18 : RENCANA IBRA

Untuk yang berkenan menunggu, selamat bermalam minggu. Jangan lupa tinggalkan jejakmu, agar sabtu depan saya bisa segera update kembali.

Terima kasih.

Happy reading ...

* * * * *

Di ruangan kerjanya, Darius sedang bercerita penuh kegembiraan dengan Indira. Ada seberkas keceriaan ketika kemarin Indira menghubunginya, meski hanya untuk meminta pekerjaan. Tapi jelas Darius merasa senang karena merasa berguna untuk Indira. Bagaimanapun, gadis ini sudah lebih dari sekedar teman.

"Kamu nggak usah khawatir, Pak Satya ini orang yang baik. Tadi dia sedang mengusahakan akan mencari tempat yang mungkin tepat untukmu."

Indira tersenyum senang. "Maaf selalu bikin repot kamu, Darius. Karena meski sudah setua ini, bahkan untuk mencari kerja saja aku selalu melibatkan orang lain. Sebenarnya aku sudah menghubungi beberapa lowongan, tapi aku selalu terlambat," Indira hanya bisa tersenyum kikuk sekarang. "Jadi...ya...akhirnya aku ingat kamu barang kali bisa menbantuku. Dan aku benar kan, kamu selalu membantuku?"

Darius menatapnya geli ketika tiba-tiba teleponnya bergetar pertanda ada sms masuk. Dengan segera, Darius membukanya. Ekspresinya tiba-tiba berubah gembira karena itu sms dari Pak Satya yang mengabarkan bahwa ada perusahaan yang akan menerima surat lamaran Indira.

"Kau baca ini?" Darius menunjukkan sms dari pak Satya yang dibaca Indira dengan teliti. Wajahnya menyiratkan kebahagiaan ketika dia usai membacanya.

"Ya, Tuhan?! Aku nggak salah baca kali ini kan, Yus?" Indira membelalak tak percaya dengan keberuntungannya kali ini. Tak bisa dipungkiri, bagaimana senangnya hati Indira ketika akhirnya ada yang menerimanya bekerja. Itu artinya dia tak akan selamanya menjadi benalu dalam keluarga Bu Rahmi. Meskipun kenyataannya keluarga Bu Rahmi tak pernah menganggapnya sebagai benalu.

"Sepertinya mata kita masih lumayan sehat untuk menangkap apa arti sms pak Satya ini, Indira. Selamat, ya? Akhirnya kamu bisa bekerja kembali."

Indira mengangguk dengan mata yang merebak oleh air mata karena terlalu senang. "Semua karena kebaikan kamu, Yus."

Darius tersenyum dan menggeleng. "Kamu salah. Bukan karena aku kalau kamu diterima bekerja. Tapi ini memang keberuntungan kamu."

Indira mengangguk. "Terima kasih, Darius." Suara Indira terdengar serak.

* * *

Mohon maaf, versi lengkap pindah ke akun DREAME. Silahkan berkunjung ke sana ... Jangan lupa like nya yaaaa ...

https://www.dreame.com/novel/MYgQ3QhMBF2PvNP1vcEkSA%3D%3D.html 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: