MELANIE 2

Melanie saat ini sedang berada di kamar mandi tempat nya dirawat, ia sengaja menunggu Nenek yang bernama Oma Nuke dan pria muda yang bernama David atau Dave itu pergi dari ruangan nya saat ia pura-pura tertidur. Saat mereka telah pergi, ia bergegas menuju kamar mandi untuk menuntaskan kecurigaan nya, dan disinilah ia berada, sudah hampir 10 menit ia berdiri mematung di depan cermin yang berada di dalam kamar mandi.

Ia terpana dengan bayangan yang ada di hadapan nya. Pantulan dalam cermin menampilkan sosok cantik yang baru pertama kali dilihat seumur hidupnya, rambut hitam pekatnya berbeda dengan rambut kecoklatan miliknya dahulu, mata kecil yang jadi kebanggaan nya berganti dengan mata bulat jernih dengan pupil kehitaman bukan coklat seperti miliknya dulu, bibir penuh ini berbeda dengan bibir tipis yang dimilikinya dulu, hidungnya saat ini tak kalah mancung, tubuhnya sekarang lebih berisi dari tubuhnya dulu dan tubuh gadis ini tak kalah cantik dengan dirinya dengan warna kulit eksotis menambah keunikan tersendiri.

"Jadi ini Melanie Putria? Lalu apa yang terjadi dengan pemilik tubuh ini? bagaimana hal ini bisa terjadi? Aku harus kembali ke tubuh asli ku" gumam Melanie

Walaupun sakit di kepalanya masih terasa, Melanie menguatkan kakinya melangkahkan kaki keluar dari kamarnya menuju ruangan lain. Ia mendorong stand infus miliknya sekaligus menjadi penopang tubuhnya yang masih terasa lemas. Rasa penasaran dan keingintahuan tinggi mengalahkan rasa sakit yang menjalar didalam tubuhnya. Ia melangkah pelan menuju lift yang akan mengantarkan nya menuju jawaban yang ia cari.

"Lanie, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu belum sembuh benar."

Suara pria yang baru dikenalnya itu terdengar di telinga Melanie, tapi ia mengacuhkan nya, ia ingin segera masuk ke dalam lift yang sudah terbuka pimtunya, tapi pria itu tiba-tiba mencekal lengan Melanie erat.

"Kamu mau kemana?" Tanya Dave tegas, Melanie menoleh ke samping melirik tajam ke arah Dave, "Bukan urusan mu" jawab Melanie.

Dave terhenyak saat melihat raut wajah dan mata Melanie yang tidak bersahabat, ia sadar bahwa ini bukan Melanie yang dikenalkan oleh Omanya beberapa hari lalu. Melanie yang mempunyai tatapan lembut dan ceria berganti dengan seorang Melanie yang ketus dan dingin.

Mungkin memang dia seperti ini sebelumnya, aku memang belum lama mengenalnya. Pikir Dave

"Aku akan menemanimu, aku sudah berjanji pada Oma untuk menjagamu sementara Oma beristirahat di penginapan" ucap Dave

Tapi Melanie tidak menghiraukan apa yang dikatakan Dave, ia terus menatap lantai demi lantai yang telah di lewatinya, saat pintu lift terbuka pada lantai yang di tujunya ia segera melangkahkan kakinya keluar lift dan melangkahkan kakinya membaca papan tanda, mencari dimana letak ruangan ICU.

"Jaga jarakmu dengan ku" seru Melanie pada Dave yang mengikutinya dari belakang, pria itu menurutinya, ia berjalan pelan mengawasi Melanie dari kejauhan. Ia penasaran kemana tujuan gadis itu. Dave menyembunyikan tubuhnya saat ia melihat Melanie juga bersandar di balik dinding dan diam-diam melihat ke arah ruangan yang tak jauh dari tempat Melanie bersembunyi.

Dave hanya melihat ruangan ICU di dekat Melanie dan ia melihat seorang seorang wanita paruh baya yang duduk menunggu di depan ruangan ICU sambil menangis tersedu di pelukan seorang pria muda.

Apa yang sebenarnya Melanie cari? Pikir Dave

Sementara itu Melanie diam-diam memandangi wajah orang-orang yang sangat dirindukan nya saat ini, Bunda dan adiknya saat ini berada di hadapan nya tapi kakinya tak mampu melangkah mendekati mereka.

"apakah mereka bisa menerima keadaan ku yang seperti ini?" pikir Melanie

Saat kakinya ingin melangkah menuju Bunda dan Jonathan tiba-tiba pintu ruangan ICU terbuka, langkahnya terhenti saat seorang Dokter keluar dari ruangan tersebut dengan wajah yang terlihat panik.

"Bu Mona, putri anda masih membutuhkan banyak darah. Stok yang kami miliki tidak cukup, kita membutuhkan darah secepatnya, kondisinya terus menurun. Nona Joanna dalam keadaan kritis" kata Dokter

"Ambil darah ku dan Jonathan saja Dok, supaya anak ku bisa selamat" Bunda Mona memohon kepada Dokter itu

"Nona Joanna itu kan bukan anak kandung ibu, jadi darah kalian tidak ada yang cocok dengan nya"

"Jangan katakan itu Dokter, anakku akan sedih mendengar kata-kata seperti itu. Dia putriku, putri kandung ku, tolong selamatkan dia" teriak Bunda histeris,Jonathan dengan sigap menangkap tubuh Ibunda nya yang lemas dan hampir terjatuh menyentuh lantai. Airmata Melanie mengalir melihat Bundanya yang histeris karena tubuh aslinya yang kini tengah kritis, ia menahan isakan tangisnya, menutup mulutnya dengan punggung tangan nya.

"Bunda, aku disini. Maafkan aku Bunda"

"Suster.. bawa Ibu Mona ke ruang perawatan" panggil Dokter itu kepada salah satu suster yang berada tak jauh dari mereka. Jonathan lalu menggendong tubuh pingsan Bunda nya dan mengikuti suster yang menunjukkan jalan menuju ruang periksa dokter.

Melanie terus menangis melihat ibu yang di sayanginya tampak sangat terluka dan shock atas keadaan dirinya, ingin sekali dirinya menghambur ke pelukan wanita yang telah membesarkan dirinya itu tapi itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin mereka akan percaya, lagipula Bunda dan adiknya sedang shock akan kecelakaan yang menimpanya.

Mereka pasti akan mengira aku berbohong dan memanfaatkan kesempatan saja. Waktunya tidak tepat jika aku menemui mereka sekarang

Melanie melihat seorang pria tampan mendekati dokter yang hendak kembali ke dalam ruangan ICU.

"Dokter. Tunggu" kata pria itu

Dokter itu menghentikan langkahnya lalu melihat ke arah suara yang memanggilnya dan melihat seorang pria tengah berlari ke arahnya

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya kebetulan teman Jonathan, yang tadi berada di sini. Sebenernya apa yang terjadi? Saya hendak bertanya kepadanya tapi nampaknya ini bukan saat yang tepat"

"Ooh, Kakak Jonathan mengalami kecelakaan lalu lintas, ia mengalami pendarahan hebat. Stok darah yang kami miliki tidak dapat memenuhi kebutuhan nya, sementara kondisinya terus menurun."

"Apa golongan darah nya Dok?"

"AB rhesus –"

"Baiklah, ambil saja darahku sebanyak yang diperlukan. Golongan darah ku sama , aku dalam keadaan fit dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan keras"

"Baiklah, silahkan masuk"

Pria itu lalu masuk ke ruangan ICU mengikuti dokter tersebut. Melanie melangkah dari persembunyian nya lalu melangkah mendekati ruangan ICU, ia berusaha melihat kedalam ruangan itu mencari keberadaan tubuhnya. Ia melihat pria yang tadi masuk ruangan itu berdiri di pinggir ranjang memandangi sesosok tubuh yang terbujur kaku di hadapan nya.

Itu disana

Hati Melanie hancur melihat pemandangan itu, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri tubuh mulus miliknya dulu itu kini penuh luka-luka di wajah dan beberapa bagian tubuh lain nya, wajahnya pucat seperti mayat, terlihat lilitan perban di kepalanya lalu beberapa alat penunjang hidup menempel di berbagai tempat tubuhnya.

Tubuh Melanie luruh seketika, stand infus terjatuh dan jarumnya terlepas dari punggung tangan Melanie, darah mengalir dari bekas lukanya. Dave yang terkejut langsung berlari ke arah Melanie yang menangis histeris dengan wajah penuh air mata. Tangisan nya menyayat hati siapapun yang mendengarnya, seolah ia telah kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya. Dave langsung menggendong tubuh Melanie yang terasa lemas di tangan nya, sementara itu wanita di gendongan nya menangis dan meracau tidak jelas.

"Bunda.. aku disini Bunda...." Lirih Melanie, Dave memanggil suster yang kebetulan berada tak jauh dari mereka. Lalu sebuah brangkar dorong di berikan untuk membawa Melanie kembali ke ruangan nya. Tak sadar Dave terus menggengam tangan Melanie dengan erat, mendengarkan semua racauan gadis itu.

"Maafkan aku Ayah..." gumam Melanie, Dave mengernyitkan dahinya mendengar semua racauan yang keluar dari bibir gadis itu yang terus menyebutkan Ayah dan Bundanya, kata-kata maaf, menyesal, rindu dan lain-lain yang menyiratkan bahwa gadis itu tengah bersedih dan terluka dalam dan bahwa gadis itu merindukan orangtuanya.

Dave hanya tahu bahwa gadis ini adalah salah seorang karyawan yang bekerja di restoran milik Neneknya yang sudah dianggap cucu oleh Neneknya itu. Dave pun masih mengingat bahwa Neneknya berkata bahwa Melanie gadis yatim piatu dari panti asuhan tempat Neneknya sering memberikan donasi. Kenyataan di hadapan nya sekarang semakin membuat tanda tanya besar di kepalanya, apalagi saat ia memperhatikan apa yang di lakukan Melanie sebelumnya saat di ruangan ICU itu. Melanie menangis melihat ibu parah baya dan seorang pria muda, dan gadis itu tambah histeris saat ia melihat ke dalam ruangan ICU melalui balik jendela lebar.

Aku akan mencari tahu siapa yang berada di dalam ICU itu, pikirnya

"Pasien sudah saya berikan obat tidur agar bisa tenang dan beristirahat. Tolong dijaga kondisi emosinya, sepertinya ia shock karena sesuatu. Saya khawatir bukan gangguan fisiknya tapi kejiwaan pasien dengan emosi yang turun naik akan membuatnya sulit sembuh" ucap Dokter yang menangani Melanie

Dave melirik Melanie yang telah tertidur lelap dengan infus kembali tertancap di tangan sebelahnya, ia lalu menoleh ke Dokter yangberdiri di sampingnya.

"Baik Dok, saya akan bicarakan dengan Nenek saya mengenai ini. Kapan Melanie bisa melakukan perjalanan jauh? Rencananya kami akan membawanya pulang kembali ke rumah, kami pikir berada di lingkungan yang dikenalnya mungkin bisa membantu penyembuhan nya lebih cepat." Tanya Dave

"Kita lihat kondisinya besok ya, klo emosinya sudah stabil dan tidak histeris lagi kami bisa mengijinkan nya pulang. Luka fisiknya sudah tidak ada masalah." Jawab pak Dokter

"Baiklah, terima kasih dokter" ucap Dave sambil menjabat tangan Dokternya yang akan keluar dari ruangan itu.

Dave melangkah mendekati ranjang Melanie lalu duduk di bangku disamping ranjang, tangan nya menyingkap rambut Melanie yang menutupi dahinya, titik-titik keringat tampak di sekitar dahi Melanie yang sekarang tampak berkerut, kelopak matanya tampak ikut berkerut dan deru nafasnya tidak beraturan.

Dia sepertinya mengalami mimpi buruk, pikir Dave

Jemarinya bergerak ke pipi Melani dan mengusap-usapnya pelan berusaha menenangkan Melanie dalam tidurnya, tak di duga kepala Melanie bergerak ke arah dimana tangan Dave berada seolah mencari pegangan dan kehangatan yang tersalur dari tangan besar itu. Dave tidak bisa berbuat apa-apa saat sebelah tangan nya kini menjadi tumpuan pipi Melanie, ia bahkan melihat senyuman manis di wajah gadis yang masih tertidur itu.

Cantik

Tbc

Gimana part ini? ada yang bisa nebak gak pas bagian Bunda Mona-Jhon_Jeffrey pas ada di ruangan ICU itu ada di bab berapa ceritanya Joanna? Ada yang masih ingat?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top