- 12 - || Tell Me Your Feeling! || - 12 -

Apa pintu hatinya tidak bisa terbuka?

Pintu hatinya tidak memiliki kunci dan ganggang?

Apa yang dikhawatirkan?

Dobrak habis saja pintunya!

_______________

S

udah berapa lama (Name) berada di ruangan janitor yang sempit dan gelap ini?

Entahlah, dua jam mungkin.

(Name) menggeleng pelan, lalu diam-diam memarahi dirinya karena tak membawa tisu untuk membersihkan wajahnya yang pasti terlihat berantakkan sekarang.

Lalu ia teringat toilet siswi berada tak jauh dari ruang janitor.

(Name) mengehela napas.

Ia takut tertangkap basah keluar dari ruangan ini.

Hei, kenapa dia harus takut? Heh, aneh tapi nyata.

(Name) menarik napas panjang, lalu membuka pintu ruangan janitor dengan perlahan untuk mengintip keluar.

Tidak ada siapapun.

(Name) keluar dan berjalan menuju toilet.

Beberapa langkah mendekati toilet, tiba-tiba dia terperangkap oleh sepasang tangan milik laki-laki. Kedua pergelangan tangannya ditahan ke dinding, dan ia langsung bertatapan dengan sepasang mata yang familiar baginya.

"Anoo—"

"Keluar juga kau," ucap laki-laki yang ada di depan (Name) lalu meletakkan kepalanya di bahu kanan (Name), "Berhenti membuat kami khawatir." bisiknya.

Pipi (Name) sedikit merona saat merasakan hembusan panas di telinga kanannya.

Bahu laki-laki yang ada di depan (Name) tampak naik turun, seperti kehabisan napas.

Dan (Name) dapat merasakannya dari deru napas yang dia keluarkan tepat di telinga kanannya, panas dan cepat.

'Hentikan pikiran anehku ini.' pikir (Name) ingin menampar dirinya sendiri.

"Maaf." gumam (Name) akhirnya.

Beberapa lama kemudian laki-laki yang masih meng-kabedon (Name) ini pun menjadi tenang dan menjauhkan dirinya dari (Name).

"Aku juga minta maaf sudah mendorongmu tiba-tiba." gumamnya mengusap belakang kepalanya.

(Name) hanya menggeleng pelan, "Salahku membuatmu khawatir, Tetsurou."

Kuroo lalu menatap (Name) sejenak, sebelum akhirnya menoleh ke arah lain.

"Kau tau—" Kuroo akhirnya menatap mata sembab (Name), "Kau tidak perlu menangung semuanya sendiri. Terimalah uluran tangan orang lain."

(Name) membalas tatapan mirip kucing milik Kuroo, "Apa masksudmu—"

"Maksudku, terimalah bantuan kami." jelas Kuroo memotong pertanyaan (Name), "Jika kau bersikeras tidak menerima bantuan kami, setidaknya ceritakanlah masalahmu. Mungkin kau akan merasa sedikit lega, dan aku janji aku tidak akan menertawakan apapun masalahmu itu."

(Name) tertegun, tak biasanya Kuroo bersikap seperti ini. Biasanya dia adalah kapten yang santai dan cukup sarkas. Berbicara sepanjang ini dan dengan nada seperti ini benar-benar diluar sifat normalnya.

(Name) membuka mulutnya, hendak mengeluarkan semua masalahnya.

Tidak, ia akan menangis lagi jika membicarakannya.

Lalu (Name) kembali menutup mulutnya dan menekan kedua bibirnya agar tetap tertutup rapat. Untuk menahan isak tangis yang hendak keluar.

"A-aku," ucap (Name) dengan suara bergetar, "Aku ingin dicintai sebagai diriku..."

Lalu (Name) bergegas menuju toilet siswi sebelum Kuroo sempat bertindak.

Meninggalkan Kuroo dengan sejuta pertanyaan di dalam kepalanya.

_______________

(Name) menghela napas panjang.

Ia telah memperbaiki penampilannya dan sekarang ia jadi lebih baik dari sebelumnya, lebih baik dari sosoknya yang berpenampilan sangat berantakkan.

"Aku ingin dicintai sebagai diriku..."

(Name) menatap sosoknya di kaca lalu menyentuh pipinya, melihat refleksi dirinya di kaca melakukan hal yang sama.

(Name) tersenyum miris mengingat ucapannya pada Kuroo barusan.

'Aku terdengar sangat lemah...'

Walaupun jujur saja di hati terdalam (Name), ia ingin mendengar seseorang mengucapkan itu padanya.

Setelah siap dengan senyum—palsu—khasnya, (Name) berjalan keluar toilet dan dihadapkan oleh sosok Oikawa dan Iwaizumi, yang terlihat sangat marah.

Sekali lagi, sangat marah.

(Name) langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, sambil tersenyum canggung.

Siapapun pasti takut mendapat tatapan membunuh oleh dua laki-laki yang lebih tinggi dari mereka, kan?

"Apa aku harus mengingatkanmu bahwa pemikiranmu seperti itu sangat bodoh?" heran Iwaizumi, "Kau bukan Kusokawa yang harus diingatkan kebodohannya."

"Iwa-chan, itu tidak sopan!!"

(Name) yang awalanya takut dengan nada bicara Iwaizumi akhirnya sedikit tersenyum saat mendengar ucapan Iwaizumi selanjutnya.

"Maaf," ucap (Name), "Aku hanya tidak ingin kalian khawatir."

"Lalu apa akhirnya?" tanya Iwaizumi langsung, "Kami justru semakin khawatir."

"Maaf," gumam (Name) untuk kesekian kalinya, "Aku tak bermaksud demikian."

Iwaizumi hanya menghela napas lalu menatap (Name), "Kalau begitu kembali lah ke kamarmu dan tidur. Besok kau sudah harus ada di gym, ok?"

(Name) memiringkan kepalanya.

"Memangnya ini sudah jam berapa?"

"Delapan malam."

'B-berapa lama aku berada di ruang janitor!?'

"Dan juga," ucap Iwaizumi kembali, "Kepergianmu membuat anak kelas 1 Karasuno menjadi panik."

Saat (Name) ingin bertanya, tiba-tiba Oikawa berdehem pelan.

"Tooru?"

Iwaizumi yang melihat ini hanya memutar bola matanya lalu menepuk pundak Oikawa.

"Aku kembali ke ruangan duluan."

Oikawa hanya mengangguk dan Iwaizumi pun meninggalkan mereka berdua.

Tiba-tiba Oikawa memeluk (Name), membauat iris mata (e/c) (Name) melebar karena kaget atas tindakan tiba-tiba Oikawa.

"Tidak apa," ucap Oikawa membuat (Name) menoleh pada Oikawa dengan heran, "Tidak apa jika kau gagal melakukan sesuatu yang diharapkan orang itu akan berhasil. Kau bukanlah robot yang bisa melakukan semuanya dengan sempurna."

(Name) tertegun, lalu dia menghela napasnya dengan perlahan.

"Tooru—"

"Kau tau, (Name)?" ucap Oikawa melepas pelukan mereka tapi masih memegang kedua bahu (Name), "Jika selama ini kau memasang sosok palsu, dan kau berencana menunjukkan sosok aslimu, aku akan tetap menyukaimu kok."

Lalu Oikawa melepas pegangannya dari bahu (Name) dan meninggalkannya sambil melambai.

"Sampai ketemu besok, (Name)~"

Saat Oikawa sudah hilang dari pandangan, (Name) tesenyum kecil.

"Dari dulu..." gumamnya mengusap air mata yang hendak menetes, "Aku ingin mendengar kata-kata itu."

_______________

Terdengar bunyi alarm, dan itu membuat (Name) yang sedang terlelap mau tak mau harus membuka matanya. (Name) melirik alarm yang berbunyi. Jam 5 pagi.

(Name) menghela napas lalu memejamkan matanya lagi setelah mematikan alarm.

"Sepuluh... menit lagi." gumam (Name).

Dan niat untuk bangun dalam sepuluh menit pun hilang saat (Name) kembali terlelap.

"..."

"...me..."

"...(Name)..."

"...(Name)."

"(Name)!!"

Suara yang semakin lama semakin keras itu membuat (Name) tersadar, dan perlahan ia membuka matanya.

"...lima menit..." gumamnya.

"Tidak ada lima menit lagi, ayo bangun."

"...mhm..." lalu (Name) kembali menutup matanya dan terlelap.

_______________

Semi hanya menggelengkan kepala melihat perempuan berambut (h/c) itu kembali menenggelamkan dirinya di dalam selimut.

"Sekarang bagaimana?" tanya Semi pada Ushijima.

Ushijima menoleh pada jam dinding. Jam 05.45.

Biasanya (Name) sudah siap di depan asrama jam 05.30, dan setelah menunggu selama 15 menit, akhirnya Semi dan Ushijima menyuruh yang lain untuk ke gym duluan.

Dan mereka berdua dihadapkan oleh (Name) yang tak mau bangun.

"Latihannya jam 06.00 pagi." ucap Ushijima, "Kita harus membangunkan (Name) sekarang."

Lalu Ushijima menuju ujung kasur (Name) dan—

"Kyaa, dingin!!"

—Ushijima menarik selimut yang membalut (Name) dalam satu tarikan.

Semi hanya sweat drop melihat yang Ushijima lakukan.

"Wakatoshi~" rengek (Name) duduk dan mencoba memberikan tatapan tajam pada Ushijima.

Kata kunci: mencoba.

Karena (Name) baru bangun, tatapan tajamnya terlihat seperti orang yang berusaha membaca tulisan yang sangat kecil. Dan penampilan baru bangunnya yang terlihat berantakan tapi imut itu pun tak menolongnya untuk memberikan aura kesal pada Ushiijma.

Melihat itu membuat Semi dan Ushijima sedikit tersenyum.

"Sebentar lagi latihan kita akan dimulai," ucap Ushijima, "Kau pasti tidak mau terlambat, kan?" tanyanya kemudian.

(Name) hanya menggerutu, lalu turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi.

"Kalian duluan," ucap (Name) menahan rasa mengantuknya.

Semi dan Ushijima hanya mengangguk lalu keluar dari kamar (Name).

_______________

Preview:

"Apa kau sadar? Kami semua menyukainmu apa adanya."

"Walaupun hanya sekali, aku ingin mengucapkannya..."

"Terima kasih..."

"Terima kasih sudah membuatku tersenyum, minna."

"Merekalah yang kupanggil dengan keajaiban."

_______________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top