Bab 17 With You
Joanna mengernyitkan dahinya saat kehangatan yang sebelumnya ia rasakan perlahan menghilang, berganti dengan dingin nya suhu pendingin ruangan. Ia perlahan mengerjapkan matanya, mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar tempat ia berbaring sekarang, ia tersadar sesaat bahwa kamar ini bukan miliknya. Otaknya memutar ulang peristiwa yang terjadi siang tadi sampai akhirnya ia berada di apartemen Jeffrey, anehnya perasaaan nya saat ini menjadi lega, merasa lebih baik, sangat baik malahan. Mungkin karena misteri penolakan tubuhnya terhadap seseorang bernama Evan akhirnya terpecahkan. Perlahan jarinya menyentuh bibirnya, jika sebelumnya ia sangat jijik jika mengingat siapa yang telah menyentuh bibirnya, saat ini yang ia ingat hanyalah bibir hangat seseorang yang mengecupnya lembut dan penuh kasih sayang. Jeffrey berhasil menghapus bayangan dan jejak Evan di bagian tubuhnya itu, hal itu membuat Joanna tersenyum malu, wajahnya merona mengingat rasa bibir Jeffrey yang masih melekat di bibirnya.
Ceklek...
Pintu kamarnya terbuka, kepala Jeffrey mengintip ke dalam, memastikan Joanna sudah bangun atau belum. Lalu ia melihat pergerakan di atas kasurnya, ia melihat Joanna perlahan bangun, berusaha bangun dari ranjangnya.
"Kamu sudah bangun Jo?" Tanya Jeffrey sambil melangkah mendekati gadis itu yang kini tengah terduduk di tepi ranjang, dan menampilkan senyumnya yang paling manis. Membuat hati Jeffrey tersenyum lega.
"Sudah jam berapa sekarang Jeff?"
"Sudah jam 7 malam, kita makan malam dulu yuk. Aku sudah siapkan makanan untuk kita"
Joanna mengangguk, karena sebenernya ia terbangun karena perutnya yang berteriak minta di isi saat itu juga, saat ia mencoba berdiri, ia mengernyitkan dahinya merasakan nyeri di kaki nya. Jeffrey bergegas berlutut di depan Joanna, ia melihat luka-luka lecet di tepi jari kelingking Joana dan di tumitnya, beberapa kulitnya terkelupas.
"Astaga, aku tidak melihat luka ini tadi. Mungkin karena tadi kulit nya berkerut kedinginan jadi tidak terlihat lukanya" seru Jeffrey, ia lalu menaruh satu tangan nya di belakang lutut Joanna dan satu lagi di punggungnya, Joanna merasakan tubuhnya kembali melayang di udara
"Jeffrey, turunkan aku. Kenapa sekarang hobi mu menggendong wanita sih?" Joanna mencoba menurunkan dirinya dari gendongan Jeffrey, tapi tenaga pria itu lebih kuat daripada Joanna.
"Kamu betul Jo, hobi baruku adalah menggendong dirimu, bukan wanita yang lain" ucap Jeffrey sambil menatap ke dalam manik mata Joanna tapi gadis itu malah menundukkan wajahnya yang telah memerah, lengan nya berpegangan erat di leher Jeffrey.
"Ayo kita makan di luar dan obati kaki mu"
Jeffrey bergegas keluar dari kamarnya membawa Joanna ke ruang tengah, sementara gadis itu menaruh keningnya di dada Jeffrey,ia tampak sangat gugup sampai ia merasa bisa mendengar debaran jantungnya sendiri dan berharap Jeffrey tidak mendengar detak jantungnya yang tidak beraturan itu.
"Astaga naga Jo, tampang mu sangat mengenaskan sekali" tiba-tiba suara laki-laki lain mengagetkan Joanna, ia mengangkat kepalanya dan melihat Jonathan yang sedang duduk di sofa panjang lalu ia mendongakan kepalanya memandangi Jeffrey penuh tanda tanya.
"Iya, aku yang menghubunginya. Kamu tentu tidak ingin keluargamu khawatir karena tidak tau keberadaan kamu kan? Sekalian aku minta bawain baju ganti buat kamu" jelas Jeffrey sambil mendudukan Joanna di sofa yang sama dengan Jonathan. Dengan cepat ia mengambil bantalan sofa dan melemparnya ke arah Jonathan.
"Kurang ajar punya adek, malah ngatain kakaknya jelek" Gerutu Joanna
"Idihh.. bukan ngatain, aku jujur kok. Nggak ngaca ya? Rambut acak-acakan, belum itu mata kayak orang kurang tidur 7 hari 7 malem. Kantung mata atau ayunan? tebel banget tau" balas Jonathan sambil melemparkan kembali bantal yang tadi di lempar Joanna.
"iyakah.. berarti tadi Jeffrey cium aku pas muka aku lagi jelek-jeleknya dong. Aduuuhhh malunya" gumam Joanna pelan sambil menutup wajahnya dengan bantal yg tadi di lempar Jonathan.
"Kenapa Jo? Malu ya !" tebak Jonathan
"Joniiiii..." di lempar lagilah bantal tak bersalah itu ke wajah Jonathan, Jeffrey tersenyum geli melihat tingkah kakak beradik itu, ia tersenyum lega melihat Joanna yang telah kembali seperti biasa, hatinya menghangat melihat senyumnya, wajah marah, cemberut dan malunya. Semua ekspresinya yang polos tanpa pura-pura. Jeffrey menyodorkan sepiring nasi kepada Joanna.
" Kamu mau di suapin?!" Tanya Jeffrey
" Eh.. apa.. gak usah.. yang sakit kan kaki aku bukan tangan aku" jawab Joanna cepat-cepat sambil mengambil piring berisi makanan dari tangan Jeffrey.
"Idihh... tadi di gendong sekarang mau disuapin, kamu tuh patah hati atau jatuh hati sih Jo?" celetuk Jonathan
Joanna yang baru saja menyendokkan suapan pertamanya ke dalam mulutnya terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Jonathan. Jeffrey mengelus-elus punggung Joanna sambil menyodorkan air putih kepada gadis itu, yang langsung di teguk habis olehnya.
"JONII... bisa gak sih gak ngeledekin terus, aku LAPARRRR" ucap Joanna sambil menyendokkan suapan berikutnya ke mulutnya.
"Iya.. iya.. isi tenaga dulu, nanti kita berantem lagi" kata Jonathan. Jeffrey beranjak dari tempat duduknya mengambil kotak P3K di samping kulkasnya, tak lupa ia membawa juga semangkuk sup jagung ayam yang sudah di panas kan nya.
Jonathan melirik ke kaki kakaknya yang lecet-lecet, ia menarik kedua kaki Joanna ke pangkuan nya dan meminta kotak P3K yang di pegang Jeffrey. Sementara Joanna masih makan dengan lahapnya, ia tidak malu-malu makan dengan pipi yang menggembung di pipi kiri kanan nya. Jonathan meraih sebuah gunting kecil khusus bedah, ia akan memotong sedikit kulit yang terkelupas di tepi jari kelingking Joanna.
PLETAKK...
"Sakit tau Jooo" sahut Jonathan gemas melihat kakaknya yang tersenyum sambil memegang sendok yang tadi dipakai memukul kepalanya.
"Hehehe.. itu gunting kenapa gak di sterilkan dulu oon. Itu kan ada alcohol, entar klo tambah infeksi gimana" sahut Joanna
"Eh iya, lupa" cengir Jonathan sambil meraih alcohol untuk membersihkan guntingnya, Jeffrey mengambil piring kosong di tangan Joanna, lalu memberikan nya semangkuk sup Jagung.
"masih lapar kan?" tebak Jeffrey
Joanna tersenyum malu sambil mengangguk lalu mengambil alih sup jagung ayam dari tangan Jeffrey, sesekali dia mengernyit ketika dingin nya alcohol dan tetesan iodine mengenai luka nya. Ia melanjutkan makan nya sampai mangkok di tangan nya bersih tak bersisa.
"Evan tadi di tampar sama Bunda" ucap Jonathan tiba-tiba sambil terus menunduk mengobati kaki Joanna.
Joanna dan Jeffrey terdiam mendengar nama itu di sebut lagi, Jonathan kembali menceritakan apa yang terjadi setelah kepergian Joanna.
"Evan tadi basah-basahan cari kamu ke rumah lalu ke kantor. Bunda sudah mengendus ada yang tidak beres dengan kalian saat Bunda lihat tas dan hp mu ada di tangan Evan tapi dia gak tau dimana kamu berada. Bunda marah besar, menanyakan apa yang terjadi sampai kamu bisa kabur tanpa membawa apapun. Tapi tak lama kemudian Jeffrey menelpon. Dan disinilah aku sekarang. Bunda bilang, kamu bisa tinggal di hotel kita untuk sementara, jika ingin menangkan diri"
"Biarkan Joanna disini Jhon, klo di hotel gak akan ada yang nemenin dan ngerawat dia yg sedang sakit. Badan mu hangat Jo" ucap Jeffrey sambil menempelkan tangan nya di dahi Joanna, gimana gak sakit, berjam-jam di bawah terpaan hujan deras berlari sampai kakinya terluka seperti itu.
"Aku janji gak akan ngapa-ngapain dia kok Jhon" tambah Jefrey menatap Jonathan
"Justru kakak ku pengen nya di apa-apain sama Mas bro" ledek Jonathan
Bughhh... Bantal sofa kembali mendarat cantik di kepala Jonathan dilempar oleh Joanna dengan wajah yang memerah entah marah atau malu.
"Sumpahhhh... ini KDRT tau gak Jo. Kenapa selalu aku yang jadi pelampiasan sih" Tanya Jonathan sambil melempar balik bantalnya ke arah Joanna. Jeffrey kembali tertawa geli melihat kakak-adik yang lebih mirip Tom-Jerry itu, tapi justru ia menyukai suasana seperti ini tidak sepi seperti hidupnya selama ini.
***
Pagi itu Joanna sudah berpenampilan rapi dan wangi memakai baju yang dibawakan Jonathan, ia keluar dari kamar menuju dapur Jeffrey. Ia akan membuat sarapan untuk mereka berdua, semalam Jonathan pamit pulang ke rumah karena tidak ingin Bunda sendirian di rumah.
Joanna membuka pintu kulkas, tidak banyak bahan makanan yang ada di kulkasnya. Karena nasi sisa semalam masih ada, ia memutuskan akan masak nasi goreng sederhana untuk mereka berdua, ayam goreng sisa semalem di suwir-suwir, di tambah dengan telur dan sayur sawi. Joanna asyik mengaduk nasi gorengnya saat Jeffrey keluar dari kamar nya sambil mengelap rambutnya yang masih basah dengan handuk.
Sekilas imajinasinya berkelebat membayangkan wanita di hadapan nya adalah istri yang sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, lalu anak-anak kecil yang berdatangan mengganggu ibunya yang sedang memasak. Jeffrey menggelengkan kepalanya, mengusir bayangan itu jauh-jauh dari kepalanya. Ia mendekati Joanna dan berdiri tepat di belakangnya, ia mendekatkan kepalanya ke bahu Joanna, mencoba mengintip apa yang dimasak gadis itu.
"Wangi banget, kayaknya enak nih" ucap Jeffrey, tubuh Joanna tersentak kaget saat wajah Jeffrey tidak berada jauh dari pipinya, bahkan hembusan nafasnya terasa di bahunya. Ia mencoba menguasai dirinya, walaupun ia yakin wajahnya pasti sekarang sedang merona lagi.
"Jeffrey, kamu ngagetin aku tau gak. Untung tangan ku gak kena wajan panas" balas Joanna sambil mengerucutkan bibrnya
"Maaf deh, lagian kamu juga masaknya serius banget sampe gak sadar aku disini"
"Sekarang kamu duduk di situ aja, aku mau salin ini ke piring. Udah selesai kok"
Jeffrey duduk di meja bar dekat Joanna masak, sementara gadis itu memindahkan nasi goreng itu ke piring lalu menyiapkan teh yang sudah ia seduh. Mereka berdua makan dalam diam, sebenernya dua-duanya saling curi pandang tapi mereka tidak menyadarinya satu sama lain. Jeffrey menyelesaikan makan nya terlebih dahulu, ia menyesap teh manis yang sudah dibuatkan oleh Joanna sampai habis.
"Biar aku yang cuci piring Jo. Kamu udah bikinkan sarapan yang enak buat aku, sekarang biar aku yang selesaikan sisanya" ucap Jeffrey sambil beranjak dari tempat duduknya. Joanna mengangguk, hatinya sangat senang karena Jeffrey memuji masakan nya. ia berjalan ke arah sofa sambil membawa bekas teh celup yang tadi sudah di seduh. Menurut om google, benda itu bisa membantu mengurangi penampakan kantung matanya.
Joanna berbaring di sofa panjang, lalu meletakan kantung teh celup itu masing-masing di kedua matanya. Beberapa saat kemudian ia merasakan sofanya bergoyang, mungkin Jeff pikirnya. Ia tambah terkejut saat bahunya terangkat dan Jeffrey menarik tubuhnya supaya kepala Joanna ada di atas pangkuan nya. Ia mengangkat satu kantung teh nya, melihat ke arah Jeffrey.
"Kaki mu terlipat Jo, sini biar ku pangku, biar enak kakinya selonjoran" ucapnya sambil menepuk-nepuk bantal kecil di atas pangkuan Jeffrey, menyuruh Joanna agar mau berbaring di pangkuan nya.
"Kamu kan bisa duduk sebelah sana Jeff" tunjuk Joanna ke sofa yang lebih kecil di sebelah bangku mereka tapi Jeffrey hanya menggeleng.
"Suka-suka aku dong mau duduk dimana, pengen nya disini deket kamu" jawab Jeffrey sedangkan Joanna memutar matanya, menghela nafasnya, ia malas untuk berdebat toh ini memang rumahnya Jeffrey, ia bebas duduk dimana ia suka. Dengan berat hati Joanna membaringkan kepalanya di bantal di atas pangkuan Jeffrey dan menutup matanya kembali dengan kantung teh nya.
"kakimu sudah sembuh?"
"Lumayan, semalem kan udah minum obat. badan aku kerasa lebih enak kok. tinggal ini aja" kata Joanna sambil menunjuk jarinya ke matanya
"Kantung teh ini untuk apa Jo?" Tanya Jeffrey sambil membetulkan letak kantung teh celup itu di mata Joanna
"Buat ngurangin kantung mata ku Jeff, gak liat kah mata ku udah kayak panda begini"
"Biasa aja kok, kamu masih tetep cantik dan manis seperti biasa"
Jawaban Jeffrey sukses membuat wajah Joanna memerah malu, ia meraih bantal kecil di sampingnya lalu menutup wajahnya sampai ke hidungnya, mencoba menutupi tingkah malu-malunya. Tapi tetep saja Jeffrey bisa melihat perubahan wajah Joanna, ia hanya tersenyum lebar melihat Joanna yang coba menyembunyikan wajahnya yang merona merah.
"Nanti sore kita kan mau ke salon, lebih awal aja biar bisa ngilangin mata panda kamu. Hari ini aku akan nepatin janji aku temenin kamu belanja buat acara ntar malem" Joanna mengangguk mendengar ajakan Jeffrey.
"Kamu gak kerja Jeff?"
"Aku masih meliburkan diri, seharusnya kan aku masih di London hari ini"
"Trus kenapa kamu pulang dari London lebih cepet?" Tanya Joanna
"Karena disini ada yang lebih membutuhkan aku Jo" jawab Jeffrey, tanganya mengambang di udara, sangat ingin sekali menyentuh dan mengelus rambut gadis yang berada di pangkuan nya. sementara Joanna yang tidak mengerti maksud dibalik jawaban Jeffrey hanya terdiam.
Beberapa saaat kemudian Jeffrey merasakan tubuh Joanna yang rileks, nafasnya yang teratur dari pernapasan perutnya menunjukkan bahwa gadis itu kembali tertidur. Tangan kanan Jeffrey beralih meraih jemari Joanna dan mengaitkan kedua tangan mereka, sementara tangan kirinya mengelus lembut pipi Joanna , perlahan ia menundukkan kepalanya mendekati bibir Joanna yang sedikit terbuka dan menciumnya perlahan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top