✨Chapter 4✨
Koniciwa minna-san, Amy desu~
Ok untuk chapter kali ini akan lebih banyak dialognya, semoga kalian faham ya.
Happy Reading minna-san
.
.
.
.
.
Author Pov
"Riku-chan, ini aku nenekmu, Nanase Sakura." Ucap Sakura. Riku pun langsung memeluk Sakura erat.
"Riku rindu nenek. Nenek kemana saja? Riku rindu." Ucap Riku sambil menangis haru dalam pelukan Sakura.
"Nenek hanya menemani kakekmu yang manja ini. Nenek juga rindu Riku-chan." Jawab Sakura.
"Sekarang Riku-chan sudah besar ya, nenek kira masih kecil lho." Lanjut Sakura menggoda.
"Jelaslah, nenek bagaimana sih? Riku udah 8 tahun ya." Protes Riku sambil menggembungkan pipinya.
"Iya iya, karena Riku-chan sudah besar. Riku dapat hadiah dari nenek, yaitu burung phoenix yang ada di belakangmu." Jelas Sakura. Tsuki hanya diam dan memperhatikan kelakuan cucu dan istrinya dari balkon kamar Riku.// Yah.. dikacangin / Tsuki: berisik lu thor.
Oke back to the story
"Hountoni?! Arigato gozaimasu." Kata Riku senang.
"Tunggu dulu, Aka bisa mengerti apa yang aku omongin kan?" Tanya Riku.
"Jahat banget, dia kira aku gak paham bahasa manusia." Riku kaget, pasalnya Aka bisa berbicara bahasa manusia.
"Riku-sama, jangan menatapku seperti itu. Jijik rasanya." Kata Aka.
"Oh wakatta. Panggil nya jangan pakai suffix -sama, aneh ditelingaku." Jawab Riku.
"Baiklah, kalau begitu kami pulang dahulu. Kamu istirahat ya Riku." Ucap Tsuki.
"Benar, jangan tidur larut ya Riku. Kalau begitu Oyasumi Riku-chan." Tambah Sakura.
"Oyasumi mo, jaa ne." Setelah itu Tsuki dan Sakura menghilang. Riku menutup pintu balkon lalu menguncinya.
"Aka, kamu mau tidur dimana?" Tanya Riku setelah mengunci pintu balkon.
"Everywhere, asalkan nyaman." Jawab Aka.
"Akhirnya aku punya teman untuk bicara waktu dikamar." Kata Riku saat menjatuhkan dirinya ke pulau kapuknya.
"Aka, bagaimana kalau kita menonton?" Tanya Riku semangat.
"Boleh. Memang bisa nonton disini?" Tanya Aka balik.
"Aku punya proyektor. Jadi nanti kerasa seperti di bioskop. Sebentar ya aku siapin dulu." Setelah itu Riku mulai berjalan ke salah satu sudut kamarnya dimana ia menyimpan proyektor dan film nya. Aka hanya bisa melihat tuannya mempersiapkan keperluan menonton.
Setelah 10 menit akhirnya mereka bisa menonton. Mereka menonton dengan tenang, dan dipertengahan film Riku tertidur. Aka yang melihat itu mencoba membenarkan posisi tidur Riku dan membereskan kamar Riku dengan kekuatan yang ia miliki.
Keesokan harinya....
Suasana dikediaman keluarga Nanase cukup damai. Kairo yang sedang bersiap untuk kekantor, Mina yang sedang memasak sarapan, Hikari yang bersiap untuk ke sekolah, dan Riku yang sedang bersiap untuk pergi ke mansionnya bersama Aka tentunya.
"Minna, sarapan sudah siap." Teriak Mina dari ruang makan.
"Ohayou Okaa-san." Ucap Riku menuruni tangga.
"Ohayou Ri-chan. Hi-chan belum turun?" Kata Mina.
"Katanya bentar lagi. Nah panjang umur anaknya." Ucap Riku santai.
"Ohayou Okaa-san, Riku-ni." Sapa Hikari yanh sudah lengkap dengan seragamnya.
"Ohayou Hi-chan/Hika-chan." Ucap Mina dan Riku bersamaan.
"Aku langsung saja ya. Aku ada piket kelas." Kata Hikari.
"Hi-chan, obento." Ucap Mina.
"Arigato, ja itekimasu." Kata Hikari lalu langsung keluar.
"Hah...Hika-chan terlalu buru buru."-Riku.
"Dia itu anak teladan Riku-kun. Dia itu selalu melakukan apapun tepat waktu." Jelas Kairo yang baru saja keluar dari kamar.
"Ri-chan, hari ini Okaa-san akan pulang larut. Kalian nanti makan dahulu ya."-Mina.
"Otou-san tak akan pulang hingga besok. Otou-san ada perkerjaan diluar kota. Pulangnya baru lusa."-Kairo.
"Ha'ik Otou-san Okaa-san." Lalu mereka melanjutkan sarapan mereka dengan tenang.
Seusai sarapan Kairo dan Mina berangkat bekerja, sedangkan Riku sedang menunggu Tsuki datang menjemputnya.
Riku Pov
'Otou-san pergi keluar kota dan baru pulang lusa, Okaa-san pulang larut, Hikari pulang terlambat. Lumayan banyak waktu nih.'
"Aka, kau kemana?" Kataku saat menyadari bahwa Aka tak ada disampingku.
"Ada apa Riku?" Aku menoleh dan mendapati Aka berada di sampingku.
"Tak apa, tapi nanti kau bisa jaga rumah?"
"Kau kira aku anjing?! Tapi tak apalah."
"Kalau ada apa apa, beri sinyal."
Ting....tong..
Aku berjalan mendekati pintu lalu membukanya. Saat aku membukanya, ternyata itu adalah Sakura Haruki, Kakek, Nenek, dan Ima(?)
"Ternyata kalian, ayo masuk."
"Ada perlu apa kemari?"
"Hanya menengok cucu nenek."
"Diseret Ima."
"Diseret Tsuki."
"Mau jemput kamu."
"Mau jemput kok sampai bawa pasukan segala sih kek."
"Karena setelah mengajari kamu mengendarai mobil. Kami akan mengajakmu ke sunshine."
"Sunshine?"
"Yap, kerajaan yang akan kamu pimpin. Sebagai putra mahkota kau perlu tahu bagaimana sistem dikerajaan yang akan kau pimpin."
"Daijobu, semua akan baik baik saja. Lagi pula nanti kau akan sampai rumah sebelum semua tiba kok."
"Hah...wakatta. Aku siap siap dahulu. Aka ingat jaga rumah."
Aku pun langsung pergi kekamar untuk bersiap siap. Karena aku akan keluar lama, jadi aku membawa 4 inhaler dan nebulizer untuk berjaga jaga. Tak lupa power bank jikalau baterai handphone ku habis saat diperjalanan.
Author Pov
Setelah 15 menit menunggu akhirnya mereka beranjak dari rumah tersebut. Mereka pergi kemansion Riku dengan jalan kaki, karena jaraknya yang tak terlalu jauh.
Skip time~
Setelah 4 jam berlatih, akhirnya Riku bisa mengendarai mobil. Saat ini mereka sedang makan siang, sesuai rencana setelah ini mereka akan pergi ke kerajaan sunshine.
"Riku, akan aku ajar kan mantra teleportasi."-Tsuki.
"Pertama, kau harus fokus dahulu ketempat tujuanmu lalu 'boom' kamu sampai."-Ima.
"Ok akan ku coba."-Riku. Lalu ia mempratikkannya dengan pindah ke dalam mobil lalu pindah lagi ketempat semula.
"Riku, apabila kamu ingin pindah kesuatu tempat dengan seseorang. Kau bisa pegang pundak orang tersebut." Jelas Haruki.
"Kalau begitu kami pergi ke markas dahulu. Kapten besar menunggu." Lalu Haruki dan Ima menghilang.
"Riku pegang pundakku kita akan pergi sekarang."-Tsuki. Lalu tiba tiba mereka sampai di depan suatu bangunan yang megah dengan warna dominan ialah kuning cerah, dipintu terdapat gambar/simbol matahari. Ya, mereka berada di kerajaan sunshine.
"Selamat datang Ou-sama." Ucap salah satu penjaga.
"Apa Roy dan Putri sudah sampai?" Tanya Tsuki kesalah satu penjaga.
"Belum Ou-sama." Jawab penjaga tersebut.
"Ki-kun, aku pergi dulu. Ada yang harus aku urus." Kata Sakura.
"Hati hati Sa-chan. Jangan sampai aku dengar dari Tayry kalau kau masuk rumah sakit lagi." Peringat Tsuki. Karena setiap Sakura pergi tanpa pengawal atau dirinya, Sakura selalu berakhir dirumah sakit.
"Iya iya, Ki-kun bawel." Setelah itu Sakura menghilang dan menyisakan Riku dan Tsuki.
"Riku, ayo kita berkeliling." Riku hanya menurut. Selama mereka berjalan, Riku tak henti berdecak kagum. Tsuki yang melihat itu hanya tersenyum. Tsuki berhenti disalah satu pintu, Riku pun ikut berhenti.
"Kakek, kenapa berhenti?" Tanya Riku.
"Kakek ingin memperlihatkan kamarmu saja. Kamar dan ruang kerja mu kakek jadikan satu agar kau tak perlu berjalan terlalu jauh." Jelas Tsuki lalu ia membuka pintu dihadapannya.
Terlihat kamar bernuansa merah dengan beberapa ornamen berwarna emas yang menambah kesan mewah dan juga berani.
Riku memasuki kamarnya, ia berjalan menuju salah satu sudut dimana terdapat meja dan kursi juga ada beberapa kertas yang menumpuk. Riku pun berjalan menuju kasurnya yang tak jauh dari meja kerjanya.
Kasur king size itu berwarna merah dengan beberapa aksen emas. Riku melanjutkan mengelilingi kamarnya, tak henti henti dia berdecak kagum. Tsuki hanya memperhatikan cucunya dari meja kerja Riku.
Setelah puas mengelilingi kamarnya, Riku dan Tsuki melanjutkan perjalanannya. Hingga mereka sampai disebuah pintu yang terdapat 4 penjaga yang menjaganya.
Hampir semua pintu dijaga oleh penjaga entah 1 atau 2. Tapi dipintu tersebut 4. 'Pasti ini ruangan penting hingga yang menjaganya 4 orang.' Batin Riku.
"Riku, sekarang kita akan melihat ruangan yang hanya keluarga kita yang bisa melihatnya." Jelas Tsuki. Pintu pun terbuka dan memperlihatkan sebuah kristal berukuran besar dikelilingi oleh beberapa batu mulia.
"Riku, ini adalah kristal kehidupan. Asal muasal dari semua kekuatan para penyihir, termasuk kau dan aku. Keluarga kita dipercaya untuk menjaga kristal ini agar tidak jatuh ketangan yang salah."
"Sudah sekitar 100 abad keluarga kita menjaganya. Penjaga kristal saat ini adalah nenekmu dan penjaga selanjutnya adalah kamu Riku." Riku yang mendengar itu terkejut.
"Tapi, bagaimana aku menjaganya. Aku bahkan tak tahu apapun tentang kekuatan yang aku miliki." Kata Riku sambil memandangi tangannya.
"Riku, hal yang diperlukan untuk menjaganya bukan hanya kekuatan tapi juga ketulusan dan kebaikan hati sang penjaga. Semakin tulus dan baik orang tersebut walaupun kekuatan yang ia miliki itu kecil, kristal tersebut juga akan aman." Jelas Tsuki sambil tersenyum.
"Riku, mungkin mulai sekarang hidupmu tak akan semulus dulu karena banyak orang yang mengincarmu. Baik di dunia manusia maupun di sini." Kata Tsuki saat mereka keluar dari ruang kristal.
"Bagaimana bisa?" Tanya Riku.
"Di dunia manusia, kau adalah anak pewaris perusahaan terbesar ke-2 didunia. Suatu saat nanti pasti perusahaan tersebut akan turun kepadamu. Sedangkan disini, kamu adalah putra mahkota dari kerajaan penyihir terkuat ke-2 didunia dan juga kmai adalah penjaga kristal kehidupan."
"Jadi mulai saat ini, kakek sarankan cari ajudan secepatnya. Kakek hanya khawatir walau kakek sering ada disisimu." Kata Tsuki panjang lebar tapi tersirat juga rasa kekhawatiran kepada cucunya.
"Baik kakek. Secepatnya akan ku temukan seseorang itu." Ucap Riku menenangkan Tsuki.
"Ou-sama, Roy-sama dan Putri-sama sudah tiba dan kini mereka berada di ruang singgasana." Kata seorang penjaga.
"Baiklah. Riku, kamu pakai jubahmu oke?"-Tsuki.
"Ha'ik." Lalu Riku berteleportasi kekamarnya. Sedangkan Tsuki pergi ke ruang singgasana.
Riku yang pertama kali mencoba berteleport kekamarnya pun berhasil dan saat sampai dikamarnya, ia disuguhkan jubah berwarna merah yang dihiasi oleh beberapa permata.
Riku memakainya lalu bergegas keruang singgasana. Beruntung kamarnya tak jauh dari ruang singgasana jadi ia hanya tinggal berjalan sebentar.
Saat sampai diruangan tersebut, Riku melihat Roy, Putri dan Tsuki sedang berbincang.
"Well, well, well. Ouji-sama telah tiba ternyata." Kata Roy.
"Riku duduk disini." Ucap Tsuki sambil menujuk kesamping tahtanya.
"Ha'ik." Riku lalu berjalan menuju ke samping Tsuki lalu duduk.
"Baiklah. Karena sudah berkumpul maka kita mulai pembicaraan kita."-Tsuki.
"Ngomong ngomong, bagaimana keadaan kristal kehidupan?"-Putri.
"Aman, walau pelindungnya sempat melemah tapi kini sudah stabil kembali."-Tsuki.
"Kalau keadaan wolfie bagaimana?"-Tsuki.
"Aman, kini ia sudah disegel ditubuh Ima. Jadi, dia akan aman."-Putri.
"Putri, aku ingin meminta tolong kepadamu."-Tsuki.
"Apa?"-Putri.
"Jadilah guru Riku. Aku tak bisa terus terusan mengajari Riku karena kerajaan ini hampir diujung tanduk."-Tsuki.
"Baiklah. Tapi juga aku perlu bantuan Seth."-Putri.
"Kenapa darling?" Kata Roy, lalu ia mendapatkan bogem cinta dari Putri.
"Jangan panggil aku seperti itu saat sedang dikunjungan kerajaan." Peringat Putri dengan aura membunuhnya.
"Baiklah."-Roy.
"Karena hanya dia yang bisa aku andalkan saat ini untuk membuat pelindung disekitar Riku. Tanpa pelindung dia akan mudah diserang."-Putri.
"Baiklah. Aku ijinkan."-Tsuki.
"Riku, saat kamu berlatih dengan mereka jangan sampai ada laporan kalau kamu masuk rumah sakit."-Tsuki.
"Ha'ik."-Riku.
"Baiklah, kita tunda dulu karena aku harus mengantarkan Riku pulang sekarang."-Tsuki.
"Baiklah. Kami akan menunggumu dimarkas 5."-Roy.
"Riku ayo kita pulang."-Tsuki. Belum juga Riku menjawab mereka sudah sampai dikamar Riku dan Riku sudah berganti pakaian sebelumnya, tas Riku yang selalu ia bawa pun sudah berada di meja belajar Riku.
"Arigato."-Riku
"Douitashimashite, Riku. Kamu istirahat ya. Lusa kita akan memulai sesi latihanmu." Lalu Tsuki menghilang begitu saja.
'Mungkin sedang buru buru.' batin Riku. Lalu Riku pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Time skip~
Riku kini sedang memasak makan malam yaitu Omurice. Saat sedang memasak Hikari pulang dengan wajah yang sangat lesu tapi tetap ceria.
"Tadaima." Kata Hikari.
"Okaeri Hika-chan." Balas Riku.
"Riku-ni, masak apa?" Tanya Hikari.
"Omurice." Jawab Riku.
"Hountoni?! Ya sudah aku mandi dulu." Hikari langsung bergegas pergi kekamarnya. Sedangkan Riku dia hanya memandang kelakuan adiknya dari dapur.
15 menit kemudian~
Riku dan Hikari makan dengan damai hingga sebuah notifikasi pesan dari Mina di handphone Hikari.
Okaa-san♡
Hi-chan, kalian sudah makan kan?
Sudah Okaa-san.
Baiklah, Okaa-san akan pulang larut kalian pergi tidur duluan ya.
Ha'ik Okaa-san.
😘
Setelah itu Hikari menyimpan lagi handphonenya di saku celana.
"Dari siapa?" Tanya Riku.
"Okaa-san, dia bilang akan pulang larut kita disuruh tidur duluan." Jawab Hikari.
"Baiklah." Riku berdiri lalu beranjak keruang keluarga mengambil sesuatu.
"Ini untuk mu." Kata Riku sambil menyerahkan sebuah kotak kecil.
"Apa ini Riku-ni?" Tanya Hikari sambil membuka kotak tersebut. Hikari terkejut akan isi kotak yang diberikan Riku.
"Ini kan, ganci Usamimi friends limited edition kan? Darimana Riku-ni dapat?" Ucap Hikari.
"Iya, Riku-ni sempat mampir ke toko buku dan melihat ini. Ya sudah beli aja, lagi pula mana mungkin aku melupakan ulang tahun adikku sendiri. Otanjubi Omedetto Hikari." Kata Riku. Hikari langsung memeluk Riku.
"Arigato Riku-ni. Aku bersyukur punya nii-san seperti Riku-ni. Arigato." Kata Hikari sambil menangis senang dipelukan Riku.
"Harusnya nii-san yang bersyukur, punya adik sekuat dan secantik Hikari." Kata Riku memeluk Hikari.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan gerak gerik mereka sedari tadi.
"Kau bisa senang dahulu sekarang. Nikmati waktu waktu terakhirmu bersama keluargamu. Ouji-sama." Lalu orang tersebut menghilang, tanpa orang tersebut sadari juga, Riku juga memperhatikannya.
'Sepertinya, aku mulai diincar. Aku harus hati hati mulai sekarang.' batin Riku dengan ekspresi dinginnya.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Chapter 4 selesai juga......akhirnya setelah berhari hari. Bagaimana makin seru? Atau b aja? Atau makin gak jelas?
Vote dan komennya ya minna-san. Agar aku makin semangat untuk up lagi.
Jaa ne~
Write: 08/10/2020 - 14/10/2020
Publish: 14/10/2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top