riku pun menatap pria disampingnya dan memberikan dorongan kecil.

"Haru-san, aku dengar dari Ima-chan. Kau dan Zero bersahabatkan?" Tanya Riku, Haruki hanya menganggukan kepalanya.

"Haru-san jangan mudah menyerah. Kalau pun suatu hari nanti kalian bertemu, ajak lah dia bicara perlahan. Tanyakan apa alasannya menghilang. Pasti dia akan terbuka denganmu karena kau sahabatnya Haru-san." Kata Riku dengan senyumannya yang memang mempunyai pengaruh positif, ditambah dengan kata katanya yang selalu memberikan dorongan kecil.

"Arigato Riku-kun. Aku dengar kau akan menjadi idol ya?" Ucap Haruki.

"Iya, mereka makin brutal. Dengan masuk dunia idol, aku yakin pergerakan mereka sedikit terhambat." Jelas Riku dengan nada dinginnya yang berarti dia sedang serius.

"Riku-kun, aku hanya bisa memberimu satu pesan yaitu waspadalah dengan sekitarmu." Kata Haruki lalu ia pergi meninggalkan Riku yang masih menatap Zero Arena.

"Riku-sama, ternyata anda disini." Riku membalikkan badannya dan melihat Rei sedang berjalan menuju Riku.

"Ya, kaki ku bergerak kemari tanpa sadar. Oh aku juga ingin meminta laporan laporan terbaru." Jawab Riku santai.

"Baiklah, Riku-sama lebih baik anda sekarang berangkat menuju agensi. Baru saja saya mendapatkan pesan dari Otoharu-sama untuk memberitahukan anda agar datang ke agensi sekarang dan saya sudah siapkan kendaraannya." Kata Rei. Riku hanya mengangguk.

"Aku saja yang menyetir. Mana kuncinya?" Rei memberikan kunci yang bawa dan mereka menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat mereka.

Selama perjalanan, Riku menyetir dengan tenang sembari mendengarkan lagu sedangkan Rei sedang memeriksa jadwal Riku.

Karena Riku menyetir dengan kecepatan tinggi, tak sampai 5 menit mereka sudah sampai digedung agensi.

"Otoharu-sama menyuruh anda langsung pergi keruangannya." Ucap Rei, lalu mereka berdua masuk dan disambut oleh seseorang bersurai biru.

"Ohayou gozaimasu Riku-kun, Rei-kun. Perkenalkan nama saya Ogami Banri desu dan sachou meminta saya untuk mengantar kalian keruangannya. Mari ikuti saya." Ucap pria bernama Banri.

"Sachou, Riku-kun dan Rei-kun sudah tiba." Ucap Banri lalu mempersilahkan Riku dan Rei untuk masuk.

"Ohayou Otoharu-san." Sapa Riku.

"Ohayou Riku, Rei. Silahkan duduk." Kata Otoharu.

"Jadi, bagaimana Riku? Apa orang tua mu setuju?" Tanya Otoharu sembari menggendong seekor kelinci.

"Awalnya mereka gak setuju. Tapi setelah aku membujuknya lagi, akhirnya mereka setuju." Jelas Riku.

"Rei, aku mendapat permintaan dari Tsuki kalau kau akan menyamar menjadi asisten menejer. Apa itu benar?" Tanya Otoharu.

"Ha'ik, itu benar. Tsuki-sama hanya khawatir kalau saat berada diluar Riku-sama diserang oleh seseorang, takutnya nanti ia kewalahan." Jelas Rei.

"Itu memang seperti ucapan kakek, tapi untuk beberapa kalimat terakhir itu kamu ya Rei." Goda Riku.

"Gak, itu memang pesan yang ia berikan, lewat telepon." Sangkal Rei dengan wajah memerah. Riku tertawa melihat tingkah Rei.

"Tsun." Kata Riku. Rei hanya pasrah.

"Sudahlah, jadi Riku apa orang tua akan kemari?" Kata Otoharu.

"Ya, mungkin sebentar lagi. Rei aku ingin kita bersikap seolah tak kenal dihadapan Otou-san, kau paham kan?" Ucap Riku.

"Ha'ik wakarimashita Riku-sama." Tiba tiba pintu ruangan tersebut terbuka dan nampak Banri membawa seseorang yaitu Kairo.

"Otou-san." Ucap Riku.

"Riku-kun, are siapa dia?" Tanya Kairo.

"Duduk dahulu Kairo." Tawar Otoharu.

"Ha'ik." Kemudian Kairo duduk disamping Riku.

"Baiklah Kairo, aku dengar dari putramu kalau kau awalnya tidak setuju kalau dia menjadi idol. Apa benar?"-Otoharu.

"Iya itu benar. Dia memiliki penyakit asma sedari kecil dan juga ia memiliki tubuh yang lemah. Walaupun selama beberapa tahun terakhir ia baik baik saja, tapi tetap saja kami masih merasa khawatir."-Kairo.

"Otou-san gak percaya sama anak sendiri?"-Riku.

"Percaya, hanya saja kami merasa khawatir apalagi sekarang kamu sudah beranjak remaja. Wajar kalau kami khawatir Riku."-Kairo.

"Tapi Riku bisa jaga diri, Otou-san dan Okaa-san tak perlu khawatir. Lagipula yang harus kalian khawatirkan bukan hanya aku. Hikari juga perlu apalagi dia perempuan."-Riku.

"Kairo, Riku yang aku lihat bukanlah seperti itu. Dia itu anak yang kuat, pekerja keras dan juga baik hati. Penyakit bukanlah halangan untuk melangkah maju tapi sebagai dorongan agar bisa melangkah lebih jauh lagi."-Otoharu.

"Tenang saja, kami selaku agensi yang menaungi Riku akan mempertanggung jawabkan semuanya."-Otoharu.

"Ne kalau bisa jangan sampai terdengar kedunia luar kalau aku mempunyai penyakit asma." Pinta Riku, Otoharu mengangguk dan memberikan selembar kertas kehadapan Kairo.

"Tanda tangani surat ini. Setiap idol yang masih berada dibawah umur 17 tahun harus menanda tangani surat perjanjian." Jelas Otoharu.

"Kairo, agensi juga telah mempersiapkan rumah dekat agensi agar kami mudah untuk menengok idol kami." Lanjut Otoharu.

"Daijobu Otou-san, aku bisa jaga diri. Aku janji kalau dapat hari libur aku akan pulang." Kata Riku sambil memeluk Kairo.

"Untuk Rei, kau akan tinggal dengan Riku untuk menjaganya." Ucap Otoharu dan dibalas anggukan dari Rei.

"Baiklah. Kalau begitu kalian bisa pergi sekarang kecuali Riku aku ingin membicarakan sesuatu dengannya."-Otoharu.

"Otou-san, Otou-san pulang saja dahulu. Bilang ke Okaa-san kalau aku ada hal dengan sachou." Kairo hanya bisa menurut dan kemudian mereka berdua (Rei dan Kairo) keluar.

"Ada apa Haru-san?" Ucap Riku serius.

"Rumah yang tadi aku maksudkan adalah mansionmu yang kedua dan juga Tsuki-san memintaku untuk memberikan kalung ini kepadamu." Ucap Otoharu sambil memberikan kalung. ( Kalungnya itu yang biasa Riku pakai kalau pakai kostum monster generation )

"Untuk apa?" Tanya Riku dingin, kemudian ia memakai kalung tersebut.

"Katanya hanya untuk berjaga jaga." Lalu Riku keluar dari ruangan tersebut, tak lupa sebelum keluar ia memberikan lagu lagu yang Hikari titipkan dan berpesan agar lagu tersebut tetap aman.

Saat keluar, Riku mendapati Rei berada disamping pintu.

"Riku-sama, Sakura-sama ingin kita pergi ke tempat latihan sekarang." Riku mengangguk lalu ia memakai kacamata hitamnya dan mereka berdua berjalan menuju mobil yang terparkir di depan agensi.

Mereka berdua melaju dengan kecepatan tinggi menuju mansion pertama. Saat sampai mereka disambut oleh Kuro.

"Riku-sama, Rei-sama selamat datang." Ucap Kuro menunduk.

"Apa nenek sudah berada disini Kuro-san?" Tanya Riku melepaskan kacamata yang bertengger di wajahnya.

"Sudah 15 menit yang lalu Riku-sama dan dia meminta Riku-sama pergi keruang latihan." Jelas Kuro. Riku pun berterima kasih kemudian ia pergi keruang latihan bersama Rei tentunya.

Sesampainya disana, ia melihat Sakura sedang membaca buku. Tak hanya Sakura ternyata ada beberapa orang yang sudah berada disana yaitu Seth, Nagi, Tsuki, dan Putri.

"Riku, kau sudah sampai ternyata."-Nagi.

"Hai, jadi ada apa?"-Riku.

"Riku, apa kau sudah bertemu dengan Otoharu?"-Tsuki.

"Sudah dan dia mengatakan kalau kalung ini dari kakek. Apa benar?"-Riku.

"Benar Riku dan ada hal yang harus kami sampaikan kepadamu."-Seth.

"Apa kau tahu penjaga pertama kristal kehidupan?"-Putri.

"Erin, apa ada hubungannya denganku saat ini?"-Riku.

"Ya, Riku. Kalau saja kau tidak menceritakan apa yang membuatmu pingsan saat ritual selesai. Kami tak akan bisa memecahkan ramalan buku kristal."-Sakura.

"Erin, awalnya dia adalah ajudan dari raja kerajaan Lama bernama Orion. Tapi karena suatu alasan tertentu, Orion mati dan menyuruh Erin untuk menemukan suatu benda didalam hutan suci."-Nagi.

"Erin awalnya tidak mengetahui kalau dia sebenarnya adalah putra mahkota. Tapi setelah menemukan kristal kehidupan, ia dijemput oleh ajudan raja ke-6 yang bernama Saina."-Seth.

"Setelah Erin dibawa ke kerajaan ini. Dia dijelaskan kalau sebenarnya dia adalah keluarga kerajaan. Tapi saat itu kerajaan sunshine adalah kerajaan yang bersembunyi dalam bayang bayang kerajaan Lama dan hutan suci, jadi hanya sebagian orang saja yang mengetahuinya."-Putri.

"Setelah itu, Erin dinobatkan sebagai raja ke-7 dan sejak saat itu kerajaan ini keluar dari bayangan. Saat pemerintahannya, kerajaan ini berkembang pesat. Walaupun harus selalu berada dimedan perang, tetapi rakyatnya selalu hidup makmur."-Sakura.

"Hingga suatu hari, disaat Erin mengatakan kalau hidupnya tak lama lagi, buku kristal mulai memunculkan tulisan aneh. Sebelum Erin menutup matanya untuk selama lamanya, ia berpesan agar para keturunan selanjutnya untuk menjaga baik baik kristal itu dan ia juga bilang kalau suatu saat nanti ia akan bangun kembali dengan wujud yang baru."-Tsuki.

"Atau dikenal dengan istilah reinkarnasi dan reinkarnasi Erin adalah......
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kau Riku." Pungkas Sakura.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Hai minna-san,

Amy kembali dengan chapter baru. Setelah bergelut dengan tumpukan tugas, Amy langsung ngebut untuk menulis chapter ini.

Makin gak jelas ya ceritanya? Mohon dimaafkan ya apabila ada typonya.

Oh, untuk QnA nya mungkin Amy tunda dahulu karena faktor banyaknya tugas tugas dan waktu.

Tapi untuk QnA nya pasti akan Amy publish entah saat book ini selesai atau entah kapan. Intinya setelah Amy selesai dengan tugas, Amy akan bikin QnA.

Ok sekian dulu, mohon dukungannya dengan cara vote dan komen. Maaf kalau up nya gak secepat sebelumnya.

Jaa ne~


Write: 20/10/2020 - 23/10/2020
Publish: 24/10/2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top