11

Dengan malas, Risa mendekat ke arah Ester. Pandangan Ester menatap Risa yang tengah tersenyum-senyum. “Lo waras?” tanya Ester diiringi kekehan. Risa tak menjawab, gadis itu malah cengar-cengir sendiri. “Lo kenapa sih, Ria? Buat gue takut tahu!”

“Lo mau apa?” tanya Risa yang membuat mulut Ester terbuka. Risa yang melihatnya tertawa. “Lo kayak gitu kaya monyet cemberut!”

Mendengarnya membuat Ester langsung meraih bantal kecil lalu melemparnya ke arah Risa. “Lo gitu banget ke gue. Nggak sadar apa kalau wajah lo juga kayak gorila?” tanyanya disela-sela tawa yang menggema.

Risa tak menanggapi candaan Ester meski dalam hatinya sedikit sakit hati. “Gue tanya bener-bener, nih, ya. Lo mau apa?” yang Risa.
Lawan bicaranya itu mengerutkan kening. “Yang jelas dong tanyanya! Nggak spesifik amat,” protes Ester.

Risa kembali memamerkan deretan gigi putihnya. “Lo mau makanan apa?” tanyanya.

Ester menunjuk dirinya sendiri. “Gue?” Risa membalasnya dengan anggukan. “Gue kan udah makan. Udah kenyang, masa mau makan lagi,” tutur Ester yang membuat Risa melemparkan bantal kecil ke wajah sahabatnya.

“Aduh, Esterina! Lo ini, ya, maksud gue lo mau ngemil apa?" tanya Risa dengan gemas.

Ester berdecak sembari mengganti channel TV. "Kan udah gue bilang, Clarisa, kalo gue udah kenyang," tegas Ester yang membuat Risa menggembungkan pipinya.

"Siniin HP lo, dong!" pinta Risa.

"HP yang mana?" tanya Ester sembari meraih ponsel miliknya yang bersoftcase warna biru langit. "Ini?" Ester mengacungkan ponsel itu lalu melemparnya ke arah Risa.

"Mentang-mentang orang kaya, HP-nya banyak amat. Nggak ada niat nyumbangin ke gue gitu?" tanya Risa sembari meraih ponsel yang disodorkan Ester.

"Sultan mah bebas," ujar Ester yang membuat Risa bertingkah seperti orang yang hendak muntah.

"HP lo yang lainnya mana? Kan katanya mau ngetes cowok yang tulus," beber Risa dengan tatapan menyapu kasur Ester. Dia mendapati ponsel ber-softcase dengan warna hitam dan langsung meraihnya.  

Ester langsung mengeluarkan dua ponselnya lagi dan menyerahkannya pada Risa. Sahabatnya itu dengan cepat langsung meraihnya.

"Lo mau ngapain, sih?" tanya Ester yang tertarik dengan tingkah Risa yang sekarang tengah mengotak-atik ponselnya.

Risa menatap ke arah Ester dengan bibir melengkung. "Mau buat status WhatsApp," katanya lalu kembali fokus pada benda yang ada di genggamannya.

"Buat status yang kayak gimana, sih? Awas aja jangan yang aneh-aneh," pesan sang pemilik ponsel.

"By the way, Esterina, HP mana aja yang ada kontak pacar-pacar lo?"

"Yang softcase-nya warna biru langit, hitam, sama putih." Ester menatap Risa yang tengah membalikkan ponselnya untung mencari ponsel yang dimaksud. "Lo sebenarnya mau ngapain, sih?"

"Gue laper, tapi gue nggak mau makan. Gue pengen martabak, pengen seblak, pengen roti bakar sama pengen boba," tutur Risa yang membuat Ester tak percaya.

"Lo mau morotin pacar gue?" sungut Ester sembari menggelengkan kepala.

Risa langsung menggeleng. "Nggak, dong!" sanggahnya, "kan gue mau ngetes pacar-pacar lo itu. Mana yang tulus dan mana yang busuk."

Ester mengangguk-angguk. "Terus sekarang lo mau ngapain?"

Risa mengembuskan napas. "Astaga! Kan udah gue bilang gue mau buat status WA!" tegas Risa.

"Maksud gue, mau buat status gimana?" tanya Ester.

"Gue mau buat status pengen makanan yang tadi gue sebutin. Gue buat status pengen makanan yang gue mau di HP yang berbeda. Kecuali, di HP lo yang nyimpen kontak dua pacar dengan orang berbeda," jelas Risa yang membuat Ester geleng-geleng kepala.

Risa menatap jam yang menunjukkan pukul 22. 15 WIB. "Ini udah malem, Ris. Kasihan pacar-pacar gue kalo mereka beneran beliin makanan yang lo mau," lontar Ester.

"Lo care sama mereka?" tanya Risa yang dibalas anggukan oleh Ester. "gue kira cuma manusia aja yang bisa care sama orang lain."

Ester terdiam. Otaknya sedang berjalan lambat. "Sialan lo," desisnya saat mengetahui makna bahwa ucapan Risa barusan seakan mengatakan bahwa Ester bukan manusia.

Risa menyimpan tiga ponsel Ester di hadapannya. Tangan gadis itu masih memepang satu ponsel milik Ester yang ber-softcase warna hitam dengan beberapa helai daun yang berjatuhan. Kemudian tangan Risa menyimpan ponsel sahabatnya.

"Jadi, Ester, maksud gue buat status kayak gitu malem-malem supaya lo tahu siapa aja pacar yang harus lo pertahankan dan mana yang harus lo buang," jelas Risa dengan tangan yang mengambil sebungkus snack.

Ester menatap ponselnya yang tiba-tiba bergetar. Pandangannya lalu tertuju pada Risa. "Bales, tuh! Ethan ngerespons," titah Risa yang membuat Ester mendelik.

"Lah, siapa yang buat status? Lo aja yang tanggung jawab," sahut Ester.

Risa menggeleng. "Nanti keliatan kalo yang chat buat lo," katanya diiringi kekehan.

Dengan terpaksa Ester meraih ponselnya. Dia menuruti perintah Risa. Tak lama dari itu, ponsel yang lainnya juga ikut bergetar.

***

Suara bel yang terdengar membuat Ester terperanjat. Dia melirik ke arah Risa lalu menyuruh gadis itu untuk turun ke bawah.

"Menurut lo itu siapa?" tanya Ester pada Risa yang malah menggedikkan bahu.

"Gue rasa itu bukan Ethan, bukan Roy dan bukan Tony," ungkapnya. "Gue nggak yakin kalo itu Iqbal. Soalnya dia juga belum liat status yang gue buat."

Ester langsung membuka pintu, sedangkan Risa memilih mengintip dari jendela. Gadis itu mengamati lelaki yang langsung memundurkan langkahnya.

"Iqbal?" tanya Ester tak percaya, apalagi ketika mengingat perkataan Risa barusan.

"Iya. Aku bawa seblak, nih. Tadi aku liat status kamu pengen seblak, ya?" Ester mengangguk dengan hati yang menyebut bahwa itu ulah Risa. "Tadi aku lagi beli seblak buat Mama, terus liat status kamu, sekalian beli deh."

Ester meraih kantong kresek yang disodorkan Iqbal. Aroma bumbu seblak langsung terendus oleh hidungnya. Seketika dia merasa lapar. "Makasih, ya! Padahal itu becanda tahu," ungkap Ester yang membuat Risa menepuk jidatnya.

Iqbal menggeleng. "Nggak apa-apa, tahu."

"Mau masuk dulu?" tanya Ester yang langsung dibalas gelengan oleh Iqbal.

"Aku mau langsung pulang. Takut seblak buat Mama keburu dingin. Lagian nggak enak juga, cowok malem-malem ke rumah cewek," tuturnya yang dibalas anggukan oleh Ester. Kemudian Iqbal langsung pamit.

Setelah perginya Iqbal, Risa muncul dengan tangan yang langsung menyambar seblak di tangan Ester. "Mau nggak?" tanya Risa yang membuat Ester menendang kakinya pelan.

"Ya, mau dong! Iqbal bawaain itu buat gue tahu!" balas Ester yang merebut kembali seblak miliknya.

"Iqbal berarti beneran tulus sayang sama lo," ujar Risa disela tangannya yang memasukkan seblak ke mulut.

"Maybe," balas Ester singkat.

Tak lama dari itu pacar-pacar Ester datang bergantian membawa makanan. Rencana Risa yang ingin makan gratis berjalan dengan lancar. Alhasil, mereka kini di kamar dengan beberapa makanan. Bahkan sebagian dari makanan itu tidak dihabiskan akibat kekenyangan.

***

Pandangan Ester teralih saat sebuah langkah terdengar cepat. Dia mendapati Roy dengan tangan yang menenteng ponsel. "Ester, ini apa?" tanya Roy dengan suara tinggi, tangannya menunjukkan ponsel yang di genggam.

Hayo apa coba? Wkwk
Usahain double up ya. Hihi

Jangan lupa beri apresiasi lewat vote. Komennya juga jangan ketinggalan.
❤️Luve deh buat kalian yang nggak sider.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top