Bab 27 Mantan dan Calon Menantu
Maaf ya kalo updatenya agak lama, maaffff bangetss
typo everywhere dan jika ada penyusunan kata yang kurang pas harap dimaklum ya. Belum sempet di edit langsung post. mungkin kurang dari 10 part lagi akan segera tamat, setelah tamat baru akan diperbaiki dari awal. Dan sekarang lagi nyiapin dan ngumpulin ide buat next story I am Not Me, Book 2: Melanie. Sekuelnya cerita ini, dimana nanti kita bisa tau misteri dibalik tertukarnya jiwa Melanie dan Joanna dan pertanyaan readers semua tentang apakah jiwa mereka akan kembali ke semula. jawaban nya akan ada di next story. karena kalo di lanjutin disini bakalan jadi panjang banget part nya. hehehe
okehh, happy reading. hope you'll like it.
please add to your libarary, add your comment and your vote. thank you
****
Joanna merapikan pakaian yang baru dipilihnya dari koleksi baju Renata, ia memilih dress mint tanpa lengan dengan list silver di pinggang dan aksen ruffle di pinggang ke bawah. Dress yang cocok dengan kulitnya yang cerah dan halus. Ia masih berputar di depan cermin besar di ruang ganti butik, hatinya masih ragu mengenakan baju itu, sebenernya semua pakaian yang telah di kenakan nya tidak dapat menghilangkan kegugupan yang sejak tadi menggelayuti dirinya. Ya, gugup karena akan bertemu dengan wanita yang telah membawa kekasihnya itu ke dunia, wanita yang menjadi nomer satu dihati kekasihnya, sebelum dia.
"Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Terlalu mencolok sepertinya" gumamnya
Ia memutuskan keluar dari ruang ganti dan berpikir untuk meminta pendapat Renata yang sedang menunggunya di luar.
Saat kakinya melangkah keluar menuju ruangan dimana sahabatnya itu menunggunya, ia melihat Renata tengah berbincang dengan wanita paruh baya yang sedang berbincang dan sesekali tertawa bersama Renata. Wanita yang masih sangat cantik walaupun warna rambutnya sedikit mulai memutih, Joanna melihat pengawalnya masih berada di luar dan ada satu orang lagi bersamanya, yang berpakaian sama seperti Max, ia sepertinya seorang bodyguard juga. Joanna terhenyak seketika menyadari siapa wanita yang tengah berbincang dengan Renata, ia melangkah malu-malu mendekati mereka, lalu Renata dan wanita itu menoleh seketika ke arahnya, memandangi Joanna. Dari senyumnya yang mirip sekali dengan Jeffrey, ia yakin bahwa wanita tersebut adalah calon Mertuanya.
"Gimana Jo, masih mau coba baju yang lain?" pertanyaan Renata sebenarnya tepat lebih ke menyindir dan mengejek Joanna, karena ialah yang menjadi sasaran kegugupan Joanna dengan bolak balik meminta pendapatnya atas baju-baju yang ia kenakan.
"Re..." Joanna mencoba menutup mulut sahabatnya itu dengan mendelikkan matanya tajam, tapi hal itu tak luput dari perhatian calon mertuanya, ia tertawa kecil melihat tingkah Joanna yang malu-malu, sedangkan Joanna semakin menundukan kepalanya karena calon mertuanya ikut menertawakan dirinya.
"Maafkan saya membuat Tante menunggu lama" ucap Joanna sopan sambil terus menunduk.
Wanita itu menarik lengan Joanna dan mendudukan nya di sebelah kanan nya, ia menangkupkan tangan nya di atas lengan Joanna yang sedari tadi saling meremas karena gugup.
"Kok panggil tante sih? Panggil Mommy dong" seru Wina Henderson sambil mengangkat dagu calon menantunya yang tertunduk malu. Ia menatap lekat wajah gadis yang berada di hadapan nya, gadis yang menjadi sumber kebahagiaan putra kesayangan nya, yang membuat putranya bangkit dari pernikahan nya yang telah gagal sebelumnya. Wina memandangi wajah cantik polos Joanna dengan tatapan lembut, ia dapat melihat ke dalam mata gadis itu, mata yang penuh dengan kasih sayang dan ketulusan, sekilas itulah yang Wina rasakan saat ia melihat secara langsung dari dekat wajah calon menantunya.
"I-Iya Mommy, maaf Jo membuat Mom menunggu lama" ucapnya lagi
"Its Ok sweetie, Mommy belum lama kok disini, tanyakan saja pada Renata" balas Wina
"Belum ada lima menit kok" tambah Renata
"Kita harus pergi Jo, Mommy udah janjian sama kenalan mommy disini untuk fitting baju kamu" ucap Wina
"Fiting baju? Untuk apa Mom?" tanya Joanna heran, Renata hanya tersenyum melihat teman nya yang tidak tahu tentang kejutan yang telah di siapkan oleh keluarga Henderson dan keluarganya sendiri..
"Lohhh, memang Jeffrey gak cerita sama kamu ya? Besok kita adakan private party di Bali, merayakan pertunangan kalian"
Joanna membulatkan matanya, ia menyesali tadi menutup dengan cepat telepon dari Jeffrey tanpa bertanya tentang maksud kedatangan Mommynya.
"Tapi Mom, apa ini waktu yang tepat untuk pesta pertunangan? " tanya Joanna
"Memangnya kamu tidak mau bertunangan dan menikah dengan Jeffrey?" Wina balas bertanya, dan membuat Joanna salah tingkah. Ia mengibaskan tangan di depan dadanya seraya berkata, " Bu-bukan itu maksudnya Mom, tapi mengenai Bella.."
Belum sempat Joanna menyelesaikan perkataan nya, Wina telah beranjak dari tempat duduknya lalu menarik tangan Joanna berdiri mengikutinya.
"Kita bicarakan masalah itu nanti Jo, jangan khawatirkan mengenai hal itu. Mommy lebih tau dan kenal siapa anak Mommy, dan dia tidak akan mengecewakan kamu"
Genggaman tangan Wina menghangatkan hati Joanna, ia merasakan kejujuran dan ketulusan yang dirasakan untuk dirinya.
"Oia, jangan lupa kamu juga besok datang ya Re. Sahabat menantu Mommy harus hadir disana juga, akomodasi biar tante yang tanggung" tambah Wina kepada Renata.
Renata melompat girang mendapat ajakan Wina "Dengan senang hati, Rere pasti datang. Terima kasih tante" ucap Renata sambil mengecup pipi kiri dan kanan Wina. Ia tidak menyangka bahwa pertemanan nya dengan seorang Joanna Putri Alexandra akan membawa suasana baru untuk dirinya, sekarang tidak ada lagi Renata yang kesepian tanpa teman. Ia tidak menyesali keputusan nya saat ia menerima Joanna menjadi teman nya, teman pertamanya.
***
Joanna dan Wina menaiki sebuah mobil SUV mewah milik ibunya Jeffrey, dengan pengawalan di depan dan belakang mobil tersebut oleh Max dan pengawal Wina. Mobil itu berhenti di sebuah butik besar dimana pemiliknya adalah seorang desainer terkenal, tidak hanya di Indonesia tapi internasional. Dan hari ini butik tersebut di tutup karena akan kedatangan pelanggan nomer satu mereka, keluarga Henderson. Setiap keluarga Henderson pulang ke Indonesia, butik itu yang selalu jadi pilihan Wina untuk berbelanja. Dengan hanya sekali belanja sanggup menghabiskan biaya seharga rumah mewah, dan biasanya yang dibeli oleh Wina bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk keluarganya, klien ataupun koleganya. Dan kali ini ia menggandeng tangan seorang wanita cantik yang segera akan menjadi menantunya, dan sang desainer telah menyiapkan deretan dress terbaru dan terbaik untuk ditawarkan kepada nyonya milyuner tersebut.
Dengan kulit yang putih mulus dan wajah yang cantik alami, semua gaun-gaun itu hanya membuat Joanna tambah memukau di hadapan mertuanya, ditambah dengan ekpresi polos dan pipi merona merah membuat mertuanya menggelengkan kepala melihat calon menantunya, ia semakin tahu bahwa calon menantunya tersebut kurang menyukai gaun yang terbuka, ia dapat melihatnya dari wajahnya yang memerah saat mencoba gaun itu, malu karena beberapa bagian tubuhnya itu terekspos. Wina hanya tersenyum geli melihat tingkah Joanna, tak heran jika Putra nya itu sangat tergila-gila dengan gadis ini. selain cantik, dia sangat polos dan berbeda dari gadis lainnya yang pernah ia temui, apalagi yang ia tahu calon menantunya itu berasal dari keluarga terpandang juga.
Setelah memilih beberapa gaun yang ia dan Joanna sukai, Wina mengajak calon menantunya itu menemani nya minum teh di salah satu resto dan café dekat butik itu.
"Mom, tidakkah gaun yang dibelikan itu terlalu banyak? Bukankah besok Jo hanya akan memakai satu baju saja." Tanya Joanna pelan berusaha tidak menyinggung calon mertuanya tersebut.
"Tidak apa-apa sweetie, anggap saja hadiah dari Mom untuk kamu. Saat ada kesempatan, pakailah gaun-gaun tersebut, Mommy yakin mata Jeffrey tidak akan berpaling dari mu sayang" jawab Wina yang membuat Joanna tersenyum malu mendengar pujian calon mertuanya itu.
Pelayan membawakan minuman hangat untuk keduanya, beserta cake and pastry terbaik dari restoran mereka. Wina menyesap pelan greentea miliknya, sedangkan Joanna menyesap kopi susu panasnya.
"Kamu suka kopi susu juga ya Jo?" tanya Wina
"iya Mom, Jo suka minum kopi susu semenjak kenal dengan Jeffrey. Ia sangat menyukai kopi susu buatan ku, makanya sekarang Jo suka juga sama kopi susu."
"Kamu tahu kenapa ia suka kopi susu?"
"Ehmm... Jeff pernah cerita kalau ia mempunya masalah lambung saat minum kopi hitam, dan ia akan memilih kopi susu untuk membuat nya tetap terjaga saat banyak pekerjaan. Itu tidak terlalu mengganggu lambungnya"
Wina mengangguk-angguk mendengar penuturan Joanna.
"Apalagi kebiasan Jeffrey yang kamu ketahui Jo?"
"Dia... dia.. senang sekali mencium wangi rambut ku dan...." Joanna tampak ragu melanjutkan perkataan nya
"Dan menciumi lehermu ya?" tebak Wina
Wajah Joanna merona sambil mengangguk pelan
"T-tapi kami tidak melakukan apa-apa Mommy. Jeff hanya senang mencium aroma yang keluar dari tubuh saya Mom, ia berkata bahwa itu bisa menenangkan pikiran nya" jawab Joanna berusaha menangkis pikiran yang tidak-tidak dari kepala calon mertuanya. Tapi Wina malah tertawa, seolah ia mendengar lelucon yang sangat menggelikan.
"Anak itu... Oh Tuhan... kamu benar-benar membuat putraku jatuh cinta kepadamu" seru Wina, sementara Joanna masih tampak bingung dengan maksud perkataan nya.
"Semenjak dulu Jeffrey sangat manja dengan Mommy dan Daddy, ia mulai berpisah dengan kami saat kuliah. Saat ia pulang ke rumah, ia tidak akan melewatkan untuk tidur semalam dengan Mommy sambil bersandar di pundak Mommy. Menurutnya, aroma yang menguar dari tubuh Mommy akan selalu dia ingat di kepalanya dan menjadi obat rindunya saat ia jauh dari Mommy. Dan sekarang ia memiliki kekasih yang bisa ia 'endus' setiap malam. Jeffrey tidak pernah melakukan hal seperti itu pada wanita lain, termasuk Bella. Menurutnya, tidak semua wangi tubuh mereka bisa menenangkan dirinya, malah semuanya membuat ia muak. Dan Mommy terkejut ia melakukan itu padamu Jo" jelas Wina
"Benarkah ia semanja itu Mommy?"
"Ya, tapi jangan bilang Jeffrey kalau Mommy ceritakan ini semua sama kamu ya"
"Oke Mom" ucap Joanna sambil mengatupkan bibirnya dan menggerakkan tangan nya dari kiri ke kanan, seolah ia meresletingkan bibirnya.
"Kamu tahu panggilan Jeffrey waktu kecil?"
"Jeje.." tebak Joanna
"Kok kamu tahu? Tidak mungkin Jeje menceritakan nya, ia berkata bahwa panggilan itu sangat kekanak-kanakan"
"Hanya menebak saja Mom, karena saat Jo menamai kontaknya Jeffrey menjadi JeJe ia menolaknya habis-habisan. Sebenernya JeJe itu Cuma singkatan Jeffrey-Joanna, inisial huruf depan nama kami tapi ia tampaknya terganggu dengan nama itu. Sekarang Jo tahu apa alasan nya... hihihi..."
Kedua wanita itu tertawa tergelak membicarakan masa kecil Jeffrey, masa lalu yang cukup manja dan menyenangkan seorang Jeffrey Henderson. Joanna sudah menyimpan setiap cerita calon mertuanya itu di kepalanya, dan mungkin ia akan menggunakan nya suatu hari nanti untuk meledeknya, pikir gadis itu
"Mommy, apa kabar"
Sebuah suara menginterupsi perbincangan seru antara Wina dan Joanna, mereka menoleh bersamaan ke arah asal suara. Wina nampak tidak terkejut akan wanita yang berada di hadapan nya, ia hanya tersenyum, senyum yang tidak dapat diartikan. Sementara itu Joanna tampak sangat kaget melihat wanita di hadapan nya itu, ia sangat menghindari bertemu dengan wanita itu, wanita yang menjadi sumber masalahnya seminggu ini, wanita yang menancapkan duri di hubungan nya dengan Jeffrey
"Ohh, Mom sangat sehat, bagaimana kabarmu Bella?" ucap Wina, sementara itu Bella mengecup pipi kiri dan kanan wanita yang pernah jadi mertuanya itu, senyumnya tidak lepas dari wajah cantiknya dan ia sempat melirik sinis ke arah Joanna yang masih tegang melihat kedatangan Bella yang tidak terduga. Wanita itu menarik bangku di sebelah Wina dan memegan tangan nya lembut
"Aku baik-baik saja Mommy" satu tangan nya tampak mengelus perutnya dan satu tangan nya masih megenggam tangan Wina, "Aku merindukanmu Mommy" tambah Bella sambil menyenderkan kepalanya di bahu Wina, yang disambut dengan elusan tangan Wina di puncak kepala Bella. Sekilas ia dapat melihat senym merendahkan dari wajah Bella, tapi bukan itu yang membuat Joanna sedih, ia merasakan nyeri di hatinya melihat kedekatan calon mertuanya dan mantan menantunya tersebut
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top