14.

“Aku tunggu kamu di gerbang!”

“Iya,” balas Ester yang kemudian terdengar suara telepon yang diakhiri.

Ester mencari-cari Risa. Gadis itu melihat Risa tengah berdiri di samping bangku Harun. Harun masih ada di sana. Melihatnya membuat Ester sedikit sakit, tetapi kemudian dia merasa baik-baik saja karena dirinya ta taju persis rasa apa yang layak untuh Harun.

Gadis berkulit putih itu mendekat ke arah Risa sembari membenarkan tali tasnya. “Ris, gue duluan, soalnya Ethan udah nungguin,” ujarnya yang melirik Harun sekilas. Lelaki itu menatap Ester sebentar lalu kembali fokus pada aktivitasnya.

Ethan melambai ke arah Ester saat gadis itu mencari-cari sosoknya. “Aku perlu bicara,” ujar Ethan dengan kaki yabg berjalan ke arahnya.

“Bicara apa?” balas Ester sembari mengernyit.

“Kenapa nggak bales chat aku? Kamu sibuk?” tanya Ethan yang kemudian mengajak Ester naik ke motornya.

Ester menatap ragu motor KLX milik Ethan. “Naiknya susah,” ujar Ester yang membuat Ethan tersenyum kecil.

“Naiknya miring aja,” saran Ethan sembari menyerahkan helm pada Ester. Ester meraih benda itu lalu menatap Ethan.

“Bisa kan pakenya?” tanya lelaki itu yang dibalas anggukan oleh Ester. “Siapa tahu kalo kamu nggak bisa pakenya bisa aku pakein. Itung-itung lagi buat adegan romantis.”

Ester menanggapinya dengan senyuman tipis. “Aku bukan anak bayi, ya!”

Esthan terbahak melihat Ester yang cemberut. Kemudian lelaki itu menaikki motornya. “Ayo naik!”

Ester mengangguk lalu naik motor milik Ethan dengan susah payah. “Ini rok aku nggak bakalan nyangkut di rantai motor kan?” tanyanya yang membuat Ethan tertawa.

“Enggak kok. Itu aman, lagian rok kamu juga nggak sulit kalo mau naik motor, roknya juga nggak panjang” ujar Ethan sembari melakukan motornya.

“Aku trauma gara-gara naik sepeda pake rok. Alhasil, rok aku semuanya jadi item gara-gara kena oli,” jelas Ester sembari mengamati sekeliling.

Ethan yang mendengar itu terkekeh pelan. Sebenarnya dia ingin terbahak tetapi dia sedang mengendarai motor.

“Kenapa berhenti di sini?” tanya Ester ketika menyadari Ethan menghentikan motornya di jalanan yang sepi. Bukannya menjawab, Ethan justru menyuruh Ester turun dengan suara dingin.

Mereka kini saling diam. Ethan bersandar pada motornya dengan tangan yang mengutak-atik ponsel. Tangan Ethan menyodorkan ponsel dengan layar yang menampakkan sesuatu.

“Itu siapa?” tanya Ethan yang seketika membuat pikiran Ester mengulang kejadian kemarin.

Ester menggeleng. “Kamu dapet itu dari mana?” tanya Ester dengan dada yang mulai bergemuruh hebat.

“Ada seseorang yang ngirimin ini ke aku,” jelas Ethan yang membuat wajah Ester memerah karena menahan amarah.

“Kamu percaya?” tanya Ester dengan suara yang mulai bergetar. Ethan terdiam dia mengamati layar ponsel yang membuatnya ragu.

“Kemarin kamu ke mana aja?” tanya Ethan yang dibalas decakan oleh Ester.

“Aku kemarin ke TSB bareng Risa, kenapa emangnya?”

Ethan memijit ujung hidungnya. Dia memejamkan matanya sebentar. “Kemarin kamu ke TSB mau ngapain? Beneran cuma berdua?” tanya Ethan yang masih ragu.

Ester tak langsung menjawab. Ia tidak mungkin bilang yang sejujurnya tentang kejadian kemarin yang enggan untuk ia ingat.

“Ini kamu bukan?” Lagi-lagi pertanyaan Ethan membuat Ester mengembuskan napas kesal.

“Bukan!” bentak Ester dengan suara tinggi.

“Tapi ini mirip banget sama kamu!” tutur Ethan yang membuat Ester mengepalkan kedua tangannya. “Ester, kalo pun kamu nggak suci lagi ak–“ Satu tamparan keras mendarat di pipi Ethan.

“Percaya aja sama orang yang ngasih itu tanpa alasan! Yang jelas kita putus!” tegas Ester yang membuat Ethan terdiam.
Ester langsung berbalik hendak meninggalkannya, tetapi tangan Ethan malam menggenggamnya.

“Lepasin nggak?” bentak Ester yang membuat Ethan semakin mengencangkan genggamannya.

“Aku mohon, kamu jangan putusin aku,” rengek Ethan seperti bayi.

“Aku nggak bermaksud menyinggung kamu atau apa, aku cuma tanya kebenaran foto itu.”

“Itu bukan gue! Gue nggak pernah mau dicium sama cowok mana pun!” tegas Ester lalu melangkah. Langkah Ester kemudian berhenti.

“Tolong, jangan pernah ganggu hidup gue lagi!”

Ethan menatap kepergian Ester dengan rasa sesal yang teramat dalam. Dia harusnya menepati janji pada ibunya yang bertekad tidak akan mengecewakan perempuan mana pun. Namun, kini dia ingkar pada janji itu. Ethan menyugar rambutnya. Kaki kirinya menendang sebuah batu kecil dengan keras.

***


Ponsel Ester terus berdering. Dia melihat siapa yang menelepon. Sedari tadi lelaki itu terus menghubunginya. Tangan Ester bergerak meraih ponsel itu lalu memblokir nomor orang yang menghubunginya.

Ester kembali menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang beterbangan tak tentu arah. “Ada yang aneh,” lirih Ester.

“Gue yakin, ada yang nggak beres sama cowok-cowok gue, eh maksudnya mantan gue,” ujarnya sembari menutup mata dengan kedua tangannya.

“Tapi, gue nggak peduli sih. Yang pasti pacar gue akhirnya berkurang,” tutur Ester.

Suara pintu yang dibuka membuatnya menatap ke sumber suara. “Sori, gue baru dateng,” tutur Risa yang langsung mendaratkan bokong di kasur king size milik Ester.

“Nggak apa-apa, santai aja,” balas Ester singkat.

Ponsel Ester kembali berdering. Dia mengambil ponsel ber-softcase hitam dengan beberapa daun berjatuhan. Di sana tertera nama Lidya, tetapi Ester enggan mengangkat telepon itu. Karena jika berkomunikasi dengan Lidya dirinya pasti akan membahas cowok. Padahal saat ini Ester sangat enggan membahas satu pun cowok di muka bumi.

Dia menyimpan benda itu di bawah bantal. Risa yang mengamatinya mengernyit heran. “Siapa? Kok disimpan di bawah bantal?”

“Lidya,” balas Ester tak semangat. Risa hanya mengangguk tanpa ingin tahu lebih jauh. Dia mengambil laptop dari tasnya. Gadis itu hendak melanjutkan ceritanya yang di-posting di salah satu platform menulis.

“Ris, kayaknya ada yang nggak suka ke gue deh,” jelasnya pada Risa, tetapi gadis yang diajaknya bicara kasih fokus pada laptopnya.

“Ris,” panggil Ester pelan yang dibalas gumaman oleh Risa.

“Ris!”

“Apa?” Astaga, mendengar respons Risa membuat Ester ingin melempar kepalanya dengan batako.

“Gue putus sama Ethan.” Perkataan Ester seakan berhasil membuat jari-jari Risa tak menekan keyboard. Dia menatap Ester tak percaya.

Why?” tanya Risa yang kini menutup laptopnya.
Ester menghela napas. Dia sebenarnya merasa bingung antara harus senang atau sedih ketika difitnah oleh pacar-pacarnya. Karena dari kejadian itu ada plus minusnya.

“Ethan bilang gue nggak suci. Terus karena gue nggak terima, gue tampar pipinya. Habis itu gue putusin,” jelasnya yang entah kenapa aliran darahnya terasa panas.

“Kok Ethan tiba-tiba bilang gitu?” tanya Risa merasa heran.
Ester kembali menghela napas. Dia kemudian menceritakan awal mulanya mereka bertengkar hingga putus. Tak lupa, dia juga menceritakan Ethan yang terus menghubunginya.

“Lo udah kayak anak sultan, tapi masih aja ya, nggak tenang,” tutur Risa yang membuat Ester terdiam.

“Lo udah selesai nulisnya?” tanya Ester yang dijawab anggukan oleh Risa.

“Ikut gue, yuk!” ajak Ester yang membuat Risa mengerutkan dahi.

“Ke mana?”

“Ke suatu tempat.”

"Mau ngapain?" tanya Risa.

"Labrak orang."

Nah udh ya, double up.
Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote-nya jangan ketinggalan. Aku lebih suka kalian vote karena vote cuma bisa sekali, sedangkn baca dan komen bisa berkali-kali.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top