✨Chapter 24✨
"Baiklah, kalian bisa tolong jaga bunga ini sementara kan? Aku akan pergi lagi, tenang saja aku akan kembali. Walau nanti agak lama." Ucap Riku, sebelum ia berjalan keluar ia ditarik Sakura.
"Riku-kun, kau harus kembali dengan selamat. Kami menunggumu, kau hati hati ya." Sakura memeluk Riku, Riku yang mendapatkan perlakuan itu pun hanya bisa membalas pelukannya.
"Ri-chan, hati hati dijalan. Berjanjilah untuk kembali dalam keadaan selamat." Riku menggeleng
"Gomen Okaa-san nenek, aku tidak bisa janji pulang dengan selamat. Tapi aku akan berjanji membawa kedamaian untuk semua orang." Kairo, Mina, Hikari, Sakura dan Tsuki berpelukkan. Riku pun pamit dan melesat ke tempat Takamasa bersama Rei dan Aka.
"Riku-kun adalah anak yang kuat ya?" Semua mata menatap ke Yuki.
"Kurasa aku setuju denganmu Yuki-san. Walau aku tak tahu apa saja yang dia lakukan selama aku pergi." Kata Tenn.
"Dia mengalami banyak sekali hal. Tenn, kuharap kau tidak marah saat Riku menceritakan tentang dirinya dan jangan melarangnya untuk berperang karena perang adalah...hidupnya." Tenn terkejut dengan kata terakhir Tsuki.
"Apa maksudmu Tsuki-san? Perang adalah hidup Nanase-san? Bagaimana bisa?" Tanya Iori.
"Dia memang lahir seperti manusia pada umumnya, tapi dia besar dimedan pertempuran. Jadi jangan larang dia untuk berperang karena jika kalian melarangnya berarti kalian tidak menginginkan dia hidup." Jelas Sakura.
"Walaupun begitu, dia tetaplah anak yang baik. Riku memang punya sisi pembunuh tapi dia juga punya sisi dimana dia itu lemah lembut dan perhatian." Tsuki dan Sakura menunduk hormat sedangkan yang lainnya menatap bingung.
"Erin-sama, apa Riku yang memanggilmu kemari?" Tanya Tsuki.
"Berdirilah. Riku tidak memanggilku, Hoshi-chan lah yang memanggilku tanpa sepengetahuan Riku. Aku diminta menjaga kalian dan bunga ini tentunya. Masih sama seperti dulu ternyata." Erin mendekat ke bunga tersebut dan bunga tersebut menyebarkan aroma harumnya.
"Hana-chan, kau tahu aku disini?" Tanya Erin kepada bunga tersebut dan bunga tersebut merespon Erin.
"Erin-sama, kenapa kau masih ada didunia ini?" Tanya Sakura.
"Aku hanya ingin memastikan dunia aman sebelum aku benar pergi menemui Ou-sama tercinta kuh. Eh? Kau reinkarnasinya ya?" Tanya Erin saat melihat Gaku yang sedang mengobrol dengan Yamato.
"A..apa maksudmu?" Gaku yang kebingungan.
"Sou desu yo Erin-sama." Jawab Tsuki.
"Ngomong ngomong apa kristal itu disegel? Aku tidak merasakan hawa keberadaannya." Tanya Erin lalu ia berjalan ke arah jendela.
"Riku-kun melakukannya. Dia yang rela menjadikan dirinya sebagai wadah." Jelas Sakura. Erin menutup matanya.
"Baka." Gumam Erin memandang keluar dan nampak Sogo, Ichi, Nagi, Seth dan Mitsuki sedikit kewalahan dengan musuhnya.
"Apa Riku menyimpan senjata dikamarnya?" Tanya Erin dan dibalas anggukan Tsuki.
"Matte sejak kapan Nanase-san menyimpan senjata dikamarnya? Kami saja yang sudah tinggal bahkan berulang kali masuk ke kamar Nanase-san saja tidak pernah melihat benda tajam, bagaimana bisa?" Tanya Ioti yang selalu keluar masuk kamar Riku.
"Iori-san, Riku-nii menyimpan semuanya dibawah kasur. Ada pedang, belati, busur panah, katana, keris, pedang kecil dan tentu saja banyak sekali kunai. Riku-nii bisa menggunakan kunai asli dan juga sihir." Jelas Hikari mengingat apa saja senjata Riku.
"Tunggu dia dapat keris dari mana?" Tanya Tsuki heran, pasalnya keris hanya bisa digunakan oleh orang Indonesia saja. Orang luar negeri jarang sekali ada yang bisa karena tanggung jawab pemiliknya sangat besar.
"Ima-chan yang memberikannya. Bahkan Ima-chan menuliskan apa saja yang harus dilakukan kalau Riku-nii memiliki keris tersebut." Jawab Hikari mengingat kejadian 3 tahun yang lalu.
Flashback~
Riku kini sedang berada dirumah orang tuanya, kebetulan ia diliburkan 1 bulan oleh pihak agensi dan ia sedang berada dikamarnya membuat sebuah novel yang berjudul 'Kenyataan.'
"Riku-nii Hikari masuk ya?" Riku hanya berdehem lalu ia memfokuskan dirinya ke laptopnya. Hikari pun masuk dan melihat Riku sedang berkutat dengan laptopnya.
"Riku-nii kau sedang apa?" Tanya Hikari penasaran.
"Nulis novel, kalau cuma bacakan bosan juga. Jadi, aku coba deh nulis. Judulnya 'Kenyataan' lumayan udah 14 chapter." Balas Riku.
"Kalau udah selesai aku boleh baca kan?" Kata Hikari memohon.
"Boleh, lalu kalau sudah aku akan coba cetak." Pintu kamar Riku diketuk dan nampak Mina yang ada dipintu.
"Doushite Okaa-san?" Tanya Riku dan Hikari bersamaan.
"Ima-chan nyari kalian." Mereka pun turun ke ruang tamu dan nampak disana tak hanya Ima tapi juga bersama dengan Joko dan Riko.
"Riku lama gak ketemu, kabarmu gimana?" Tanya Joko.
"Baik, kabar kalian berdua gimana? Maaf belum sempat ke Indonesia, biasa sibuk." Jawab Riku.
"Aku tahu kok. Aku disana juga fokus belajar, akhirnya selesai juga. Oh dan kami ingin memberikan ini." Ima menyodorkan sebuah kotak kayu dan membukanya.
"Ini keris? Untuk apa?" Tanya Riku.
"Anggap aja sebagai hadiah ulang tahunmu 1 bulan yang lalu. Oh dan ini ada panduan pemilik. Kalau kau sanggup aku akan memberikannya, kalau tidak tak apa aku akan membawanya kembali." Ucap Ima.
"Dek wingi ki malem 1 Suro tho? Wes dikumbah rung?" (Dik kemarin itu malam 1 Suro kan? Sudah dicuci belum?) Ima mengangguk.
"Wes, bareng uti." (Sudah, bersama nenek.) Joko dan Riko hanya ber-oh ria. Riku dan Hikari sangat fokus dengan panduan yang diberikan Ima.
"Tunggu bagaimana cara kita tahu kapan 1 Suro?" Riko memberikan sebuah kalender jawa kepada Riku.
"Ini kalender jawa. Kau bisa menggunakan ini dan tenang saja kami akan bersamamu saat malam 1 Suro." Lalu mereka berbicara tentang kebudayaan Jawa.
Flashback end~
"Aku sangat penasaran apa Riku-nii masih menyimpan kalender Jawa." Gumam Hikari lalu Erin meminta Hikari mengantarkan ke kamar Riku. Dengan senang hati Hikari mengantarkan.
Saat masuk ke kamar Riku, Hikari langsung merogoh bawah kasur dan mengeluarkan semua senjata. Erin yang melihat banyak senjata itu pun membatin 'Kau niat sekali Riku, ini 90% dari semua senjatamu.' Erin mengambil sebuah katana dan beberapa kunai.
"Astaga Riku-nii, ini 95% senjatamu kamu taruh disini? Hah...." Gumam Hikari saat melihat banyak sekali senjata yang ada dibawah kasurnya.
"Kembalikan lagi Hikari, aku akan membantu menebas mereka yang ada diluar." Erin pun pergi keluar. Nagi yang melihat Erin keluar dari dorm pun bertanya.
"Erin-sama? Sedang apa kau kemari?" Erin tersenyum kecil dan melesat ke arah lawan. Seketika seluruh vampire tersebut berubah menjadi abu.
"Membantu kalian tentunya. Hoshi-chan yang memintanya." Erin pun melesat lagi dan menebas semua vampire.
Disisi lain, Riku, Rei dan Aka sedang berhadapan dengan Takamasa. Pertarungan mereka sangat sengit karena baik pihak Takamasa maupun Riku mereka sama sama kuat.
Pertarungan tersebut berlangsung hingga 3 hari 3 malam. Kini sudah memasuki malam ke tiga dan bulan biru sudah berada difase puncaknya.
"Hah...hah...hah...sial dia kuat banget. Kunai akan lama, Aka tolong ambilkan keris yang ada dibawah kasurku." Aka pun pergi sedangkan Riku bertarung kembali.
"Percuma Nanase Riku. Aku tidak akan bisa kau musnahkan karena aku abadi bahkan kalau kau menusuk jantungku atau menebas kepalaku aku tak akan mati. Hahahahhah." Riku berhasil melukai Takamasa dan kali ini luka tersebut paling parah.
"Hidoi yo Riku, kau melukaiku. Aku harus mundur terlebih dahulu." Tapi sebelum Takamasa bisa mundur, Riku sudah lebih dahulu menyerangnya dengan keris yang dibawakan Aka.
"ARGH!!!" Riku tersenyum kecil lalu ia menyerang kembali dengan cukup brutal.
"Heh...katanya kebal senjata apapun? Dengan keris saja kau langsung tumbang? Lemah." Riku melesat ke arah Takamasa tapi....
DEGH
Dada Riku terasa nyeri. Riku jatuh terduduk sembari memegangi dadanya. Rei yang melihat Riku jatuh terduduk pun berlari ke arah Riku.
"Ou-sama! Daijobu?!!" Tanya Rei panik. Sedangkan di dorm I7, Tsuki dan Sakura mendapatkan feeling yang sama. Mereka pun pamit keluar dan langsung menuju tempat Riku berada.
Dikamar, Tenn yang sedang membaca buku pun merasakan dadanya nyeri. 'Riku, apa yang terjadi padamu?' batin Tenn.
Riku yang merasakan nyeri pun tak sanggup melawan lagi. Nafasnya memburu, asmanya kambuh. 'Sudah saatnya Tenn-nii ke medan pertempuran.' batin Riku, tak lama kemudian Tsuki dan Sakura sampai.
"Riku, kau kenapa?!" Tanya Tsuki panik.
"Ka..kek...panggil...Tenn-nii..hah...sekarang....juga...hah.hah waktu kita...tidak ..ba..nyak...lagi....CEPAT!!" Tsuki pun kembali ke dorm dan mengajak Tenn. Tak lupa membawa belati yang Riku berikan kepada Tenn.
"Nenek...jangan...biar..kan..Taka...lolos...hah...hah..." Sakura langsung menyerang Takamasa yang berusaha kabur. Beberapa saat kemudian Tenn dan Tsuki sampai. Tenn yang melihat keadaan adiknya terkejut.
"Akhir...nya..kau..sampai..Tenn..nii...aku akan....memulihkan tenaga...dahulu...kalian lemahkan...Taka..." Tsuki pun menyusul Sakura yang sudah menyerang Takamasa terlebih dahulu, lalu disusul Rei.
Aka dan Tenn menjaga Riku yang sedang mengumpulkan tenaganya. 'Kalau saja kakek dan nenek tidak melarangku untuk menghentikanmu, aku sudah menghentikanmu sejak lama.' batin Tenn.
"Tenn-nii, daijobu. Aku baik baik saja, aku tidak menyesal memilih jalan ini." Ujar Riku lemah.
"Demo Riku, aku...aku tak sanggup melihatmu seperti ini. Apalagi kau sudah 3 hari tidak kembali, kami khawatir Riku." Ucap Tenn lalu ia memeluk Riku.
"Shinpai shinaide Tenn-nii, aku pernah perang 5 hari lho. Perang itu hidupku, aku senang memilihnya." Jawab Riku.
"Tapi tetap saja, kalau aku boleh melarangmu aku akan melarangmu sekarang juga." Tenn terisak. Riku yang melihat itu memeluk Tenn.
"Tidak bisa, dengan begitu kau tak menginginkan diriku hidup Tenn-nii." Tenn berhenti menangis.
"Baiklah, aku tak akan melarangmu. Jalan hidupmu ada ditanganmu, kami hanya membantumu. Jadi?" Riku berdiri.
"Aka bagaimana kalau kita pakai kombinasi?" Aka mengangguk lalu ia merasuki Riku. Riku yang dirasuki pun seketika berubah, rambut dan matanya berwarna merah menyala, lalu 2 sayap phoenix berada dibelakangnya, tak lupa disekelilingnya terdapat api merah.
"Tenn-nii, gunakan belati tersebut untuk menusuk jantung dan kepalanya. Jangan pedulikan dia siapa, kau harus rela atau dunia ini akan hancur." Tenn bersiap dan Riku terbang cepat ke arah Takamasa dan sekali tebas Takamasa langsung tak berdaya.
"TENN-NII SEKARANG!!!" Tenn berlari ke arah Takamasa dan langsung menusukkan belatinya ke jantung dan kepalanya.
"Gomen, arigato, sayonara." Takamasa langsung berubah menjadi abu dan Riku pun turun ke tanah.
"Kita berhasil..." Riku seketika pingsan.
"RIKU!!!" Tenn menangkap Riku dan mereka langsung membawa Riku ke dorm. Tsuki memanggil Shinkai untuk memmeriksa Riku.
Sesampainya didorm seluruh penghuni dibuat terkejut dengan penampilan Riku yang penuh dengan goresan dan darah. Riku langsung dibawa ke kamarnya dan tak selang lama Shinkai datang lalu memeriksa Riku.
"Tou-san, ada apa dengan Riku!!?" Tanya Kairo panik.
"Entahlah Kai-chan, kami sendiri juga tak tahu." Seluruh orang tegang dan khawatir. Setelah 6 jam berlalu, Shinkai pun keluar dari kamar Riku.
Saat Shinkai ingin memberikan kabar. Ia dihujani berbagai pertanyaan.
"Tolong tenang, setelah melakukan pemeriksaan Ou-sama mengalami beberapa luka serius dibeberapa titik tapi sudah diatasi. Lalu berita bagus, entah karena apa asma Ou-sama hilang dan paru paru berfungsi normal. Dan...berita terburuk....Ou-sama mengalami.....
Koma." Seperti tersambar petir, mereka semua mematung. Hikari langsung berlari ke kamar Riku dan melihat kamar tersebut sudah dipenuhi alat alat medis.
Hikari yang tak tega melihat hal tersebut pun menangis keras. Tenn yang ada disana pun mendekati Riku yang ada diranjangnya.
Tenn menggenggam tangan Riku lalu ia menangis kencang. Para idol yang melihat keadaan Riku pun tak sanggup menahan air matanya.
"Ou-sama tak perlu ke rumah sakit. Saya akan merawatnya disini." Tsuki berterima kasih dan pergi ke kamar Riku.
Skip time, 8 bulan kemudian....
Sejak kejadian itu, Riku yang jatuh koma pun belum membuka matanya. Para idol(-I7) sudah kembali dari hiatus mereka.
Setiap hari para idol selalu mengunjungi dorm I7 untuk sekedar menjenguk Riku atau berkumpul seperti biasa. Tak hanya para idol, keluarga Riku yang lain pun juga sering mengunjungi dorm I7 untuk menjenguk Riku.
Tenn dan Aya yang awalnya diangkat menjadi anak angkat Takamasa pun sudah kembali ke keluarga asli mereka.
Dan kini semua idol sedang berkumpul didorm I7. Suasananya sangat hangat, tapi tidak sehangat daat Riku hadir. Tak berselang lama Kairo, Mina, Hikari, Tsuki, Sakura dan beberapa tamu tak terduga datang.
"Minna-san konniciwa." Ucap Hikari
"Konniciwa Hikari-san/Hikari/Hikari-chan." Jawab seluruh idol.
"Apa belum ada perkembangan?" Tanya Mina.
"Belum Okaa-san, Shinkai-san sedang memeriksanya." Tak lama Shinkai datang.
"Bagaimana Shinkai?" Shinkai menunduk.
"Kondisinya memburuk, salah satu lukanya yang hampir mengenai jantung ternyata berakibat buruk dan saat ini tergantung dia dan Kami-sama." Mereka seperti disambar petir. Hikari menangis kencang, sedangkan yang lainnya menahan tangisnya.
"Minna." Semua orang menoleh ke asal suara dan nampak Hoshi dan Erin.
"Hoshi-sama, Erin-sama? Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Sakura.
"Riku membutuhkan kalian. Terutama kau Tenn." Kata Erin. Tenn yang dipanggil pun terkejut.
"Aku tahu caranya agar Riku tetap hidup. Tapi ini harus melibatkan kalian semua sebagai orang orang yang Riku sayangi." Lanjut Erin.
"Caranya apa?" Tanya Hoshi.
"Hoshi-chan, kau lebih baik menjaga Riku. Soal ini serahkan ke kami." Hoshi pun pergi dan Erin mendekat.
"Jadi Erin-san? Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Iori.
"Pertama, kita butuh bunga yang Riku simpan. Kedua, yang bisa menggunakan mantra medis kalian bacalah mantra medis terkuat. Yang terakhir dan paling penting, kalian semua harus ada disisi Riku. Ada yang ditanyakan?" Tenn mengangkat tangannya.
"Apa perlu semua orang?" Erin mengangguk.
"Dengan begitu Riku tahu kalau kalian baik baik saja. Riku sangat menghawatirkan kalian. Selama dia koma, dia terus memikirkan kalian. Baiklah kalau tak ada yang bertanya lagi, ayo bertindak. Semakin lama semakin buruk." Semua orang pun pergi ke kamar dimana Riku terbaring.
"Minna, Riku menunggu kalian. Cepatlah." Erin, Sakura, Shinkai dan Rei pun mengucapkan mantra ke Riku yang diatasnya sudah diletakkan bunga malam.
Sisanya mereka berdoa agar Riku tetap bersama mereka. Cahaya terang pun muncuk dari bunga tersebut dan bunga tersebut menghilang bersamaan dengan bergeraknya jari jari tangan Riku. Riku pun membuka matanya dan nampak mata crimsonnya kembali, walaupun rambutnya masih tetap berwarna putih.
"Minna." Seluruh orang yang ada terharu, akhirnya setelah 8 bulan mereka akhirnya mendengar suaranya mereka rindukan.
"Riku-nii, jangan tinggalkan aku." Kata Hikari menerjang Riku.
"Hika-chan, Nii-san tidak kemana mana. Hanya istirahat sebentar, shinpai shinaide." Ucap Riku lemah.
"Sebentar apanya, 8 bulan itu sebentar?"
"HHEEEEEEEE!!?!!" Riku pun mengecek kalender yang ada dinakasnya dan ternyata benar.
"Rikkun, kau lama sekali bangun." Ucap Tamaki lalu ia bermanjaan dengan Riku.
"Tamaki? Gomen ne, aku kira cuma 8 jam."
"Itu kan waktu tidurmu Nanase-san, lalu okaeri Nanase-san."
"Tadaima minna." Mereka pun bersenda gurau hingga malam. 'Kami-sama, terima kasih sudah mengijnkanku untuk bersama dengan mereka lebih lama. Aku sangat bersyukur kalau mereka bahagia, arigato Kami-sama.' batin Riku.
.
.
.
.
Tbc
Minna, Amy back lagi nih.
Makin gaje ya?
Oke terima kasih bagi yang udah support sampai sekarang. Arigato Gozaimasu minna
Juga mungkin 2 atau 3 chap lagi book ini akan tamat.
Jaa ne~
Write: 27/11/2020 - 30/11/2020
Publish: 01/12/2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top