✨ Chapter 23✨
"Baiklah rencananya seperti itu. Ada yang masih bingung?" Tanya Riku.
"Riku-kun kalau aku dengarkan rencana tadi itu untuk siapa? Kau belum menjelaskannya." Tanya Yuki.
"Orang yang kalian kenal. Kujo Takamasa." Semua orang terkejut atas apa yang Riku katakan.
"Tidak mungkin, dia bukanlah orang jahat. Kau pasti mengada ada!!!" Bentak Tenn. Riku berusaha menahan amarahnya agar tidak keluar.
"Lalu bagaimana kau menjelaskan tentang ini?!" Tanya Riku lalu ia melempar sebuah kertas salinan rencana Takamasa ke arah Tenn. Tenn membaca dan terkejut.
"Selama ini, aku berusaha menyelamatkanmu dan adiknya Tamaki. Tapi, kau sendiri tak ingin diselamatkan. APA MAU MU?!!" Riku menangis dalam diam, mengeluarkan semua tekanannya.
"Aku berusaha melindungi keluarga kita karena hanya aku yang bisa melindungi mereka. Otou-san dan juga Okaa-san mendukungku walau mereka sibuk dengan pekerjaannya, mereka tak pernah melupakan kami. Bahkan mereka tak pernah melupakanmu Tenn-nii." Kata Riku ditengah isaknya. Tsuki mendekat kearah Riku dan membuatnya tertidur.
"Maafkan Riku ya, dia hanya terlalu tertekan dengan semua yang terjadi. Terutama saat kau mengatakannya untuk berhenti Tenn, apa kau tidak percaya pada adikmu?" Tsuki pun membawa Riku ke kamarnya.
"Nanase itu bukanlah orang yang lemah. Dia bahkan sanggup menjalani pelatihan berat bersama ketua." Kata Gaku.
"Riku-sama juga sering menerima luka ditubuhnya. Kalian pasti pernah melihat sebuah luka besar dipunggungnya kan?" Tanya Ichi. I7 menggangguk.
"Itu luka sekitar 7 atau tidak 8 tahun yang lalu. Karena luka tersebut, Riku pernah tak sadarkan diri hingga 2 atau 3 bulan." Jelas Rei.
"Riku memang sepertinya orangnya polos, ceria dan juga naif. Tapi dibalik itu semua, ia menyimpan banyak sekali kewajiban, banyak sekali tanggung jawab dan banyak sekali tekanan." Kata Seth sembari ia mengingat semua kejadian yang pernah ia alami bersama Riku.
"Tenn-kun, adikmu itu bukanlah adikmu yang dulu. Riku-kun semakin kuat semenjak kau meninggalkannya, Riku tumbuh dengan baik bahkan dia siap bertarung kapanpun. Dia sudah seperti mesin tempur karena ancaman dari Takamasa." Jelas Sakura. Tenn hanya termenung. Tsuki pun masuk ke ruang tengah dengan membawa sebuah kotak hitam kecil.
"Tenn, perang akan segera terjadi. Bawalah benda ini kemanapun kau pergi, ini senjata legendaris yang Riku maksudkan. Riku ingin kau menyimpannya sampai kapanpun." Tenn menerima kotak tersebut dan membukanya, terlihat isinya adalah belati kembar dan sebuah surat.
Tenn membaca surat tersebut dengan teliti tanpa kelewatan satu huruf.
Tenn-nii, setelah kau menerima belati ini. Simpanlah baik baik, karena setelah perang berakhir. Aku akan pergi mengurus kerajaan sepenuhnya, aku harus memenuhi tugasku sebagai raja dan melindungi semuanya dari istana.
Salam sayang,
Adik kembar kesayanganmu,
Riku.
Tenn pergi ke kamar Riku dan saat sampai didalam ia melihat Riku sedang bersiap siap dengan baju tempurnya.
"Riku, apa kau harus pergi?" Tanya Tenn sembari memeluk Riku dari belakang.
"Tenn-nii, tugas memanggilku jadi aku harus pergi. Tenang saja, aku tidak pergi untuk selamanya kok. Tenn-nii jangan menangis ya?" Saudara tersebut berpelukkan dibawah sinar bulan yang bersinar terang. Tanpa mereka sadari bulan biru telah muncul.
Mereka melepas pelukannya dan memandang bulan yang bersinar.
"Pertunjukkan sudah dimulai ya?" Gumam Riku lalu mereka mendengar suara keributan dari luar dorm mereka. Riku dan Tenn keluar dan melihat banyak sekali vampire berkeliaran.
Riku dan Tenn kembali ke ruang tengah. Riku menatap Tsuki dan Sakura. "Kakek nenek, lindungi keluargaku. Aku khawatir kepada mereka. Diantara kalian siapa yang bisa menggunakan senjata?" Tanya Riku dengan wajah serius.
"Aku bisa, sedikit." Kata Mitsuki. Riku memberikan pedang kecil kepada Mitsuki.
"Baiklah seperti rencana. Sogo-san, Ichi-san dan Mitsuki-san kalian lindungi dorm ini jangan sampai ada yang masuk. Lalu Seth-nii dan Nagi kalian basmi semua vampire yang ada, aku dan Rei akan ke tempat Taka. Tenn-nii kau tetap disini dulu." Mereka pun melesat dengan cepat keluar dari dorm dan mendapati banyak sekali hama.
"Banyak banget hamanya." Gumam Riku lalu dengan cepat ia menebas semua vampire hingga hampir tak tersisa.
"Aku serahkan ini kepada kalian. Rei kita pergi." Riku dan Rei pergi ke markas Takamasa sedangkan Nagi dan Seth berpencar.
Riku dan Rei akhirnya sampai disebuah tempat didekat hutan suci. Riku dan Rei memutuskan untuk berpencar agar bisa memancing Takamasa keluar.
Sementara didorm I7 diwaktu yang sama. Momo sedang berada dikamar Nagi mencari cari sesuatu.
Flashback~
Nagi mengajak Momo menjauh sementara dari kerumunan untuk membahas sesuatu.
"Ada apa Nagi?"-Momo.
"Aku ingin kau mencari pisau kecil di kotak hitam yang ada dikamarku. Gagang pisaunya ada ukiran elang, setelah kau menemukannya langsung berikan ke Riku."-Nagi.
"Tapi Riku kan berada di dimensi lain. Bagaimana aku bisa kesana?"-Momo.
"Berikan ke Aka dahulu. Lalu suruh dia berikan ke Riku atas perintahku. Pisau itu akan membantunya nanti."-Nagi. Lalu mereka kembali ke kerumunan.
Flashback end~
Momo mencari keseluruh penjuru kamar Nagi, tapi tak kunjung ketemu. Yang ia temukan hanyalah koleksi Nagi.
"Kemana sih?" Momo ingat kalau ia belum memeriksa bawah tempat tidur Nagi dan ternyata benar. Disebuah kotak hitam dengan ukiran mantra kuno, saat dibuka terdapat pisau yang dimaksudkan oleh Nagi.
"Oke ketemu. Aka." Tak lama berselang Aka pun muncul.
"Ada apa Momo-sama?" Tanya Aka.
"Nagi memintamu membawakan ini kepada Riku. Cepatlah." Aka menerima kotak tersebut lalu melesat ke tempat Riku.
Ditempat lain, tepatnya ditempat Sogo dkk. Mereka masih sentiasa berjaga didorm I7, sampai sejauh ini belum ada yang berani masuk ke dalam kawasan dorm I7. Entah karena sudah ditebas oleh Nagi dan Seth atau takut dengan hawa yang Sogo dan Ichi keluarkan.
Oke kembali ke tempat Riku dan Rei. Aka yang baru saja sampai langsung mendarat dikepala Riku.
"Kebiasaan deh. Ada apa sih?!" Kata Riku yang selalu waspada ke sekitarnya.
"Nagi-sama memberimu kotak ini." Riku mengambil kotak tersebut dan membukanya. Riku hanya tersenyum kecil saat melihat isi kotak tersebut.
"Arigato, kau jagalah dorm." Aka pun terbang kembali ke dorm lalu Riku menyimpan kotak tersebut dan melanjutkan pencarian.
Setelah mencari cukup lama, Rei dan Riku bertemu ditempat mereka berpencar.
"Apa kau menemukannya?" Rei menggeleng lalu tiba tiba Riku merasakan sakit yang luar biasa bahkan lebih sakit daripada sebelumnya.
"Kita ke istana sekarang. Firasatku buruk." Dengan dibopong Rei mereka berteleport le istana. Sesampainya disana, Riku melihat banyak sekali darah.
"Semoga belum terlambat." Riku langsung melesat ke ruang kristal dan mendapati Takamasa sedang berjalan kearahnya.
"Well well well, ternyata rajanya sudah ditempatnya. Erin-sama." Riku pun memasang kuda kuda.
"Apa mau mu, Taka?" Tanya Riku dengan nada dinginnya.
"Sudah jelaskan? Aku ingin mengambil kristal kehidupan dan menguasai dunia." Tawanya menggelegar keseluruh penjuru istana.
Rei yang sedang berada diruang singgasana saja mendengar dengan sangat jelas.
"Kalian tangani yang ada disini, aku akan menyusul Ou-sama." Rei pun pergi meninggalkan ruang singgasana menuju ruang kristal.
"Br*ngs*k. Kau tak akan aku biarkan mengambil kristal tersebut." Riku melesat kehadapan Takamasa dan menyerangnya. Takamasa yang sepertinya tidak siap terluka dibagian wajahnya.
"Hidoi ne Erin, ie Nanase Riku." Takamasa tertawa keras dan tiba tiba ia ditusuk dari belakang oleh Rei.
"Ou-sama daijobu?" Riku tersenyum kecil lalu berdiri.
"Rei, aku rasa terpaksa aku harus menyegelnya." Rei yang mendengar itu terkejut.
"Apa tidak ada jalan lain?!" Riku menggeleng lemah.
"Tenang saja Rei, aku akan baik baik saja. Kau perlambat si Taka selama proses." Riku masuk kedalam ruang kristal sedangkan Rei tetap berada diluar.
"Oke, saatnya menyegelmu kristal. Tenang saja saat aman, aku akan mengeluarkanmu dari tubuhku." Riku memposisikan dirinya dihadapan kristal lalu membacakan mantra yang memang tak sembarangan orang tahu dan juga tidak boleh digunakan sembarangan.
Kristal tersebut merespon mantra tersebut dan mulai bereaksi. Kristal tersebut mengeluarkan cahaya yang sangat terang dan tak lama kemudian kristal tersebut hilang.
Sebenarnya, kristal tersebut masuk kedalam tubuh Riku dan Riku pun membuka matanya, tanpa ia sadari rambutnya berubah warna(lagi) menjadi putih dan matanya berubah menjadi biru laut. Saat Riku membuka matanya, ada seorang perempuan cantik berbaju putih panjang dan rambut putihnya terurai panjang.
"Dare?" Tanya Riku penasaran.
"Atashi namae Hoshi desu. Yoroshiku ne, Nanase Riku." Ucap perempuan itu lembut.
"Yoroshiku ne Hoshi-san. Ngomong ngomong kau ini apa? Emm...maksudku..." Perempuan itu tertawa kecil.
"Aku adalah kristal tersebut. Ya kalau didunia manusia aku seperti 'hantu penjaga'. Riku-kun karena kau rela mengorbankan dirimu sebagai wadah, aku ingin meminjamkan kekuatanku agar kau bisa terbantu nantinya." Jelas Hoshi.
"Arigato Hoshi-san, kami akan sangat terbantu." Riku tersenyum lembut.
"Bagaimana kalau kita ke medan perang sekarang?" Riku mengangguk kecil dan Hoshi masuk ke dalam tubuh Riku.
Riku pun keluar ruangan dan tidak mendapati siapapun diluar. 'Perasaan tadi ada Rei dan Taka. Kemana mereka?' batin Riku. Lalu ia melihat panah yang tertancap didinding dengan sebuah kertas.
Riku mengambil kertas tersebut dan membacanya.
Riku-sama, Taka kini lari ke markasnya. Tak hanya itu dia juga menyebarkan 'dirinya' ke seluruh kota. Aku kini berada dimarkasnya, setelah kau membaca surat ini pergilah ke tempat keluargamu sekarang.
Ajudanmu,
Rei
Riku meremas kertas tersebut lalu pergi ke rumah orang tuanya. Sesampainya disana, hanya merah yang ada dipenglihatannya.
"Gawat." Gumam Riku.
"Tunggu Riku-kun. Jangan masuk dahulu, kalau kau masuk kita celaka. Lalu ini bukanlah rumahmu, ini juga bukan di dunia manusia." Kata Hoshi yang ada didalam tubuh Riku.
"Lalu?" Tanya Riku.
"Ini black illusion box. Sejak kita keluar dari ruangan, kita sudah ada diilusi yang dibuat musuh." Jelas Hoshi.
"Tunggu apa tadi katamu? Black illusion box?" Tanya Riku memastikan.
"Ya, kau tahu kan?" Riku mengangguk.
"Black illusion box, salah satu dari 3 mantra ilusi terkuat yang ada. Ilusi ini berasal dari mantra hitam dan paling mudah dihancurkan yaitu dengan cara mantra cahaya tingkat tinggi." Jelas Riku lalu ia merapalkan mantra cahaya, seketika seluruh permukaan pecah seperti kaca dan Riku kembali ke tempat awal. Disana terlihat Rei sedang berdiri dengan menatap kosong depannya.
"Black illusion box lagi? Hah...kurasa aku harus sering mengajakmu membaca Rei." Riku membatalkan penggunaan mantra tersebut dan Rei tersadar.
"Ou-sama? Kok aku disini?" Rei yang linglung pun mendapatkan sentilan didahinya.
"Kau sudah masuk dikotak ilusinya Taka. Beruntung aku bisa langsung sadar." Entah apa yang Riku pikirkan ia langsung mengajak Rei berteleport ke dorm.
Sesampainya didorm mereka melihat Sogo dan yang lainnya sedang melawan vampire tingkat tinggi. Tanpa basa basi Riku langsung menebas semua kepala vampire dengan kunainya.
"Kalian tak apa?" Tanya Riku.
"Dare?" Ucap Sogo, Nagi, Ichi, Seth dan Mitsuki.
"Dia Riku." Ucap Rei.
"Dengan bentuk baru." Riku mengangguk lalu ia menatap Rei bingung.
"Baru? Apanya yang baru Rei? Aku gak berubah!" Sangkal Riku.
"Kamu lebih baik berkacalah." Rei memberikan kaca yang entah dia dapat darimana lalu memberikannya kepada Riku. Riku menerimanya dan memandang lama dirinya dan...
"HHEEE!!!!!???" Riku terkejut akan perubahannya dan Hoshi muncul dihadapan mereka.
"Itu efek karena kau menyegel kristal ditubuhmu." Ucap Hoshi, semua orang terkejut akan kemunculan Hoshi.
"Dare?" Tanya semua orang yang ada disana kecuali Riku.
"Atashi Hoshi desu, sahabatnya Riku-kun." Riku mengangguk lalu menatap tanya kearah Hoshi. Hoshi hanya tertawa kecil dan kemudian menghilang.
"Souka, aku merasakan aura dari orang tua dan adikku. Apa mereka kemari?" Tanya Riku. Seth dan Nagi mengangguk.
"Tsuki-sama yang membawa mereka kemari. Mereka ada didalam." Riku pun masuk ke dalam dorm dan menemukan Hikari yang sedang bermanja manjaan dengan Tenn.
"Riku-nii, kau dari mana saja?" Tanya Hikari saat menyadari Riku ada diruang tengah.
"Riku, kenapa penampilanmu berubah?" Tanya Kairo.
"Ceritanya panjang. Setelah semuanya berakhir aku akan ceritakan. Kakek, kau bisa lindungi semuanya yang ada disini kan?" Tsuki mengangguk.
"Baiklah, dimana Aka?" Tak selang beberapa lama, Aka pun muncul diatas kepala Riku(lagi).
"Hadir. Ne Riku, kau yakin akan menyimpan bunga itu selamanya? Bunganya merespon kedatanganmu lho." Riku langsung pergi ke kamarnya dan mendapati bunga tersebut bersinar terang.
Riku membawanya keluar dan meletakkannya diruang tengah. Semua orang yang ada diruang tengah kebingungan.
"Rikkun sejak kapan kau memelihara bunga?" Tanya Tamaki.
"1 tahun yang lalu. Aku sembunyikan bunga ini dibawah kasurku, walau aromanya tidak bisa disembunyikan." Hoshi pun muncul(lagi) dan membuat seluruh penghuni ruang tengah bahkan Tsuki dan Sakura kebingungan.
"Minna-san, konbawa. Atashi no namae Hoshi desu, sahabatnya Riku-kun. Yoroshiku ne dan aku bukan manusia." Jelas Hoshi sopan.
'Kalau dia manusia, aku akan coba dekatin dia. Cantik banget sumpah.' batin Gaku.
'Wow...cantik banget, lemah lembut lagi. Benar benar wanita idaman, tapi sayang dia bukan manusia.' batin Yamato.
"Gaku-kun, Yamato-kun jangan berfikiran kalau seandainya aku manusia kalian bisa dekati ya. Tipeku bukan kalian, tapi seperti Riku." Yamato dan Gaku langsung pundung sedangkan Riku kebingungan. Tidak hanya Riku yang kebingungan, seluruh orang yang ada diruangan pun dibuat bingung.
"Hoshi-san, aku baru 18 tahun. Jangan aneh aneh deh." Sangkal Riku.
'Walaupun kamu itu tipeku juga.' lanjut Riku dari dalam hati. Tapi itu sia sia karena Hoshi bisa membaca isi hati Riku.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Minna-san, konbawa.
Yey akhirnya Amy up lagi nih. Oh dan Amy cuma ingin memberikan info mungkin chap selanjutnya akan lama upnya karena minggu depan Amy udah PAS.
Terima kasih yang udah mau setia nunggu cerita gaje(gak jelas) nya Amy. Maaf kalau ada typo ya minna.
Jaa ne~
Write: 24/11/2020 - 26/11/2020
Publish: 26/11/2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top