- 11 - || I'm Sorry || - 11 -
Ia tenggelam dalam laut kesedihan...
Ia tenggelam terlalu dalam...
Tapi adakah yang tau?
Ia mengharapkan uluran tangan dari langit harapan...
_______________
(Name) terdiam, dan terlalu lama untuk sekedar syok atas kemunculan kepala sekolah yang tiba-tiba dan pergi tanpa berbicara apa-apa lagi. Beberapa detik kemudian (Name) tersadar lalu tersenyum pada tim Datekou.
Para kapten tim kecuali tim Datekou langsung menyadari senyum palsu (Name).
"Ah, kalau begitu mari ikut saya ke ruangan kalian." ucap (Name).
"Oh, karena aku yang mengundang mereka maka biarkan aku yang mengurus tim ini, (Nickname)-chan." ucap Luna menepuk kepala (Name).
(Name) tampak menatap Luna sejenak, sebelum akhirnya mengangguk pelan.
"Kalau begitu ayo ikuti aku~" ucap Luna pada tim Datekou.
"Osu!"
Setelah Luna dan tim Datekou keluar dari gym, Ushijima dan Iwaizumi langsung mendekati (Name).
"(Name), apa kau baik-baik saja?" tanya Iwaizumi.
(Name) menatap kedua laki-laki tersebut lalu tersenyum.
"Aku baik-baik saja." jawabnya, "Ayo kita mulai latihannya." sambungnya mulai mempersiapkan lapangan.
Mereka yang tidak tau apa yang sedang terjadi hanya bisa membantu (Name) mempersiapkan lapangan.
_______________
"Ah, (Name)." panggil Kuroo saat melihat (Name) sedang mendorong keranjang bola keluar dari gudang.
"Ada apa, Tetsurou?" sahut (Name) berhenti lalu memiringkan kepalanya.
"Begini—" Kuroo mengusap tekuk lehernya, "Apakah masalah jika kami ikut bertanding?"
(Name) berkedip dua kali, "Tidak masalah, tapi bukannya kalian baru sampai? Bersamaan dengan Fukurodani?"
"HEY-HEY-HEY!! (NAME)!!" Bokuto langsung berlari mendekati (Name), "Kami ingin bertanding!!" sambungnya melompat tak sabar di depan (Name).
(Name) menatap kedua kapten dengan tatapan kaget dan kagum lalu tertawa kecil, "Stok tenaga kalian banyak ya?" tanyanya.
Kuroo dan Bokuto saling tatap, lalu tersenyum khas mereka.
"Tentu saja!"
Akhirnya, tim Nekoma dan Fukurodani pun ikut bertandingan.
_______________
(Name) melihat clipboard yang sedang ia pegang.
Seijoh vs Nekoma
Fukurodani vs Karasuno
Melihat pertandingan yang sengit dan menyenangkan, membuat senyum kecil muncul di wajah (Name).
"Aku kecewa padamu."
Tapi dengan cepat berganti garis lengkung ke bawah saat ucapan kepala sekolah kembali teringat di kepalanya. Tanpa sadar, (Name) telah meremas clipboard yang ia pegang. (Name) lalu mendekati para manajer yang sedang berkumpul.
"Anoo," panggil (Name) pada keempat manajer yang sedang mendiskusikan perkembangan tim mereka.
"Ada apa (Name)?" tanya Shimizu.
"B-bisakah kalian menggantikan posisiku mengawasi pelatihan sejenak?" tanya (Name) tampak sangat takut untuk meminta hal itu pada mereka.
"Serahkan pada kami berdua!" ucap Yukie disusul anggukan kepala Kaori.
(Name) tampak lega mendengar jawaban dari kedua manajer Fukurodani, lalu dia tersenyum lembut.
"Bagaimana kalau hari ini kami yang bertugas mengawasi tim hari ini?" tawar Shimizu.
(Name) menoleh pada Shimizu lalu menggeleng, "I-itu terlalu merepotkan kalian!"
"Tidak apa-apa, (Name)-senpai!" ucap Yachi, "S-senpai telah berjuang semalaman untuk membuat jadwal, kan?"
(Name) terdiam, lalu mengangguk pelan.
"Nah, biarkan kami yang mengawasi tim." ucap Kaori, "Jadwalmu sangat rapi tapi tidak ketat membuat kami mudah mengatur mereka."
"Lagipula kau ada urusan penting, kan?" tanya Yukie.
"Tapi hanya sebentar..." gumam (Name).
"K-kalau begitu anggap saja ini hadiah dari kami agar senpai bisa istirahat." ucap Yachi.
(Name) melihat ke arah lain dengan tak nyaman, "Serius, kalian tidak perlu serepot ini untukku..." gumamnya lalu menunduk.
"Sudahlah," ucap Shimizu menepuk pundak (Name) membuatnya menoleh ke arah Shimizu, "Kau ada urusan, dan kami melakukannya dengan sukarela."
(Name) menunduk lalu mengigit bagian bawah bibirnya. (Name) mengangguk pelan.
"Terima kasih." gumamnya lalu berjalan keluar gym.
Tanpa sadar kepergian (Name) telah menarik perhatian beberapa kapten tim.
_______________
Napas (Name) mulai terasa berat. Kini ia berada di ruang janitor di gedung sekolah.
Ucapan kepala sekolah membuatnya tak tenang.
"Aku kecewa padamu."
(Name) menarik napas panjang lalu menghembusnya dengan kasar.
"A-aku tau," gumamnya dengan suara yang bergetar, "T-tapi apa maksudmu mengatakan itu, paman...?" sambungnya dan perlahan air matanya mulai mengalir.
"(Name)?" terdengar suara famliar memanggil namanya, disusul ketukan pelan di pintu.
Napas (Name) tercekat, lalu dia menahan napasnya.
Berharap agar orang diluar tidak berpikiran bahwa dia ada di dalam sana.
"Kami tau kau ada disana, (Name)." ucap suara tersebut.
Kini celana olahraga Shiratorizawa yang (Name) pakai mulai basah karena air matanya.
_______________
Sementara itu, tampak Kuroo, Oikawa dan Ushijima berada di depan ruang janitor dimana (Name) berada.
"Ushijima." bisik Kuroo, "Cobalah kau yang memanggilnya."
Ya, barusan yang memanggil (Name) adalah Kuroo.
Ushijima hanya mengangguk.
"Ah," ucap Oikawa teringat sesuatu, "Dan minta (Name) untuk bernapas, aku yakin ia sedang menahan napasnya sekarang."
Ushijima mengetuk pintu janitor tiga kali.
"(Name), jika kau tidak ingin keluar, setidaknya bernapaslah."
Lalu samar-samar mereka mendengar helaan napas (Name).
"Berarti dia tidak ingin keluar." gumam Kuroo.
Dan ketiga kapten tersebut pun bingung, tidak sadar bahwa kepergian mereka bertiga dapat berdampak besar pada latih tanding di gym.
_______________
Kini mata (Name) sudah sembab akibat menangis terlalu lama. Ia menahan sebisa mungkin dari mengeluarkan isakan tangisnya.
Ia menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya dengan perlahan.
'Pergilah...' pikir (Name) mendengar samar-samar suara Kuroo dan Oikawa, dan juga Ushijima, 'Lebih baik kalian latihan...' pikir (Name) lagi.
Lalu (Name) mendengar suara langkah kaki yang menjauh.
Ia menghela napas lega.
Tapi terlalu cepat untuk itu.
"Kenapa kau menutupi perasaanmu lagi!?"
(Name) terlonjak kaget saat mendengar suara keras yang familiar disusul gebrakan keras di pintu.
Iwaizumi.
Tapi sejak kapan dia berada disana?
(Name) meletakkan wajahnya di antara kedua lututnya.
Air mata yang mengering kini kembali.
_______________
Iwaizumi menggelengkan kepalanya saat tidak mendapat respons dari (Name).
"Setidaknya jawablah panggilan kami, (Name)." gumam Iwaizumi meletakkan keningnya di pintu, "Berhenti membuat orang khawatir."
Terdengar isak tangis (Name).
"Hajime."
Iwaizumi berkedip beberapa kali saat mendengar suara pelan (Name) memanggil namanya.
"Ya?"
"Apa aku dilahirkan untuk dibanding-bandingkan?"
Semua orang yang berada di luar ruang janitor: Kuroo, Oikawa, Ushijima dan Iwaizumi tampak terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan (Name).
"Kenapa kau berpikiran seperti itu?" tanya Iwaizumi.
"Paman tak pernah berhenti membandingkanku dengan Luna-nee..." jawab (Name), "Luna-nee baik padaku, tapi ucapan paman membuatku tak bisa dekat dengan Luna-nee."
Oh, apakah mereka sadar kalau dari kejauhan berdiri orang yang (Name) maksud?
Luna yang datang bersamaan Iwaizumi itu dapat mendengar suara (Name) dengan jelas karena sunyinya ruangan.
Dan mendengar penjelasan (Name) barusan, membuat Luna mengerutkan kening dengan tidak suka, lalu berjalan menjauhi mereka semua.
Setelah mendengar penyataan pahit dari adik sepupu terdekatnya, tentu saja Luna akan menghadapi ayahnya langsung.
"Tidak," jawab Ushijima, "Kau dilahirkan untuk hidup sebagai (Name)."
"Dan juga," ucap Iwaizumi menghela napas, "Kenapa kau mendengarkan omongan laki-laki itu? Kita sekeluarga tau kalau yang ada dipikirannya itu hanya Kak Luna, kan?"
"Tetap saja," sahut (Name) dari dalam, "Kau juga tau kalau aku sangat mengagumi paman—"
"Kau mengaguminya?" ucap Ushijima penasaran.
"Seharusnya kau tau dari caraku—"
"Bagaimana aku tau? Kau selalu menyembunyikan perasaanmu." potong Ushijima, "Termasuk sekarang."
_______________
Iris (Name) melebar saat mendengar ucapan Ushijima barusan.
Tapi ia menggeleng pelan.
"Jika kau tidak menunjukkan perasaanmu, bagaimana kami melindungimu?" kini suara Kuroo terdengar di telinga (Name).
'Melindungi?' pikir (Name).
"Tolong tinggalkan aku sendiri." gumam (Name).
"Tapi—"
"Kumohon, aku hanya beban bagi kalian semua." ucap (Name) memotong ucapan Iwaizumi.
"Apa kau yakin?" tanya Ushijima tiba-tiba.
"Eh?"
"Kau ingin ditinggalkan sendiri, apa itu yang benar-benar kau rasakan?" kini yang bertanya adalah Kuroo.
'Tidak, aku tidak ingin sendiri... Temani aku...'
(Name) tertegun, sebelum akhirnya menjawab.
"Y-ya."
Sunyi beberapa saat, sebelum akhirnya terdengar langkah kaki yang menjauh.
Setelah sunyi selama beberapa menit, akhirnya (Name) menghela napas.
Dan saat itu juga air mata kembali mengalir dari matanya.
_______________
Preview:
"Kau tidak perlu menanggung semuanya sendiri. Terimalah uluran tangan orang lain."
"Aku ingin dicintai sebagai diriku..."
"Jika selama ini kau memasang sosok palsu, dan kau berencana menunjukkan sosok aslimu, aku akan tetap menyukaimu kok."
"Aku ingin mendengar kata-kata itu..."
_______________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top