Bab 31 Drama King and Queen
Mobil Toyota Alphard milik Richard Henderson berhenti di depan villa, mengantarkan kembali Nyonya dan Nyonya muda mereka kembali ke kediaman nya setelah bersantai dan memanjakan di spa hotel milik keluarga Henderson. Hotel yang memiliki pelayanan spa internasional terbaik dan termewah di kota Dewata.
Saat Joanna hendak menaiki tangga menuju kamarnya, ia melihat Jeffrey tengah beranjak dari kolam renang. Pemandangan tubuh basah kekasihnya membuat wajah Joanna merona, baru pertama kali ia melihat dada Jeffrey setengah telanjang sehingga ia bisa melihat otot-otot perut nya terpampang dengan jelas, ditambah dengan kulitnya yang kecoklatan menjadikan kekasihnya tampak lebih seksi, buliran-buliran air yang jatuh dari rambutnya lalu mengalir ke dadanya membuat Joanna menelan ludahnya pelan.
He's so hot, whatt ?! gumamnya pelan sambil menepuk dahi nya pelan, mencoba mengusir pikiran kotor dari otaknya.
"Whats matter Sweetie? Sudah selesai spa nya? aku bisa mencium wangi lulur di tubuh mu dari jarak sejauh ini. aku pikir ada bidadari yang turun dari langit, dan ternyata tebakan ku benar" goda Jeffrey, ia mendudukkan bokongnya di bangku santai sambil mengelap rambut basahnya dengan handuk.
Joanna tersenyum manis lalu melangkah cepat mendekati Jeffrey, keduanya tangan nya mendorong bahu Jeffrey pelan dan merebahkan kekasihnya di bangku pantai sedangkan Joanna menundukkan wajahnya mendekati wajah Jeffrey lalu berkata
"Terima kasih karena kamu telah membuat bidadari ini merasa bahagia, melindungi dan menjagaku sepenuh hati mu. I Love you"
Joanna cepat menutup bibir Jeffrey yang masih termangu, bibir Joanna melumat bibir Jeffrey, memagutnya pelan. Jeffrey yang semula kaget atas ciuman yang mendadak itu kini membalas ciuman kekasihnya, ia merasa bahagia karena kekasihnya yang berinisiatif menciumnya terlebih dahulu. Jeffrey melingkarkan tangan nya di pinggang Joanna, tapi tiba-tiba gadis itu refleks berdiri. Mungkin ia baru menyadari apa yang telah dilakukan nya, sadar betapa agresif dirinya mencium kekasihnya dengan menggebu-gebu. Ia beranjak dari tempat duduk Jeffrey dengan wajah memerah menahan malu, ia lalu berlari menuju kamarnya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan nya. Meninggalkan Jeffrey yang masih terdiam memandangi punggung Joanna yang makin menjauh, lalu ia tertawa keras dan berteriak lantang, "SHE'S MINE AND SHE LOVES ME !!".
Joanna tersenyum geli mendengar teriakan lantang Jeffrey, begitupun dengan Mona dan Wina yang berada di kamarnya masing-masing.
***
"Done miss, you look so beautiful"
Seorang penata rias khusus yang di sewa Wina tengah menyelesaikan make up di wajah Joanna untuk acara pertunangan nya yang sebentar lagi akan di mulai. Ia tampak senang dengan hasil riasan nya kali ini, tidak membutuhkan usaha ekstra untuk wanita muda di hadapan nya ini, karena tanpa make up pun wajahnya sudah cantik alami. Ia hanya memepertegas riasan di mata nya yang indah dan polesan ringan sisanya, rambutnya yang indah ia sanggul sederhana serta dihiasi dengan hiasan bunga di sisinya. Dan hasilnya membuat dirinya tersenyum puas.
"Sekarang anda dapat berganti baju nona" ucap sang perias sambil menyodorkan sebuah gaun yang kemarin sudah Wina belikan untuk Joanna, ia pun bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju.
Joanna teringat anting berlian pemberian Jeffrey, ia memakainya kembali kali ini, dan kemilau berlian tersebut menambah cantik dirinya, ia masih melihat bayangan nya di cermin saat Wina, Renata dan Mona masuk ke kamarnya.
"Aku benar-benar iri akan kecantikan mu Jo" ucap Renata
"You look like an angel for me darling" Wina meraih lengan Joanna dan menggenggam nya erat
"I really happy for you sweetheart, Ayahmu pasti sangat bahagia melihatmu saat ini" Mata Mona tampak berkaca-kaca melihat putrinya, anak yang sudah mendapat tempat dihatinya dan di hati suaminya sejak pertama kali melihatnya di panti asuhan, sampai saat ini.
"Bunda.." Joanna memeluk Bunda Mona dan mengelus lembut punggung wanita yang menjadi ibunya kini.
"Ayahmu pasti sangat bangga pada mu sayang, sama seperti yang Bunda rasakan" mata Mona berkaca-kaca melihat putrinya yang sebentar lagi akan bertunangan dengan kekasih yang dipilih dan dicintainya, yang kelak akan selalu menemani dan melindungi putrinya selamanya.
""SStt... don't cry honey. Kamu akan merusak riasan nya" ucap Wina sambil tersenyum yang di sambut tawa kecil semua yang ada di kamar tersebut, lalu Joanna menengadahkan kepalanya ke atas, berusaha menahan airmatanya jatuh yang bisa merusak maskara dan eyelinernya, ia lalu tersenyum lebar.
"shall we go now?" tanya Wina lagi
"Oke Mom" jawab Joanna.
Mereka berjalan menuruni tangga, Joanna mengernyit heran karena villa tampak sepi ia melihat ke arah backyard, bangku dan panggung yang sudah di hias tampak kosong melompong, tidak ada siapapun di ruangan ini.
"Kok gak ada orang, yang lain mana?" tanya Joanna heran
"Kita gak akan merayakan pertunangan nya disini, mendadak Daddy kepingin acaranya di pindah ke hotel aja katanya" ucap Wina sambil menggandeng lengan Joanna keluar rumah menuju mobil yang sudah menunggu mereka, sebuah limosin putih.
"Jangan bingung Jo, yang penting pestanya masih berlangsung kok. Jeff, Jhon, Evan sama Tuan Henderson sudah ada di sana, nungguin kamu" tambah Renata
Joanna hanya mengangguk saja, ia tidak mau berkomentar lebih jauh karena sejak awal ia memang tidak dilibatkan tentang pesta pertunangan ini, hanya Mommy dan Bundanya yang menyiapkan semua, jadi saat ini ia hanya bisa menuruti semua perintah ibu dan calon mertuanya
****
Limosin putih itu berhenti tepat di pintu masuk lobby Henderson Hotel and Resort, tapi suasana di luar hotel tampak penuh dengan para reporter awak media yang tengah diamankan oleh beberapa Bodyguard keluarga Henderson serta petugas keamanan hotel.
"Kok rame banget ya? Apa mereka tau tentang pesta ini?" gumam Joanna sambil menatap ke luar jendela. Wina, Mona dan Renata hanya menghela nafas saja, mereka tampaknya telah memprediksi akan hal ini.
Max, pengawal Joanna, membukakan pintu mobil limosin untuk para penumpang yang ada di dalam mobil. Beberapa pengawal dan petugas keamanan membuka jalan dari kerumunan wartawan yang ingin mewawancarai Joanna dan keluarganya yang keluar dari limusin mewah tersebut.
".... Anda benar-benar akan menikah dengan Jeffrey Henderson?"
"... bagaimana dengan Issabella Goddard dan bayinya nona?"
"... apa anda benar orang ketiga di balik perceraian mereka?"
Wina dan Mona berada di sebelah kiri dan Kanan Joanna, menggenggam erat tangan nya dan menguatkan gadis itu agar tetap melangkah dengan dagu terangkat, Joanna hanya tersenyum kepada Bundanya lalu berkata "I'm Okay"
Max mengarahkan rombongan Joanna ke sudut Lobby hotel dimana saat itu semua orang tampak hadir disana, Jeffrey tampak tampan dengan setelan jas warna warna Navy yang dikenakan nya, membalut pas tubuh tinggi tegap nya.
Pria itu tampak terpana sesaat melihat tunangan nya dengan gaun putih yang menampilkan bahu dengan kulit putih mulusnya, dengan riasan yang menonjolkan kecantikan alaminya, ia tersenyum lebar saat melihat anting-anting berlian yang dulu ia pilih untuk Joanna kini dikenakan kembali saat acara penting ini.
"Benar-benar seperti bidadari..." gumam Jeffrey
"Hati-hati ilernya tumpah mas bro" senggol Jonathan meledek Jeffrey yang begitu terpana dengan kakak perempuan nya. Tuan Richard, Evan, Jonathan tertawa bersama. Joanna menunduk malu saat Jeffrey mendekati dirinya dan menggenggam tangan nya, mengangkat dan mencium punggung tangan nya pelan
"You're so beautiful sweetie" ucap Jeffrey pelan
"Thank you Je, kamu juga tampan hari ini" balas Joanna sambil tersenyum lebar kepada kekasihnya.
"Ehemm..." deheman keras menginterupsi kemesraan dua sejoli itu, Joanna menoleh ke asal suara. Ia tampak kaget saat melihat siapa yang tengah duduk di hadapan Richard Henderson, tadi ia tidak melihatnya karena posisi wanita itu membelakangi dirinya.
"Sedang apa wanita itu disini ?" Batin Joanna
Ternyata di bangku panjang dekat Tuan Richard ada juga tamu yang lain Issabella Goddard, Uncle Andy dan sepasang suami istri, dimana wanita tersebut mirip dengan Wina Henderson. Joanna tahu bahwa ibu mertuanya mempunyai adik yang tinggal di sini, membantu menjalankan dan mengawasi bisnisnya. Dan kedua pasangan itu adalah Om dan Tante Jeffrey.
"Joanna, kenalkan ini Om dan Tante Jeffrey yang pernang Mommy ceritakan kepadamu. Anna dan Rian" ucap Wina mengenalkan saudaranya dengan calon menantunya.
Joanna dengan sopan memjabat tangan Tante Anna dan Rian sambil membungkukkan sedikit tubuhnya
"Maaf Tante baru menemui sekarang Jo, kamu sangat cantik, pantas saja Jeffrey ingin segera menikah cepat-cepat" ucap Anna, Joanna hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.
Sedangkan Isabella yang kesal karena di acuhkan oleh semua orang di ruangan itu seketika berdiri, Wina mendelik tajam melihat mantan menantunya tersebut, Bella tampak salah tingkah dengan tatapan itu, karena selama ini Wina Henderson selalu memperlakukan dirinya dengan baik.
"Kenapa kamu ada disini Bella?" tanya Wina
"Tentu saja untuk mencegah pertunangan ini Mommy, kenapa Mommy dan Daddy mengijinkan Jeffrey bertunangan padahal aku sedang hamil anaknya Jeffrey?" jawab Bella.
Jeffrey menarik tangan Joanna mundur dan merangkul bahunya, sementara Jonathan dan Renata tampak di sisi dekat Joanna, melindunginya.
"Tentu saja Mommy dan Daddy ijinkan karena Mommy hanya ingin Jeffrey hidup bahagia dengan wanita pilihan nya, Mommy tidak mau ia seumur hidupnya sengsara karena hidup dengan wanita egois seperti kamu" balas Wina tajam
Isabella tampak menangis dan duduk bersimpuh di depan mantan mertuanya
"Lalu bagaimana dengan aku dan anakk ku Mom?" Bella menangis dengan suara yang memilukan hati, tapi tampaknya Wina tidak terpengaruh dengan tangisan itu
"Lalu kamu ingin apa? Kamu mau tunjangan juga untuk anak itu? Sebanyak apa lagi atau Perusahaan mana lagi yang sekarang kamu incar? Atau kamu ingin anak itu kelak jadi ahli waris keturunan ku?" pertanyaan itu jelas-jelas menusuk hati siapapun yang mendengarnya, tapi tidak dengan wanita yang kini bersimpuh di depan Wina Henderson.
"Aku akan merelakan Jeffrey menikah lagi tapi setidaknya berikan kesempatan anak ku mendapat kasih sayang Ayahnya. Aku akan membesarkan nya sendiri, asalkan identitas anakku di akta tetap sebagai anak Jeffrey dan mendapatkan hak-haknya"
Wina terbahak-bahak mendengar jawaban Bella, ia tahu kemana arah dan maksud dari perkataan Bella sebenarnya. Sedangkan Jeffrey tampak menahan amarahnya, rahangnya mengatup keras, tangan nya mengepal kuat menahan kesal. Joanna yang melihat itu lalu menggengam tangan kekasihnya sehingga Jeffrey pun mengendurkan kepalan nya.
"Aku tahu bayi itu bukan cucuku Bella, tolong kamu pikirkan sekali lagi tindakan mu Bella. Aku mengenalmu sejak kamu remaja, aku tau kamu bukan wanita ambisius seperti ini, aku menyayangi mu seperti anak perempuan ku. Berhenti menipu dirimu sendiri dan menipu orang lain, terutama keluarga mu. Mereka akan sangat kecewa jika tahu kenyataan nya seperti apa, ibumu seorang yang lembut dan rapuh. Bayangkan jika ia tahu apa yang putrinya perbuat sekarang? "nada bicara Wina berubah melembut tapi ucapan itu yang kini menusuk tajam ke hati seorang Isabella Goddard.
"Tidak perlu bukti ilmiah untuk membuktikan apakah anak itu anak Jeffrey atau bukan. Aku yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Jeffrey sampai sebesar ini. aku tahu siapa anak ku dan kebiasaan nya. Dua tahun pernikahan kalian seharusnya kamu tahu kenapa Jeffrey tidak suka minuman beralkohol, karena ia bukan peminum yang baik. Dua gelas alkohol sudah mampu membuat dia mabuk dan tidak sadarkan diri seharian. Jadi jika kamu bilang ia menyentuhmu saat ia mabuk, its bullshit. Bagaimana ia bisa menyentuhmu saat ia saja tidak mampu membuka matanya dan menggerakkan tubuhnya. Satu hal lagi, kamu pasti ingat bahwa kita memiliki kesamaan yang sama, gangguaan saat mengalami menstruasi. Pil pereda nyeri haid adalah barang yang wajib di beli saat tamu bulanan itu datang, dan aku tahu malam itu kamu tidak melakukan apa-apa, karena malam itu kamu sedang mendapat tamu bulanan mu. Salahkan dirimu yang ceroboh karena selalu membelinya di apotik pada tanggal yang sama, dan kamu membelinya juga sesaat sebelum kamu berangkat ke hotel malam itu"
Joanna tersentak mendengar penjelasan calon mertuanya, antara senang marah dan kesal berbaur menjadi satu. Sementara Isabella tidak mampu menatap mantan mertuanya, ia sudah kalah telak, ia hanya mampu menunduk dan masih duduk bersimpuh di kaki Wina.
"Aku mengenal dan menyayangi dirimu sejak pertama kali bertemu, ibu mu sangat bersemangat menceritakan semua tumbuh kembangmu padaku. Bayangkan betapa bangganya ibumu kepada dirimu, tapi lihat apa yang kamu lakukan sekarang. Kamu menyakiti hatiku, keluargaku dan banyak orang terluka akan tingkah laku mu. Aku tahu seseorang telah menghasut dirimu melakukan ini semua. Demi ibumu, katakan padaku, apakah orang itu yang menyuruhmu datang kesini dan melakukan ini semua?"
Tangan Wina menunjuk salah seorang pria gemuk yang sedari tadi duduk di bangkunya dengan gelisah, Bella yang sedari tadi terdiam kemudian mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah yang di tunjuk Wina. Ia lalu mengangguk pelan.
"Ayah bayi ini tidak mau mengakuinya, ia melarikan diri meninggalkan ku sendiri. Lalu laki-laki itu datang, ia berkata akan membantu ku. Maafkan aku Mommy" ucap Bella sambil menangis tersedu-sedu, Wina lalu berlutut dan memeluk Bella dan menenangkan nya.
"Ohh my dear, jangan pikirkan apa-apa, ibu dan ayahmu pasti akan menerima bayi itu dengan senang hati. bagaimanapun bayi itu tidak bersalah, aku akan mendampingimu nanti menemui ibu mu ya" bujuk Wina
Entah kapan Jonathan berpindah tempat, saat ini ia telah mencengkeram erat kerah kemeja paman nya dan melayangkan sebuah tinjuan keras ke wajah paman nya.
Buughhh..
Tidak ada seorangpun yang mencoba menegahi dan melerai hal itu, seolah itu memang pantas ia dapatkan. Kali ini Mona Alexandra yang bersuara
"Andy, selama ini aku sudah cukup bersabar dengan tingkah laku mu terhadap keluargaku. Aku menghormati, tidak mau ribut dengan orang yang di sayangi mendiang suamiku. Tapi kenyataan ini tidak bisa kudiamkan lagi. Aku diam saat kamu menjelek-jelekan putriku di depan keluarga besar kita dan para pemegang saham, aku diam saat kamu mengungkit kembali masa lalu itu di depan semua orang. Tapi aku tidak akan diam saat aku tahu kamu berusaha mencelakai putriku"
"Kakak ipar apa yang kamu bicarakan ?" tanya Andy gugup
"Menantuku sudah mendapatkan buktinya, hari naas itu kamu yang mengelabui putriku supaya datang ke kantor Evan, dan saat itu salah seorang anak buahmu melakukan sesuatu pada mobil putriku sehingga kecelakaan itu terjadi. Tuhan berbaik hati pada putriku akhirnya ia bisa selamat. Dan tak sulit untuk mendapatkan bukti kejahatan mu, rekaman cctv di basement parkir dan pria di video itu kini sudah ada di tangan polisi, menunggu sang majikan nya untuk ikut menemaninya"
"pamanku berusaha membunuhku, maksudku Joanna" batin Joanna
Ia menutup mulutnya seolah tak percaya apa yangia dengar, tubuhnya tampak lemas tapi di tahan oleh Jeffrey, airmata mengalirdari mata indahnya, tampak berat menerima kenyataan itu, bagaimanapunmneghilangkan nyawa seseorang adalah hal yang mengerikan dan itu hampir terjadipada tubuh yang ia diami sekarang. Jeffrey mendekap Joanna untuk menangis dipelukanya dan menenangkan nya.
Panjang banget ya part ini hihihi... entar kalo di potong takut gak dapet feelnya. sekarang semuanya udah terungkap, gimana konfliknya? masuk akal lah ya hehehe.. please vote and komen ya. seneng banget tiap hari ada yg nge-vote dan add ke reading list nya. walaupun yang komen cuma dikit tak apalah. See you soon ya..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top