05.Training
Pagi-pagi aku terbangun sebelum matahari memunculkan sinarnya. Seperti biasa, aku berjalan ke arah jendela untuk menikmati matahari terbit dan merasakan hawa dingin yang berangsur-angsur menghangat. Setelah beberapa detik melirik dinding yang terkena cahaya ungu yang berasal dari rambutku, aku bersiap-siap untuk memulai pekerjaanku pada hari ini.
Seperti biasa, aku memulai pekerjaanku di dapur membantu bu Vero menyiapkan sarapan. Setelah sarapan siap, saatnya menaruh sarapan kedua tuan di meja makan mereka. Saat aku menyiapkan makanan di meja makan, terdengar pintu terbuka yang membuatku refleks melihat siapa yang datang.
Ternyata pangeran Lowel datang tanpa memasang penutup kepalanya. Ia tersenyum saat melihatku yang membuatku juga tersenyum. Aku dapat melihat mata merah pangeran Lowel yang terlihat bahagia.
"Selamat pagi my lord, pagi yang indah bukan?" sapaku sambil menunduk hormat dan mengintip sedikit pangeran Lowel.
"Iya kau benar, semua terlihat berubah saat aku membuka penutup kepalaku." kata pangeran Lowel sambil menarik kursinya dan duduk di situ.
"Saya senang mendengar hal itu my lord." kataku tulus sambil sedikit menyingkir agar tidak menghalangi.
"Itu semua karenamu." katanya sambil membetulkan posisi duduknya.
"Eh?" apakah aku harus malu dan deg degkan karena hal itu?
"Kau pernah terlihat ingin membuka penutup kepalaku."
"Ah, aku ketahuan ya?" tanyaku sambil terkekeh jail.
"Ya, sangat ketahuan dengan gerak-gerikmu." kata pangeran Lowel yang terlihat tersenyum. Aku hanya terdiam tak tau ingin membalas apa.
"Hm~ aku dapat melihat sebuah perubahan di sini." kata Vio yang tiba-tiba datang.
"Selamat pagi Vio." sapaku sambil tersenyum lalu menarik kursi Vio.
"Selamat pagi Vionna." sapa pangeran Lowel.
"Selamat pagi kakak, terimakasih Niel ah maksudku Mia." kata Vio sambil duduk di kursi yangku tarik untuknya.
"Kau dapat memanggilku dengan sebutan Daniel atau Mia, princess." kataku jail sambil berjalan Mundur.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu." kata Vio sambil memasang muka yang jelek.
"Baiklah Vio, habiskan makanmu sekarang. Nanti kau akan telat."
"Baiklah Mia, kau lama-lama seperti ibuku." kata Vio sambil mulai memakan sarapannya.
Aku terkekeh pelan mendengarnya lalu menunggu kedua tuanku selesai memakan makanannya. Setelah mereka selesai aku membereskan peralatan mereka singkat lalu menemani pangeran Lowel mengantar Vio sampai di pintu depan.
"Mia, terimakasih banyak." kata Vio tiba-tiba.
"Terimakasih... Untuk apa?" tanyaku bingung.
"Yang pastinya aku sangat berterimakasih padamu. Aku berangkat dulu kak, Mia." pamit Vio sambil melambaikan tangannya dan berbalik menjauh.
"Hati-hati." kata Lowel sambil tersenyum dengan sorotan mata yang lembut.
Ah, senangnya aku bisa benar-benar melihat sorotan mata itu tanpa tertutup penutup kepalanya. Mata merahnya terlihat sangatlah lembut dengan senyum yang indah. Sambil melihat kepergian Vio aku masih tersenyum mengagumi salah satu tuanku yang umurnya terlihat tak begitu jauh dari umurku.
"Kenapa kau terus tersenyum?" tanya pangeran Lowel membubarkan lamunanku.
"Eh? Apakah aku masih tersenyum? Apa aku terlihat aneh? Gila? Atau nggak waras? Tunggu rasanya itu sama saja." kataku seperti berbicara sendiri.
"Kau masih Mia yang sama seperti semalam." kata pangeran Lowel sambil menghela nafas pasrah.
"Karena akulah Mia yang sama. Tetapi apakah itu buruk? Apa seharusnya aku memakai charcter Daniel yang dewasa?" tanyaku hati-hati.
"Tidak apa kau boleh memakai character apapun. Untuk sekarang aku harus berkerja. Apa kau juga akan membantuku?" tanya pangeran Lowel yang siap-siap ingin berjalan.
"Tentu saja. Jangan lupakan meeting hari ini my lord." kataku jail sambil mulai berjalan mengikuti pangeran Lowel dari belakang.
Pangeran Lowel tak merespon perkataan ku dan tetap berjalan menuju kantornya. Sesampai di kantornya ia mulai mengecek beberapa kertas lalu menandatangani dan mengecapnya dengan stempel kerajaan. Sedangkan aku seperti biasa kembali mengecek beberapa kertas itu. Kegiatan itu dilakukan sampai matahari sudah berada di atas kepala.
"Aneh kenapa kak Adrean belum datang ya?" tanyaku bingung sambil melihat kearah pintu masuk.
"Mungkin meeting hari ini dilaksanakan sedikit lebih siang." kata pangeran Lowel dengan tenangnya yang membuatku melihatnya.
"Ada apa?" tanya pangeran Lowel sambil melirik ku.
"Bukan sesuatu yang penting my lord." kataku sambil tersenyum dan melanjutkan melihat kertas yang sedang ku bawa.
"Kau selalu berkata bukan sesuatu yang penting atau semacam itu. Katakan saja padaku apa yang kau pikirkan. Aku adalah tuanmu sekarang karena itu aku harus mengetahui apa yang menjadi masalah pelayanku." kata pangeran Lowel serius sambil memberhentikan kegiatannya.
Sebenarnya aku merasa sedikit sakit mendengarnya berkata tuanmu walaupun itu memang kebenarannya."Wah, aku yakin kau adalah tuan yang sangat baik. Tetapi apa anda yakin ingin mengetahuinya?" tanyaku jail.
"Tentu saja." katanya singkat padat dan jelas.
"Apa kau yakin? Walaupun aku tebak jawabannya akan membuatmu kesal." kataku speechless.
"Tidak masalah." kata pangeran Lowel sambil menggeleng pelan.
"Sebenarnya... Aku tidak memikirkan apapun." kataku sambil cengengesan.
"Sungguh?" tanya pangeran Lowel yang belum melanjutkan aktifitasnya tadi.
"Sungguh, aku tadi sama sekali tidak memikirkan apapun. Karena itu aku meyakinkan anda untuk tidak bertanya." kataku tidak berani melihat pangeran Lowel sama sekali.
"Syukurlah tidak ada masalah sama sekali." kata pangeran Lowel sambil mengambil kertas yang lainnya.
Aku melihat pangeran Lowel tak percaya. Ia tak marah? Benar-benar tidak marah nih? Tiba-tiba saja perutku berbunyi meminta diisi. Itu membuatku sangat malu dengan pangeran di sebelah ku. Benar-benar waktu yang tidak tepat.
"Um pangeran... Aku ijin untuk... Ya.."
"Silahkan, apa aku terlalu lama mendekapmu di sini?" tanya pangeran yang terlihat tersenyum ingin tertawa.
"Anda boleh tertawa kok my lord. Ini sangatlah lucu. Mungkin aku lebih cepat lapar karena kemarin aku tidur terlalu larut dan hanya makan dua kali." kataku sambil mengingat-ingat.
"Itu salahku, aku meminta maaf." kata pangeran Lowel yang langsung menyerong posisi duduknya hingga langsung mengarah kepadaku.
"Ah tidak-tidak! Itu adalah keinginanku, Anda tak perlu meminta maaf my lord. Aku sungguh tidak apa-apa. Tetapi aku meminta ijin mengambil jam istirahaku sekarang." kataku speechless.
"Baiklah, kau boleh mengambil jam istirahatmu." kata pangeran Lowel mempersilahkan.
"Terimakasih." kataku sambil menunduk lalu menaruh beberapa kertas di meja pangeran Lowel dan berjalan keluar dari kantor pangeran Lowel menuju dapur.
Setelah beberapa menit menyelesaikan makanku, aku memutuskan untuk berjalan ke perpustakaan. Sesampai di perpustakaan aku mencari buku mengenai peri Eleanor ini. Aku membolak-balik halaman dari buku yang kemungkinan ada hubungannya dengan peri Eleanor.
Setelah dapat, aku membaca mengenai peri Eleanor. Ternyata perkataan pangeran Lowel memang benar, peri Eleanor adalah peri yang hebat. Ia menyembunyikan kekuatan yang sangat besar di balik tubuh kecil mereka. Ciri khas mereka adalah rambut dan sayap mereka yang bersinar. Hm, berarti rambut ini dikarenakan kekuatan ini. Ternyata kelemahan mereka hanyalah satu, tetapi itu yang membuat mereka cepat mati...
"Daniel, di sini kau rupanya." kata sebuah suara yang membuatku mendongakan kepalaku ke depan.
Terlihat maid berambut pirang, namanya adalah Lily. Sikapnya selembut namanya. "Pangeran mencarimu." katanya sambil tersenyum.
"Mencariku?" tanyaku sambil menutup buku yang ku pegang.
Lily mengangguk pelan. "Sebaiknya kau letakkan buku itu dan ikut aku menemui pangeran." kata Lily sambil menunjuk buku yang ku pegang dengan arah matanya.
Akhirnya aku mengembalikan buku yang ku pegang kembali ke rak buku dan mengikuti Lily dari belakang. Sambil berjalan, aku menerka-nerka apa yang terjadi. Bukankah pangeran sedang mengadakan rapat? Apa dia membutuhkanku? Tetapi ada kak Adrean di sana. Apa ia masih di kantornya? Ia meminta usulku?
Tunggu, ini bukan jalan ke kantor. Juga bukan jalan ke ruang meeting. Ini jalan ke... Halaman belakang. Lily membukakan pintu yang menghubungkan istana ini dengan halaman belakang istana. Terlihat pangeran Lowel dengan mantelnya sekaligus memakai penutup kepalanya yang sedang mengayunkan pedangnya dan menyadari aku sudah sampai.
Firasatku mengatakan ini tidak bagus.
"Ah kau sudah sampai. Terimakasih Lily, kau boleh pergi." kata pangeran Lowel yang dijawab anggukan hormat dari Lily.
Lily berputar dan berjalan menjauh. Sedangkan aku melihat Lily sampai akhirnya hilang di belokan.
"Sampai kapan kau akan di sana? Kemarilah." panggil pangeran Lowel dengan gerak tangannya.
Aku berjalan maju lalu menutup pintunya dan kembali berjalan mendekati pangeran Lowel.
"Ada apa my lord tiba-tiba memanggil saya? Sejujurnya saya merasakan firasat yang tidak enak my lord." kataku apa adanya dengan bahasa yang lumayan sopan sambil sedikit takut.
"Tenanglah, kita hanya akan berlatih pedang."
"Hanya? HANYA?! BAGAIMANA BISA AKU MELATIH PEDANG JIKA SEMUA INGATANKU HILANG MY LORD. Mengapa Anda begitu tega?" tanyaku (sok) sedih.
"Karena itulah aku akan melatihmu bermain pedang." kata pangeran Lowel sambil memberikan sebuah pedang yang ternyata ini adalah pedang bambu atau kayu?
"Karena anda tega?" tanyaku polos.
"Bukan itu. Mungkin saja dengan berlatih pedang ingatanmu bisa kembali." kata pangeran Lowel sambil menyiapkan kuda-kudanya.
"Tetapi, bukankah anda akan ada meeting hari ini? Apakah tidak masalah?" tanyaku sambil meniru kuda-kuda pangeran Lowel.
"Mereka membatalkannya." kata pangeran Lowel dengan santainya.
"Heh? HAAAAAAH?! Bagaimana bisa mereka membatalkannya begitu saja?! Apa mereka tidak tau kalau pangeran juga mempunyai kesibukan?!" protesku entah kepada siapa sambil berdiri tegak dan mengepal tanganku kesal.
"Sudahlah tak apa, ini sering terjadi." kata pangeran sambil diri tegak juga.
"Tetapi, anda bisa saja mendapat jadwal meeting tiga kali dalam sehari loh! Dan apa maksudnya ini sering terjadi?" tanyaku bingung.
"Meeting pernah dibatalkan dan di cepatkan seenaknya. Dalam sehari bisa sampai lima kali meeting." kata pangeran Lowel yang terdengar nada sedih di sana.
"TIDAK BOLEH! AKU TIDAK MENGIJINKAN!!! Biarkan aku berbicara dengan kak Adrean mengenai jadwal anda nanti, pangeran." kataku geram. "Mereka itu kenapa sih sampai mengadakan meeting sebanyak itu?! Kenapa Anda tidak protes pangeran?" tanyaku kesal.
"Untuk rakyatku." kata pangeran Lowel yang membuatku sedikit melembek. "Yang terpenting aku dapat menggabungkan semua negeri di sini, akan kulakukan apa saja." kata pangeran Lowel serius.
"Anda memang pangeran yang sangat ideal untuk menjadi raja, aku mendukungmu pangeran Lowel. Tetapi anda sekarang sudah hampir menyatukan semua negara bukan?" tanyaku sambil mengira-ngira.
"Hampir. Tetapi ada juga yang masih belum ku kuasai." kata pangeran Lowel terdengar sedih.
"Anda pasti bisa menguasai itu semua. Tetapi ada 4 kerajaan di dunia ini bukan? Itu untuk apa?" tanyaku bingung.
"Dari mana kau tau?" tanya pangeran Lowel bingung.
"Dari kak Adrean saat awal-awal aku bertemu dengannya." jawabku sambil mengingat-ingat.
"Itu benar. Kami bertugas melindungi wilayah Ratu Ardelia di selatan, Raja Aiken di Utara, Raja Rowley di barat dan aku di timur."
"Ratu... Pasti dia adalah orang yang keren." kataku kagum.
"Sebenarnya ia umurnya tak jauh darimu." kata pangeran Lowel yang membuatku terdiam.
"He? Kayaknya aku tadi salah dengar deh, bisa anda ulangi?" Tanyaku sedikit kaget.
"Sepertinya umurnya tak jauh darimu, mungkin sama." Kata pangeran Lowel dengan datarnya.
"HAAAAH?! SANG RATU BERUMUR 16?! NGGAK BISA DIPERCAYA!! Tunggu, usia anda juga sepertinya juga tak begitu jauh dari umurku." Kataku mencoba menenangkan diriku.
"Sebenarnya umurku hanya berbeda satu tahun di atasmu." Kata pangera Lowel sambil tersenyum kecil yang terlihat dari balik penutup kepalanya.
Angin berhembus pelan yang mengibaskan rambut palsuku kecil. Otakku kosong seketika yang membuatku terdiam selama beberapa detik yang akhirnya disadarkan oleh pangeran Lowel.
"YANG BENAR SAJA?! Aku tak percaya ini... selama ini aku berpikir wajah anda yang awet muda, bukan umur anda yang masih muda." Kataku sambil memeluk lututku tak percaya.
"Kenapa kau berpikiran begitu?" Tanya pangeran yang tetap pada posisinya, hanya saja ia sedikit menundukkan kepalanya.
"Hanya tak percaya." Kataku sambil memalingkan wajahku ke samping.
"Aku tidak tau apa yang membuatmu tak percaya...-"
Tentu saja pangeran berumur 17 tahun menjadi pemimpin! Bahkan ia sangat adil, kuat dan dewasa!
"-tetapi hari mulai gelap, ayo kita lanjutkan latihan kita." Kata pangeran Lowel sambil mengulurkan tangannya.
"Melanjutkan?" Tanyaku bingung sambil menerima uluran tangan pangeran Lowel.
"Iya, kita akan melanjutkan ke dalam hutan." Katanya sambil berbalik.
"Aku tau istana ini dekat dengan hutan, tapi kenapa di hutan juga pangeran?! Bahkan kita belum memulai latihan pedangnya loh!" Seruku tak percaya.
"Tenang saja, aku hanya ingin mengukur seberapa kemampuanmu. Apakah kau bisa melakukan sihir?" Tanya pangera Lowel sambil sedikit menoleh ke arahku.
"Instingku mengatakan iya, tetapi aku tidak tau cara untuk mengeluarkannya." Kataku sambil terus mengikuti pangeran Lowel dari belakang.
"Aku yakin kau bisa." Kata pangeran dengan senyum yang terlihat di sana.
.
.
.
1924 kata, hm... lumayan banyak ampe bikin rada2 macet pas ngetik :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top